Aahhh.. sudah ada 50 yang liat. Assalamualaikum semuanya, selamat malam. Udah lama aku gak on i* ya. Kali ini aku mau make up, karena aku punya baju yang sedikit glamour seperti ini aku ingin make up nya juga sedikit glamour juga. Aku akan menunjukkan meja rias aku, karena aku sudah pindah rumah, jadi ini bakal berbeda.” Aku menunjukkan meja riasku. Dan aku sempat baca beberapa komentar. Rasa antusiasku eningkat dengan pesat ketika pengunjung room liveku semakin banyak.
‘Ahh.. kangen kakak, udah lama banget gak liat kakak’ komentar baby_joo2
‘Gimana kak udah sehat?’ komentar 2nu.mber
‘Aduhhh kakak tambah cantik aja komentar koo.voice
‘My princess..’ komentar loli.ant
‘Wahh.. Dea udah lama gak ketemu, gimana kabarnya?’ini komentar dari temanku.
‘Queen Deaaaa backkkkk’ komentar m.rsyu56
‘Lama gak muncul kemana aja kak.. sedih banget aku nungguin kakak’ komentar ko.kmo
‘Good night cantik’ akunnya airon21. Apa ini Airon?
Dan banyak lagi.
Aku balikkan lagi kameranya ke arah wajahku.
“Yaa.. jadi itu meja rias aku, alat make upnya berubah ya guys.. aku jawab beberapa pertanyaan dulu ya sebelum aku memulai make up, jadi gini.. kayaknya udah 2 tahunan ya aku jarang on i*, meskipun on mungkin hanya update story doang, gak live streaming kayak gini. Jadi aku Cuma butuh istirahat aja guys. Kabarku udah baik. Udah.. selebihnya aku bakal bikin live i* dengan tema Q&A buat kalian. Langsung aja ya..” aku mulai make up. Tapi tiba-tiba Aiden masuk kamarku.
“Dee..”
“Ha?” aku kaget.dia menghampiriku. Aku lihat komen mulai banyak menanyakan tentang Aiden.
“Lagi apa?” tanyanya.
“Lagi make up, kenapa?”
“Ganggu ?”
“Eee.. enggak kok”
“Ikutan ya,” pintanya.
“Ehh..” Airon mengambil kursi didepan kaca besar. Lalu duduk di sampingku. Otomatis dia masuk ke live streaming aku dong. Aku ngblank. Gak sengaja eyeshadow aku jatuh, dan pecah.. aku makin kaget. Buru-buru aku ambil
“Yah.. pecah.” Aku menoleh ke Aiden. “Ngapain ikut?”
“Pengen.. katanya kamu gaada temen, sekarang aku temenin.” Kata dia sok dilembut-lembutin. “Dea jangan mangap terus-terusan. Nanti ada lalat masuk,” kata dia sambil tutup mulutku.
Kolom komentar semakin banjir, dan sekarang aku lihat ada 1k orang lebih yang room streaming. Semuanya menanyakan siapa itu Aiden.
“Emm.. jadi gini guys, dia ini-”
“Halo semuanya.. aku suaminya dea. Baru satu minggu ini kami menikah.”
“Aha-ha-ha.. ” ini anak ngapain sihhh.
“Jadi habis ini ngapain Dea?”
“Emm.. kita lanjut make eyeshadow ya.. karena ini sudah pecah, jadi kita ganti warna lain aja. Pake warna yang natural aja ya, tinggal warna cream ini. ..”
“Oi kalian ngapain ikut liat live streaming.”
Aku ikutan liat koment ada beberapa akun yang komen.
‘Wowwwwww… ini toh istrinya aiden!! . komen zac.hery
‘Anjirr.. mantap gan, lanjutt. Komen knz64
‘Lanjut… pengantin baru nih.komen devn12a
“Temenmu?”
“Iya, cepet lanjut.. besok mau belanja make up aja? Sekalian beli kulkas.”
“Gausah, ini aja masih bisa dipake kok. Sayang mahal”
“Gapapa lah, besok aku antar sekalian ya”
“Emm oke.” aku lanjut sampai selesai make up. Lalu aku lanjut menata rambutku.
“Karena make up ku sudah selesai sekarang aku mau menata rambutku seperti ini” aku menunjukkan gaya rambut sanggul di hp ku.” kenapa aku mau model kayak gini, karena make up ku gak jadi glamour, maka aku pengen leherku keliatan lebih jenjang sehingga keliatan sexy.”
