ISTRI GLOWING SUAMI KELING 6
"Dek!"KrompyangRisma menjatuhkan panci yang akan ia gunakan untuk merebus sayuran. Tangan kanannya mengusap-usap dadanya yang berdebar karena kaget."Apaan sih, Mas?" protesnya saat berbalik dan mendapati suaminya berdiri sambil nyengir dan menggaruk tengkuknya."Maaf. Terus gimana sama, Ibu?" tanya Jaka lagi. Dia masih penasaran dengan keadaan ibunya.Risma menghela nafas kasar, dia lalu memungut panci yang terjatuh. "Ishh, penyok kan!" gerutunya."Aku tadi anterin sampe rumah. Mau dipanggilin tukang urut nggak mau, disuruh duduk di dalam juga nggak mau, maunya duduk di teras, lututnya mungkin lecet karna rada ngilu katanya" ujar Risma sambil mengisi panci dengan air dari kran wastafel untuk merebus sayuran."Terus?" tanya Jaka lagi, masih berdiri sambil mengamati setiap gerakan istrinya."Teras terus teras terus. Ya aku tinggal blanja lanjut pulang. Ditawarin ini itu nggak mau," gerutu Risma. Ia lalu menaruh panci yang sudah terisi separuh air di atas kompor, lalu menyalakannya."Dari pada cuma berdiri mending bantuin nyiangin sayur, udah kesiangan ini masaknya. Udah kayak anak ayam aja dari tadi ngintilin mulu!" omel Risma. Ia lalu duduk di dingklik-bangku kayu berukuran kecil dan pendek. Menyeret tampah berisi sayuran agak lebih dekat dengannya. Jaka jongkok di sampingnya ikut menyiangi sayur pemberian Bu Ida tempo hari."Mama ... ," rengek Alika sambil berjalan dari arah depan, mukanya ditekuk, matanya sudah berair siap menumpahkan tangisnya lagi.Risma menepuk keningnya, ia sampai lupa dengan putrinya yang ditinggal di depan tv. "Sini, Sayang!" panggilnya sambil melambaikan tangan.Jaka yang semula jongkok akhirnya duduk bersila di lantai. Menepuk-nepuk pahanya, isyarat agar Alika duduk dipangkuannya. Bocah itu anteng sambil memainkan sayuran yang sudah tidak terpakai."Air di rumah Ibu mati, Mas! Nanti kamu tolong cek dulu sebelum berangkat kerja, sekalian bawain sayur matengnya!" pinta Risma, tangannya cekatan mengupas bawang putih juga kencur untuk bumbu urap."Sejak kapan mati?" tanya Jaka, tangannya sibuk menggelitiki perut putrinya sampai anak itu tertawa terbahak-bahak sambil menggelinjang karna kegelian."Kemarin sore katanya," sahut Risma, lalu beranjak dari duduknya untuk mencuci sayuran dan merebusnya."Mas, itu kamar Mas Joni berantakan banget, emang nggak pernah diberesin apa? Baju kotor numpuk, orang kalau nggak mau nyuci sendiri ya dilaundry kan gampang. Punya duit ini," tanya Risma sambil memasukkan sayuran kedalam panci yang airnya sudah mendidih."Ibu udah malas ngomelin Mas Joni. Ibu ngomong aja langsung ditinggal pergi. Tau tuh, susah banget move on dari mantan istrinya. Padahal udah hampir lima tahun," jawab Jaka.Saat Risma menikah dengan Jaka, Mas Joni sudah menduda dan punya seorang putra dari mantan istrinya. Hanya itu yang Risma tau. Tentang siapa mantan istrinya juga kenapa bercerai ia tidak tau dan selama ini juga tidak tertarik untuk mencari tau, apalagi itu bukan urusannya dan suaminya juga tidak pernah bercerita. Tapi pagi ini tiba-tiba saja bilang jika kakaknya itu belum bisa move on."Nggak ada yang diomeli jadi tiap hari nyari gara-gara sama kita terus gitu?" Mata Risma fokus pada bumbu yang sedang diulek, bawang putih, cabai rawit, kencur ditambah garam sadikit penyedap juga gula merah, tapi ia juga menyahuti ucapan suaminya."Entah. Tapi bukan itu saja sih kayaknya!" sahut Jaka sedikit ragu sambil mengangkat bahu.Risma yang sedang mengulek bumbu langsung berhenti, menoleh dengan alis saling bertaut. Menatap wajah suaminya keheranan. Ucapan sang suami seperti menyimpan banyak hal yang tidak ia ketahui tentang keluarga suaminya. Ingin menanyakan lebih banyak lagi tapi jarum jam sudah menunjukan angka enam lewat lima. Tidak akan selesai jika harua masak sambil ngobrol. Sedangkan suaminya juga harus ke rumah ibunya terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Risma