Share

Bab 5

Dalam balutan malam dengan cahaya remang-remang dari decorative lighting yang berada di pojok ruang tamu. Netra Hanny melirik ke arah jarum jam, yang ternyata sudah berada tepat di angka 11. Namun, kedua netra hazelnya masih enggan untuk sekedar di tutup.

“Ayo dong dek, kita tidur ya!” lirih wanita itu dengan mengelus perutnya sendiri, mencoba untuk menenagkan janin yang entah mengapa terus bergerak sejak tadi.

“Ayah pulangnya masih lama lo, nanti kamu kecapean, tidur sekarang ya!” sambungnya dengan menghela nafas lelah, tetapi juga bahagia dalam satu waktu.

Karena tubuhnya yang merasa lelah saat terlalu lama duduk, akhirnya ia memutuskan untuk berdiri sembari berjalan mondar mandir di samping sofa. Dan untuk saat ini, entah mengapa ia benar-benar ingin memeluk dan mencium wangi woody dari tubuh suaminya yang tak kunjung pulang itu.

“Kamu kemana sih, Mas. Jam segini belum juga pulang?” 

Entah sudah kali beberapa decakan yang sama itu terus keluar dari mulut Hanny, hingga membuatnya kesal sendiri.

“Apa jangan-jangan kamu—

Belum sempat wanita itu menyelesaikan ucapannya, suara deru mobil yang terdengar samar-samar memasuki pekarangan rumah, sontak membuatnya loncat kegirangan, sejenak melupakan perut nya yang sudah membuncit itu.

“Itu pasti, Ayah kamu!” tuturnya lembut sembari berjalan cepat menuju jendela kaca, guna mengintip dan memastikan jika yang datang memanglah suaminya.

Tak lama setelah itu, sura knop pintu yang diputar membuat kedua netra hazel di wajah Hanny melebar sempurna. Saat Raka sudah berhasil memperlihatkan batang hidungnya, Hanny kembali berlari dan langsung memeluk sang suami dengan begitu erat. Tentu Raka yang menyaksiakan tingkah sang istri berhasil dibuat panik.

“Jangan lari-lari, Sayang! Ngeri tau lihatnya,” sungut Raka mencoba memperingati, tetapi sialnya Hanny sama sekali tak menggubris ucapannya. 

Wanita itu hanya melirik sekilas, kemudian kembali mempererat pelukan mereka, bahkan sampai menggoyangkan tubuh Raka ke kiri dan ke kanan secara berirama. Raka yang merasakan itu  hanya bisa menghela nafas, tetapi tak urung ia tetap menerbitkan senyum dan membalas pelukan itu tak kalah erat. Mencoba memberikan kehangatan dari dinginnya malam. 

“Kenapa istri aku ini, hmm? Kok belum tidur jam segini?” 

Hanny yang mendapat pertanyaan itu, segera mendongak guna menatap wajah proporsional milik sang suami.

“Ish, harusnya aku yang nanya sama kamu! Lama banget, sih pulangnya? Anak kamu udah kangen ni, mana gak mau diajak tidur lagi dari tadi.” 

Dengan bibirnya yang sengaja di monyong-monyongkan, Hanny terus saja menggerutu dalam pelukan Raka, dan hal itu reflek membuat sang empu terkekeh geli saat melihatnya.

“Yakin nih! Yang kangen anaknya? Bukan bundanya?” goda Raka dengan menaik turunkan alisnya, tak lupa ia juga memasang wajah tengil, yang ternyata berhasil membuat bibir Hanny semakin maju layaknya seekor bebek.

Karena sudah tak tahan lagi dengan kelakuan serta ekspresi Hanny yang kelewat gemas itu, membuat Raka langsung mendaratkan cubitan pada hidung Hanny yang terpahat sempurna di wajahnya.

“Ish! Apaan sih, kok jadi aku? Orang emang anaknya kok yang lagi kangen!” sunggut si wanita tak terima. Lantas dengan cepat ia langsung mengurai pelukannya dari tubuh sang suami, kemudian segera berjalan menjauh, meninggalkan Raka di tempatnya berpijak saat itu. 

Raka yang menyadari kepergian sang istri, tanpa mau basa-basi lagi, segera menyusul dengan langkah lebarnya. Hingga kini sepasang suami istri itu berhasil melangkahkan kaki secara beriringan menaiki anak tangga. Raka juga turut mengalungkan tangannya di bahu Hanny yang memang lebih pendek darinya.