“Diurai aja lah.. ngapain sih diiket gitu,” protes aiden.
“Emangnya kenapa? Lebih bagus disanggul lah,” sanggahku.
“Jelek, bagus diurai,” dengan nada tinggi.
“Kok ngamokkk.”
“Kamu se gak dengerin pendapatku.”
“Okey, kita ganti model kayak gini aja. Jadi aku bakal nyatok rambutku dulu rambutku, dan bawahnya aku model kriting gantung kayak gini aja.” Aku menyisir rambutku, lalu memberinya dengan vitamin dan serum rambut.
“Pake yang ini?” tanya Aiden sambil memegang catokan rambut yang ada didalam laci.
“Ya..” ucapku sambil mengambil vitamin rambut. Lalu aiden memasangkan kabelnya ke stopkontak di deket meja.
“Jadi sebelum aku catok, aku pasti pakai vitamin rambut dulu sekalian nunggu catokannya panas.”
Aku liat Aiden liatin aku terus. Rada gimana gitu rasanya.
“Oke, selesai aku vitamin, aku jepit pakai jedai dulu beberapa rambutku.” Dengan kikuk aku menjedai rambutku agar lebih mudah waktu mencatoknya.
“Aku bantu, sini.” Aiden berdiri, dan menyisir rambutku, lalu menjepit rambutku.
“Nahh.. setelah kayak gini. Kita mulai catok dari bawah dulu ya.” Aku mulai menata rambutku satu persati dan akhirnya selesai.
“Selesai deh.. jadi kayak gini hasilnya. Cocok gak sih?” tanyaku pada orang-orang yang masih stay di room streamingku sekitar 1200 orang.
“Cocok, cantik,” jawab Aiden.
“Thanks..” ucapku sambil tersenyum kikuk.
“Okey sudah selesai, waktunya aku matika live streamingnya, makasih udah stay di live streaming aku, nanti kapan waktu kita lanjut dengan live streaming Q&A ya.. see you bye bye.” Aku mematikan live streaming ku,
Aku berkaca dan aku lirik Aiden, dia tetep aja melihatku terus-terus an.
“Why?” tanyaku yang semakin risih melihat tatapan Aiden.
“Gapapa. Dea sekarang kita temenan ya.. biar kamu gak bosen”
“Hm.. aku Cuma butuh kucing” jawabku sambil membersihkan alat make up ku.
“Aku pengen temenan sama kamu.”
“Okey”
“mau ya.”
“Hmm..”
“Aku mau foto bareng dong. Di depan kaca,” ucap dia sambil mengeluarkan benda pipih dari sakunya. Lalu mengambil pose. Aku pun ikutan. Kita selfie beberapa kali dan dia juga memotoku beberapa kali. Hasilnya bagus sih.
“Foto pake kamera dong, biar bisa aku masukin feed i* ku,” pintaku.
“Oke bentar aku ambil di kamarku dulu.” dia keluar kamar. Lalu kembali lagi. Aku mengambil beberapa pose di kamar, di atas tempat tidur dan di depan lemari. Dan kaca rias. Aku lihat hasilnya bagus-bagus.
“Bagus-bagus hasilnya. Nanti kirim ke aku ya hasilnya," pintaku pada Aiden.
“Okey,” ucap dia.
“Kamu gak balik kekamarmu?” tanyaku pada Aiden.
“Kamu usir aku?” protesnya.
“Ya.”
“Kok gitu.” Dahi Aiden mengernyit.
“Ya gimana, aku mau tidur.”
“hm.. yaudah. Aku balik dulu”
“Okey.”
Aiden keluar dari kamarku, dengan segera aku menutup pintu dan menguncinya. Aku membersihkan make up di wajahku, lalu cuci muka, gosok gigi, dan merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Mengingat-ingat kebersamaanku dengan Aiden, Kegiatan yang aku lakukan dengannya hari ini adalah salah satu impianku dengan tunanganku dulu. Ketika aku keluar rumah diantar, ketika aku make-up ditemani bahkan dibantu, dan berfoto bersama. Namun sekarang bisa terwujud walaupun dengan orang yang berbeda.
