Share

6 Wajah Sok Polos

Setelah turun dari lantai atas menuju lantai dua belas, langkah Lauren terlihat mantap menuju ruang kerja Matthew. Ia tetap pada tujuan utamanya untuk bertemu suaminya itu, sekaligus ingin melihat juga apakah pria itu masih bermesraan dengan sekertaris nya atau tidak. Tatapannya langsung tajam pada Anne, ternyata mereka sudah selesai. 

Anne pun terlihat terkejut melihat kedatangan istri dari Bos nya, segera Ia berdiri dan tersenyum canggung. "Selamat siang Bu Lauren, apa anda mau bertemu dengan Pak Matthew? Beliau belum keluar untuk makan siang, masih ada pekerjaan," sapa nya berusaha ramah. Padahal di dalam hati ogah-ogahan sekali, tapi Anne harus menjaga citra baik. 

Bukannya menjawab menanggapi perkataan wanita yang satu tahun lebih muda darinya itu, Lauren malah memperhatikan penampilan Anne dari bawah sampai ke wajah. Bibir Lauren terlihat mengernyit tidak suka dengan dandanan sekertaris itu. "Kamu tidak malu Anne pakai baju terbuka seperti ini ke kantor? Ini kantor loh, bukan Bar," tanyanya menyeletuk.

Lauren lalu satu langkah mendekat, sebelah tangannya terulur memegang kerah kemeja Anne. "Dua kancing kemeja kamu ini pasti sengaja kamu copot kan supaya orang bisa lihat dada kamu? Terus rok kamu juga terlalu pendek, kamu benar-benar baik ngasih santapan buat laki-laki hidung belang," ledek nya dengan tatapan yang masih tajam. 

Dikatai seperti itu dengan nada menghina tentu saja membuat Anne langsung menunduk malu, tanpa sadar menarik bagian bawah rok nya ke bawah walau tahu usahanya sia-sia. Jujur saja Anne agak terkejut dengan sikap istri Bos nya, padahal selama ini tidak pernah mengomentari penampilannya dan acuh-acuh saja. 

Lauren lalu memegang rahang Anne dan mengangkat nya, membuat keduanya kembali bertatapan. Melihat sorot mata cemas Anne, membuat Lauren jadi semakin bersemangat mengatainya. "Make up kamu juga terlalu menor, pasti selama ini gak ada yang ngomentarin dandanan kamu kan? Sebaiknya kamu introspeksi. Jujur saja dandanan kamu ini katro banget, kaya cabe-cabe an."

Setelah itu Lauren pun menghempaskan lagi wajah Anne ke samping, Ia membawa beberapa lembar tisu di meja dan tanpa perasaan melemparnya tepat di depan wajah Anne. Terlihat Anne yang terkejut dan agak marah, tapi melihat Lauren melotot semakin galak membuat wanita itu ciut dan memilih diam. 

Lauren berbalik untuk masuk ke ruang kerja suaminya, tapi sebelum itu Ia sempat berucap lagi pada Anne. "Hapus make up menor dan ganti baju kamu sekarang. Awas saja kalau saya sudah keluar belum kamu ganti juga. Kamu itu di sini karyawan, bukan lagi open BO!" ujar nya tajam tanpa perasaan. Lauren tahu kata-katanya ini menyakitkan, tapi percayalah hatinya sekarang lebih sakit. 

Dan entah kenapa setelah mengata-ngatai Anne, dadanya jadi sedikit lega. Lauren lalu masuk ke ruang kerja suaminya tanpa repot mengetuk pintu, kedatangannya yang tiba-tiba itu tentu saja membuat Matthew yang sedang duduk di kursi kerjanya terkejut. "Ya ampun sayang, aku kira siapa. Kok gak ketuk pintu dulu? Aku hampir saja marahin kamu," kata Matthew. 

Lauren tidak menanggapi dan berjalan santai memperhatikan ruang kerja suaminya. Semenjak tahu jika Matthew selingkuh dengan sekertaris nya, Lauren jadi ingin mencari bukti lain. Tempat ini pasti menjadi saksi bisu seringnya dua orang itu melakukan hal menjijikan. Langkah nya lalu terhenti di dekat tong sampah, ada beberapa lembar tisu di sana dengan bentuk terkepal. 