akhirnya hanya menyimpan banyak pertanyaan dalam benak.Bumbu urap yang sudah jadi lalu dikukus agar tidak mudah basi, menunggu matang Risma membuat pepes tahu. Setelah bumbu matang gantian mengukus pepes tahu, tungku sebelahnya digunakan untuk menggoreng tempe. Jam setengah tujuh tepat masakan sudah siap dihidangkan. Risma membungkuskan lebih dulu untuk ibu mertuanya."Aku ke rumah Ibu kalau sudah beres nyuci ya, Mas. Paling jam delapan. Nanti jangan lupa dicek airnya," ucap Risma saat ketiganya tengah sarapan. Ia menyuapi Alika sambil menyuap nasi kemulutnya. Jaka hanya mengangguk karna mulut penuh makanan. Sesekali Jaka juga menyuapi istrinya.***"Assalamualaikum," Jaka mengucap salam setelah memarkir motor tuanya di halaman rumah ibunya.Hening. Tak ada sahutan dari dalam rumah membuat Jaka sedikit panik. Ia lalu berjalan tergesa memasuki rumah orang tuanya. Tak mendapati ibunya di ruang tamu akhirnya Jaka melangkahkan kaki masuk kamar ibunya, kosong. Saat hendak ke dapur samar-samar terdengar gerutuan ibunya di kamar sang kakak. Jaka lalu mendekat dan menyibak hordeng yang menutupi pintu. Benar saja, ibunya sedang memunguti baju kakaknya."Ibu, lagi ngapain?" tanya Jaka pelan takut mengagetkan ibunya.Bu Dewi menoleh mendapati putra keduanya berdiri di ambang pintu sambil menenteng kantong kresek. "Beresin baju kakakmu, kamar udah kayak tempat sampah, apa aja ada," jawab Bu Dewi sambil menggerutu."Kan udah aku bilang, nggak usah diberesin. Kalau udah kehabisan baju juga pasti mikir," sahut Jaka sedikit menepi karna ibunya mau keluar kamar sambil membawa setumpuk pakaian kotor.Jaka langsung menutup hidung karna bau tak sedap dari baju-baju kotor itu langsung menguar ketika ibunya melewatinya. Ia memperhatikan cara berjalan ibunya yang sedikit terseok."Ibu sumpek, Jaka!" balas Bu Dewi lalu menaruh tumpukan baju kotor itu dalam bak besar yang sudah ia siapkan di luar kamar Joni. Kemudian menyeret langkah kakinya ke ruang tamu dan duduk selonjor di sofa panjang. Jaka mengikutinya dari belakang."Kata Risma tadi Ibu jatuh, ada yang sakit nggak?" tanya Jaka setelah meletakkan plastik bawaanya di meja dan duduk di ujung sofa dekat kaki ibunya.Bu Dewi hanya menggeleng lemah. Jaka tidak percaya begitu saja karna dia sendiri melihat ibunya jalan sedikit terseok. Dia lalu menyingkap daster yang di pakai ibunya sampai lutut. Dan benar saja, ada sedikit lecet di sana."Biar Jaka obati dulu!"Tanpa menunggu jawaban ibunya, Jaka bangkit dan dapur jadi tujuan pertamanya. Mengambil air bersih untuk membersihkan lukanya. Saat membuka kran benar saja tak ada air yang menetes. Ia lalu mengalihkan pandangan pada meja dapur. Ada gelas berisi teh yang sudah tinggal separuh. Jaka menyentuh gelas itu, dan masih hangat, itu artinya ibunya belum lama ini membuat minum. Ia lalu beralih pada gentong air, saat membukanya tersisa seperempat gentong. Mengambil baskom kecil lalu mengisinya dengan air. Membawa baskom itu ke depan, tidak lupa mengambil kotak p3k yang ada di lemari ruang tengah.Dengan sangat hati-hati membersihkan lukanya terlebih dahulu agar bersih dan tidak infeksi, baru setelahnya diberi obat merah. Bu Dewi sedikit meringis saat diobati karna perih, tulangnya juga masih terasa ngilu."Mas Joni sudah besar, Bu. Dia bisa berpikir sendiri. Kalau Ibu sakit yang repot siapa? Aku sama Risma. Yang kena omel karna kekesalan Ibu siapa? Aku sama Risma juga. Apa Ibu mau rumah tangga aku sama kayak Mas Joni? Apa itu yang Ibu mau?" cecar Jaka meluapkan kekesalannya selama ini.ISTRI GLOWING SUAMI KELING 7DegHati Bu Dewi mencelos mendengar penuturan putra keduanya itu. Tiba-tiba matanya berembun, susah payah ia menelan salivanya, kerongkongannya terasa tercekat seketika. Ada rasa marah dan kecewa, tapi apa yang diucapkan Jaka memang ada benarnya. Tapi sejujurnya ia tak ingin pernikahan anak-anaknya mengalami