Hari ini aku akan pergi keluar dengan Aiden, tapi ga tau kenapa mata aku tidak bisa dibuka. Aku bermimpi, aku tau bahwa ini hanya mimpi atau biasanya disebut lucid dream. Kalau lucid dream kita bisa mengatur mimpi semau kita, tapi dibanding mengatur aku seakan berada di dalam permainan mimpi, aku memang sering seperti ini, tapi hal ini sangat tidak mengenakkan, dimana aku harus menyelamatkan diri aku dari berbagai kejahatan yang ada di permainan ini. Ketika aku tidak berhasil selamat atau aku harus mati di dalam mimpi ini, maka artinya aku harus mengulanginya dari awal. Sebenernya ada jalan pintasnya yaitu bangun tidur, aku sudah mencobanya berkali-kali tapi aku tidak bisa, meskipun aku sudah bangun sebentar aku akan tertidur lagi. Mau tidak mau aku harus menyelesaikan permainan ini atau aku harus bernego dengan pengatur mimpi ini, aku tidak tau siapa yang mengatur tapi aku bisa bernego, biasanya aku harus mengulang dari awal beberapa kali, jika aku tidak bisa meny
Ketika masuk ruangan itu, Aiden menyuruhku duduk di sofa, badanku masih lemas banget pengen tidur rasanya. Perempuan itu menghampiri Aiden, ternyata itu sekretaris Aiden namanya Liana. Tiba-tiba ada notif chat, aku membukanya, ternyata dari mama mertua, yang bilang kalau mau kerumah.Aiden menghampiriku. dan mengatakan.“Ayo ikut aku,” ucap Aiden.“Kemana?”“Ayo ikut aja” ucapnya dan langsung menggandengku. Badanku masih lemas banget. Apalagi laper ini seakan membunuhku. Kita kembali naik lift, badanku rasanya melayang waktu masuk lift. Ternyata lift nya turun, lalu lift terbuka Aiden menyeretku ke satu ruangan tapi dia tidak masuk, aku hanya di belakangnya. Aku berusaha menormalkan tubuh ku yang rasanya sangat tidak nyaman ini.“Oiii!!!!! Pengantin baruuu!” teriak seseorang dari dalam, sepertinya bukan satu orang saja.“Lu sekarang sering bolos ya bro?” suara seseorang dar
Kehebohan geng Aiden membuatku sedikit terhibur. Namun siapa sangka tiba-tiba Aiden bersikap cemburu ketika salah satu temannya ingin duduk di sampingku.Setelah kenyang dengan makanan yang telah dihidangkan mereka. Aiden lekas mengajak aku keluar untuk membeli kucing yang sedari kemarin aku inginkan."Mau kemana Bro?" celetuk Raefal yang dari tadi menilik pergerakan aku dan Aiden."Anterin bini gua dulu," jawab Aiden seraya memasukkan ponsel ke dalam sakunya."Inces mau pergi?" tanya Devano. Aku hanya menganggukkan kepala."Yahh..." keluh Devano yang melihat responku."Udah Ayo," ucap Aiden lalu menggeretku dengan memegang bahuku. Aku yang merasa risih dengan tangan Aiden langsung berkelit agar segera terlepas dari cengkramannya.Selama perjalanan menuju parkiran tempat mobil aiden terparkir, setiap orang yang tanpa sengaja bertemu dengan kami menyapa Aiden dan memberikan tatapan penasaran kepadaku. Aku hanya bisa menghela nafas.&nbs
Setelah memberikan pertanyaan sekaligus perintah yang tidak jelas, Aiden kini sudah berada di kamarku. Bertepatan pada pukul 21:00 WIB.Aku kebingungan ketika melihat wajah Aiden yang sama-sama bingung. Pada akhirnya aku membuka mulutku dan menyuarakan pertanyaan kepadanya."Ada apa?""Ahh Nggak papa," jawab Aiden dengan kikuk."Aku mau tidur, kalau nggak ngapa-ngapain cepet keluar," usirku."Emm... De, akuu..." ucap Aiden dengan sedikit bergumam."Kenapa?" tanyaku penasaran melihat tingkah Aiden yang tidak jelas."Emm... Nggak," jawab Aiden dan langsung keluar dari kamarku. Aku hanya bisa mengerutkan kedua alisku ketika melihat tingkat Aiden yang semakin tidak jelas.Aku tidak tau dengan maskud Aiden bertingkah seperti itu. Akhirnya kuputuskan untuk tidur, karena seharian ini aku sudah capek bermain dengan kedua kucingku.***Keesokan harinya saat sarapan dengan Aiden di ruang makan. Terlihat dia yang sibuk denga
Ketika melihat pemandangan ini, entah kenapa aku tidak bisa berkutik. Sedangkan Aiden dari tadi hanya menatapku dan tetap memeluk perempuan itu.Ya, seseorang itu adalah perempuan dengan rambut panjang dan berwarna coklat. Memakai dres mini dengan high heels setinggi tower."Non," panggil Bik Asih dengan raut wajah panik.Tanpa menggubris Bik Asih kubalikkan badan dan kembali ke kamar. Amarah dalam diriku tiba-tiba tersulut.Ku kunci pintu kamarku. Dadaku naik turun tidak karuan, "Bisa-bisanya dia memeluk cewek setelah mencium keningku!""Arggghhhh...!!!" teriakku kesal.Dadaku terasa sangat nyeri. Buru-buru kucari obat di lemari pakaian milikku."Aghh...." Rasanya sangat nyeri. Panikku kambuh, aku harus segera menemukan obatku."Arghhhhh... aghhh!!" Aku sangat kesulitan mengatur detak jantungku.Titik yang melihatku kesakitan hanya bisa mondar-mandir. Dia menunjuk koper yang ada di atas lemari.