Bukan itu yang menjadi perhatian Lauren, tapi noda warna putih nya yang cukup banyak di sana. Senyuman sinis terukir di bibir Lauren, Ia tentu saja tahu kalau itu adalah sperma. "Sebenarnya kamu itu kerja apa saja Matthew? Ini sudah jam makan siang, tapi kamu belum istirahat dan makan," tanyanya memecah keheningan. 

"Hm kamu tahu sendiri setelah Kakak jadi Direktur Utama, jabatan aku pun naik dan diberi banyak tanggung jawab. Makanya aku makin sibuk akhir-akhir ini," sahut Matthew dari arah meja. Pria itu memutuskan beranjak menghampiri istrinya, dan memegang pundak nya dari belakang. "Tumben kamu kesini, kenapa? Apa kamu lagi butuh sesuatu?" tanyanya. 

Lauren pun memutuskan berbalik, menatap dalam wajah suaminya yang sedang tersenyum masam-masam ke arahnya. Dikiranya Ia akan salah tingkah apa? Lauren malah jadi membayangkan bagaimana ekspresi Matthew saat bermesraan dengan Anne. Apakah sok manis juga? Sanking terlalu kesal, Lauren menghempaskan tangan Matthew di bahu nya membuat pria itu bingung. 

Lauren lalu berjalan ke dekat sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana, seraya menyimpan tas bekal berisi makan siang nya di meja. "Aku buatin kamu makan siang, itu alasan aku datang kesini," jawab nya malas. Tetapi kedatangannya kesini malah menemukan banyak fakta yang cukup menyakitkan. 

Matthew yang mendengar itu langsung tersenyum sumringah dan segera duduk di sebelah istrinya lalu mulai membuka bekal makannya sendiri. Bibir bawahnya Ia jilat melihat lauk nya siang ini adalah udang, salah satu kesukaannya. "Wah makasih sayang kamu perhatian banget bawain aku makan siang, sama udang lagi." Setelah itu, Matthew pun mulai menikmati makanannya dan terus di perhatikan Lauren. 

Merasa bosan memperhatikan terus Matthew yang sedang makan, Lauren memilih menyandarkan tubuhnya dan menyimpan kepalanya di atas sofa lalu memejamkan mata. Tetapi indra penciumannya yang tajam malah tidak sengaja menghirup wangi percintaan. Kedua matanya sontak terbuka, dan tanpa bisa ditahan Ia langsung mengumpat keras, 

"Brengsek, sialan emang!" Nafas Lauren langsung naik turun membayangkan jika sepertinya tadi Matthew dan Anne selesai berhubungan badan di sofa ini. Menyadari dirinya terlalu emosional, perlahan Lauren pun menoleh ke samping dan pandangannya langsung bertemu dengan suaminya. 

Mulut Matthew terlihat mengembung karena penuh dengan makanan yang sekarang jadi terasa sulit Ia telan. Kunyahannya langsung terhenti saat tadi mendengar istrinya yang selama ini dikenal lembut malah mengucapkan hal kasar. "Lauren, ka-kamu kenapa?" tanyanya agak takut-takut. 

Hembusan nafas kasar keluar lewat celah bibir Lauren, matanya sebentar terpejam merutuki dirinya sendiri yang hari ini terasa emosional. Seperti hari pertama datang bulan saja. "Ck gak papa, aku lagi bad mood. Sudah aku mau pulang sekarang, kamu lanjut saja makannya. Dan kamu gak usah antar aku sampai bawah!" Setelah mengatakan itu, Lauren beranjak sambil membawa tas Channel nya kasar. 

Saat keluar dari ruang kerja Matthew, pandangan Lauren pun kembali bertemu dengan Anne. Untung saja wanita itu sudah menghapus make up menor nya, juga mengancingkan kemeja nya sampai atas dan memakai blazer. Kalau belum menuruti perintah nya, mungkin sekarang Lauren akan mempermalukannya lagi dan tidak akan langsung pulang, memilih melampiaskan amarahnya pada selingkuhan suaminya itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status