Share

Part 16

“Jadi benar kamu dapat bonus selain gaji, Mas? Berapa?” cecarku tak sabaran, aku memaksanya membuka mulutnya. Dengan lesu, bisa kudengar suamiku berkata.

“Tiap hari bonus antara seratus lima puluh sampai dua ratus ribu.” Mataku melotot mendengar penjelasannya.

“Itu bukan sedikit, Mas. Bukan uang receh. Bahkan uang bonus kamu lebih banyak dari uang gajimu, tapi mengapa setiap aku minta uang untuk membeli beras atau membeli popok Arthur, kamu selalu bilang uangmu habis karena sudah membayar DP motor, terus ke mana selama ini uang bonusmu?” aku benar-benar menyidangnya. Aku benar-benar shock dengan apa yang telah ia sampaikan.

“Semuanya aku kasihkan ke Ibu, katanya dia masih butuh buat tambahan perbaiki dinding dapur, terus juga buat bayar uang arisan keluarga yang dia ikuti. Setiap aku dapat uang bonus maka semuanya langsung aku serahkan begitu aja ke Ibu.” Kepalaku mendadak berdenyut nyeri.

“Tega kamu, Mas. Begitu tega kamu menghabiskan seluruh uang kamu ke Ibumu, aku memang tak perna
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status