kegagalan."Jadi, kamu nggak ikhlas merawat ibu selama ini?" tanya Bu Dewi dengan suara serak. Mati-matian ia menahan tangis.Jaka memandang wajah ibunya sendu. Sadar sudah mengucapkan kata-kata yang mungkin menyinggung perasaan ibunya, tapi melihat sikap ibunya yang kadang kelewatan, rasa sabar yang ia pupuk mulai terkikis. Melihat istrinya sering dimaki di depan banyak orang juga membuat hati Jaka terusik. Satu sisi ibu kandungnya disisi lain istrinya."Jaka dan Risma ikhlas merawat Ibu. Kurang sabar apa Risma selama ini jadi menantu Ibu. Tak pernah mengadukan hal yang aneh-aneh. Dimaki pun cuma diam, menyahut pun masih dalam batas wajar saat sudah b
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 8"Bang, kayu yang udah nggak dipakai boleh aku minta nggak?" tanya Jaka ragu pada Bang Ari-mandornya saat jam makan siang tiba."Kayu yang mana?" Bang Ari balik bertanya. Tatapannya tak beralih dari ponsel di tangannya."Itu yang di pojok situ!" tunjuk Jaka pada setumpuk kayu yang ada di pojok bangunan bersebelahan dengan karung bekas semen yang masih berserakan.Bang Ari mendongak dan menatap sekilas tumpukan kayu yang dimaksud anak buahnya itu. Lalu fokus pada ponsel lagi. "Ambil saja. Mau buat kayu bakar?" tanyanya tanpa menatap Jaka. Tangannya sibuk menekan-nekan ponsel pintarnya."Mau buat kursi," jawab Jaka enteng.Bang Ari melirik Jaka yang berdiri di sampingnya dengan dahi berkerut. "Kursi mainan?" tanyanya lagi."Buat apaan kursi mainan, Bang. Kursi beneran lah!" sahut Jaka. Sontak Bang Ari tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Jaka."Bikin kursi pakai kayu itu mah sekali duduk juga roboh, Jaka!" ucap Bang Ari meremehkan."Ahh, belum dicoba mana
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 9"Mas, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Risma serius.Jaka meraup udara dengan rakus, lalu membuangnya perlahan. Sebelah tangannya berkacak pinggang, sedangkan yang lain memijit pelan pelipisnya."Ceritanya panjang, Dek!" ucap Jaka lesu."Ya sudah, nanti Mas cerita di rumah, barangkali aku bisa membantu, biar masalah ini nggak berlarut," sahut Risma."Sekarang kita keluar. Bersikap biasa saja. Anggap saja tidak dengar dan tau obrolan mereka. Kendalikan emosi kamu, Mas! Semua ada jalan keluarnya, hanya butuh waktu dan berpikir yang tenang, jangan gegabah," sambungnya.Jaka mengangguk, lalu meraih tangan istrinya. "Terima kasih, buat segalanya!" ucapnya tulus."Haishh, lebay!" kekeh Risma lalu melangkah terlebih dahulu setelah melepaskan tangannya yang digenggam Jaka.Jaka tersenyum, dia merasa beruntung sekali mempunyai istri seperti Risma. Dalam hatinya berjanji akan berusaha lebih keras lagi agar kehidupannya lebih baik, bisa membahagiakan dan menuruti
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 10Siapa Wulan? Risma bahkan baru tau namanya dari Bu Ida. Ia sangat penasaran, padahal biasanya sangat masa bodo."Emang suami kamu nggak pernah cerita, Ris?" tanya Bu Ida setelah menangkap keterkejutan dari wajah Risma. Risma hanya menggeleng sambil tangan menyuap pepaya mengkal sebagai jawaban.Bu Ida hanya tersenyum mengangguk. "Baiknya, tanyakan pada suamimu. Itu lebih baik. Kalau denger dari ibu, nanti malah takut salah. Takutnya ... apa yang ibu dengar dan sampaikan sama kamu tidak akurat. Kalau Jaka, pasti lebih tau," ujar Bu Ida bijak, ia takut salah bicara, apalagi Risma sama sekali tidak tau apa-apa.Dalam hati Risma menerka-nerka, tentang siapa Wulan. Feelingnya mengatakan Wulan itu mantan istri Mas Joni. Hari ini benar-benar banyak kejutan bagi Risma. Dari mulai sikap ibu mertuanya yang sedikit lebih baik dari pada biasanya. Mata sembabnya yang menunjukan jika dia habis menangis lama. Entah apa yang dikatakan suaminya tadi pagi pada ibu mertuany