Ekspresi Aiden yang datar membuat moodku yang sebelumnya ingin tertawa melihat kepanikan titik dan Bik Asih berubah menjadi biasa saja. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu, tetapi hatiku tiba-tiba terasa sakit melihat pemandangan barusan. Rasanya seperti dikhianati, padahal kita menikah tanpa dilandasi cinta. Namun, karena aku merasa akhir-akhir ini dia lebih perhatian padaku, tanpa sadar membuatku merasa telah memilikinya.Lambat laun sesak napasku mulai reda."Sudah baikan?" tanya lelaki itu datar."Sudah.""Astaga Non. Bagaimana bisa tadi seperti itu. Untung saja ada bibik yang langsung masuk ke kamar." Wanita tua itu mengomel layaknya mak mak yang khawatir pada putrinya. Ketulusan hati yang diberikan kepala pelayan rumah ini membuatku tersenyum."Maaf." Kulirik wajah suamiku yang hanya bisa menghela napas ketika mendengar permintaan maafku. Tak hanya Aiden, Bik Asih pun menghela napas panjang."Saya buatkan teh hangat dulu ya Non. Janga
"Dia Wendy." Hanya itu jawabannya. "Kekasihmu?" "Ya." "Oh." Kami diam seribu bahasa. Entah kenapa ada perasaan kecewa menyelimuti hatiku. Apa aku mulai tertarik pada suamiku? ini rasanya sangat gila. Padahal kami menikah karena terpaksa, dan aku yakin tidak akan menaruh perasaan padanya. Tapi kenapa hari ini perasaanku seakan tersakiti ketika melihatnya berpelukan dengan perempuan lain. Padahal kami baru kenal salam waktu yang singkat. Apa tuhan sudah membalikkan perasaanku pada orang asing ini? "Jadi perempuan itu yang dimaksud Oma. Cantik ya," celetukku tanpa pikir panjang. Rasanya seperti sedang cemburu. "Kamu juga cantik Dea." Aku tersenyum culas mendengar ucapan lelaki itu. Aku tak tau cantik darimananya wajahku ini. Dibanding dengan wanita itu jelas masih kalah jauh. "Habis berantem?" "Em hanya sedikit kesalah pahaman." "Apa karena kehadiranku?" tebakku. "Kurang lebih seperti itu." Jawaban itu terasa panas di telingaku. Seakan tak terima mendengarnya. "Kamu mau me
White hanya mendengkur setelah mendengar keluhanku. Perlahan mataku tertutup seiring reaksi obat yang menyergap kesadaranku. ***Pagi sudah tiba, kali ini aku terbangun lebih cepat dari biasanya. Bik Asih dan beberapa orang sedang menghidangkan sarapan pagi."Pagi Non," sapa wanita itu melihat kedatanganku. Kulirik Aiden tengah sibuk dengan gawainya."Pagi." Aku langsung duduk di samping suamiku. Tak ada pembicaraan, dan kami fokus dengan makanan masing-masing. Ketika selesai menengguk jus jeruk. Aku terdiam sejenak, menunggu obrolan yang akan dibahas Aiden bersamaku. "Apa kita bahas sekarang juga?" Tanyanya."Terserah. Bukankah kamu harus kerja?""Ya."Aku hanya mengendikkan bahu. "Kalau begitu kita bahas nanti sore. Aku berangkat dulu." Lelaki itu langsung berlalu begitu saja. Bik Asih dan beberapa pelayan lain berdiri di belakangku tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Non."