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 11Risma panik mendengar teriakan ibu mertuanya. Dia berdiri, lalu duduk lagi. Tangannya saling meremas. Ia bigung harus berbuat apa. Tidak mungkin meninggalkan Alika seorang diri di teras, sedangkan hari sudah gelap. Membawanya masuk ke dalam juga tak mungkin."Ayo, Risma, berpikir!" monolog Risma sambil berjalan mondar mandir. Tangannya saling meremas satu sama lain. Risma teringat kamar Mas Jaka di rumah ini. Kamar itu berdampingan dengan ruang tamu, ada di sebelah kanan, ukurannya lebih kecil dibanding kamar lain di rumah ini. Sedangkan pintu ke ruang keluarga ada di ujung ruang tamu sebelah kiri. Ia menggendong Alika, dengan hati-hati melangkah memasuki ruang tamu, takut terkena pecahan gelas.Di depan kamar yang di tuju Risma celingak celinguk mencari kunci, karna ternyata kamar itu terkunci. Pandangannya tertuju pada kunci dengan gantungan boneka panda kecil yang tergeletak di meja kecil diujung tembok. Risma lalu mengambilnya, lalu membuka kamar yan
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 12Jaka mengantarkan Risma terlebih dahulu. Sampai di rumah ia membantu membukakan pintu dan membawakan martabak yang mereka pesan tadi. Risma sendiri menggendong Alika. Risma langsung merebahkan putrinya di kamar. Lalu menghampiri suaminya yang duduk di karpet ruang tamu."Mas, pergilah! Selesaikan masalah keluargamu dulu, jangan dibiarkan berlarut-larut. Ibu sudah tua, tidak seharusnya dibebani dengan hal-hal yang seharusnya tidak beliau pikirkan," ucap Risma bijak. Walau sering kali dicela dan dimaki, entah mengapa Risma justru iba melihat keadaan ibu mertuanya itu."Tapi, Mas Joni juga keras kepala. Sulit sekali memberi pengertian pada mereka, Dek!" sahut Jaka seperti putus asa.Risma menghela nafas kasar. Ia tau ini sulit, karna mungkin masalahnya sudah terlalu lama dan akan mengorek luka lama."Tenangkan dulu Ibu dan Mas Joni. Selanjutnya kita cari jalan keluarnya bersama. Barangkali aku bisa bantu jika sudah tau semuanya. Jujur, aku mau kasih saran ju
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 13"Duduk!" bentak Jaka karna kakaknya masih berdiri bergeming menatap nyalang ibunya, hanya tangannya sudah ia turunkan.Joni melengos, menghembuskan nafas kasar lalu duduk di sofa dengan sedikit kasar."Bu, aku sudah bilang kan, jaga sikap Ibu! Kalau Ibu seperti ini terus, bukan tak mungkin suatu saat bisa kehilangan anak, nggak hanya kehilangan menantu," ucap Jaka tegas."Maaf jika pada akhirnya Jaka harus bicara apa adanya, meskipun itu akan menyakiti hatimu, Bu. Aku hanya ingin keluarga ini rukun dan utuh. Hanya Ibu orang tua kami sekarang. Setelah Bapak wafat, otomatis tanggung jawab menjaga Ibu ada pada kami. Terkadang, sikap Ibulah yang membuat kami jengah. Jika bukan karna Risma pun, mungkin aku juga sudah menyerah menghadapi sikap Ibu. Semua belum terlambat, apa yang tersisa masih bisa diperbaiki agar lebih baik dikemudian hari. Yang sudah, ya sudah, maafkan lupakan," papar Jaka panjang lebar.Bu Dewi menunduk tajam, tak berani menatap anak-anaknya
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 14"Bagaimana dengan Ibu, Mas?" tanya Risma sambil merapikan benang yang berantakan akibat ulah ibu mertuanya.Jaka yang menyandar tembok mendesah putus asa. Dia menhendikkan bahu, lalu menggeleng pelan.Risma menatap iba suaminya, kentara sekali jika dia terbebani dengan masalah ini. Rambutnya berantakan, wajahnya kusut. Jaka meremas rambutnya dengan kedua tangan, kepalanya terasa penuh."Masalahnya sudah merembet kemana-mana, Dek!" ucap Jaka pelan.Risma mengerutkan dahi, bingung dengan ucapan suaminya. "Maksudnya?"Jaka menghela nafas kasar, lalu duduk bersila. Mencomot martabak manis yang tadi dibelinya, menguyahnya perlahan."Mas, aku mau tanya, siapa Wulan?" tanya Risma penasaran. Bu Ida hanya menyebutkan namanya saja tanpa ada sedikit pun informasi yang diberikan membuat Risma begitu penasaran.Jaka menghentikan kunyahannya mendengar pertanyaan Risma. Dia mendongak dan menatap w