"Jangan ngambek dong, nanti aku sedih lo!" Kini giliran Raka yang merengek bak seorang anak yang tidak dibelikan mainan orang tuanya.

Hanny sendiri tak berniat menggubris, wanita itu lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar mereka, dan langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur sembari bersedekap dada.

sebenarnya itu semua hanya permainannya saja, ia tidak benar-benar marah kepada Raka, walaupun saat ini dadanya kembali tertikam saat hidungnya berhasil menangkap aroma parfum wanita yang menempel pada pakaian sang suami.

Karena tak juga mendapat jawaban, Raka memutuskan untuk langsung mencuri kecupan tepat di bibir ranum Hanny, yang tentu hal itu membuat si wanita terkesiap, meski itu bukanlah yang pertama kalinya. 

"Ih, apaan coba main cium-cium bibir orang sembarangan,” ketus Hanny, wanita itu segera merubah posisinya menjadi duduk sempurna. 

"Kan udah halal, jadi gapapa dong," jawab Raka dengan terus menatap lekat wajah sang istri, lantas tangannya bergerak cepat mengusap puncak kepala wanita itu.

Namun, nyatanya bukan kehangat justru rasa sakitlah yang bisa Hanny rasakan. Raka berhasil menata permainan nya dengan begitu baik dan rapi. Mungkin jika saja waktu itu Hanny tidak memergokinya sendiri, sudah dapat dipastikan ia masih akan tetap percaya kepada Raka, dan juga tidak akan pernah berpikir yang macam-macam terhadap suami yang selalu lembut dalam tutur kata serta perlakuannya itu

Tak ingin terlalu larut dalam keterdiamannya, Hanny pun kembali beranjak, guna mendorong tubuh sang suami untuk masuk kedalam kamar mandi.

"Sana bersih-bersih dulu, udah aku siapin air hangat!" Wanita itu segera menutup pintu saat berhasil memastikan tubuh Raka masuk kedalam kamar mandi.

Namun, saat kakinya hendak melangkah menjauh, tanpa sadar Raka sudah kembali membuka pintu dan menarik tangan Hanny untuk ikut masuk bersamanya. Hanny yang berhasil dibuat terkejut, kini tengah mengelus dadanya yang masih naik turun tak karuan, sedangkan netranya fokus menatap Raka yang tengah menyeringai tanpa rasa bersalah.

"Kamu itu ya, Mas. Kalau aku tadi jatuh terus dedeknya kenapa-kenapa gimana? kamu mau tanggung jawab!" omel Hanny yang kini sudah berganti mengelus lembut perutnya.

Sedangkan Raka yang hanya memakai celana boxer semakin melebarkan senyuman dengan menunjukan deretan gigi-gigi putihnya yang tertata rapi. "Kan ada aku disini, jadi aku bakal pastikan kalian bakal aman! ters kalau misal ada apa-apa kan bisa buat lagi." dalih pria itu yang tentunya semakin membuat Hanny berdecak kesal, bahkan ia sampai menghentak-hentakkan kakinya, dan memukul lengan Raka tanpa ampun

“Ishh!! Kamu ya, Mas. Bisa aja ngelesnya!” gerutu Hanny, yang hanya dibalas kekehan ringan oleh sang suami. 

"Udah sana sekarang mandi yang bersih, aku mau tidur. Ngantuk!" sambung Hanny dengan kembali melangkah untuk keluar dari ruangan lembab itu. 

Tanpa disadari, di belakangnya, Raka sudah memamerkan senyuman jahil. Lantas untuk kedua kalinya, ia kembali menahan pergerakan wanita itu dan segera melingkarkan tangannya pada pimgaang ramping Hanny dari arah belakang. Kemudian membiarkan kepalanya bersandar pada bahu sang istri, merasakan bau harum yang terus menyeruak dari rambut hitam disana.

"Temenin mandi!" pintanya dengan berbisik tepat di telinga Hanny, membuat bulu kudung wanita itu meremang seketika.

Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa jantung Hanny juga tengah berdegup kencang saat ini, apalagi saat tangan Raka mulai bergerak memegang area sensitif wanita itu, dan tanpa basa-basi lagi ia segera mengangkat tubuh Hanny untuk masuk ke dalam bathtub bersamanya, Hanny sendiri hanya bisa pasrah dan menurut.

"Bagaimana, Sayang? Bukankah tadi kamu sendiri yang bilang kalau anak aku lagi kangen, jadi gapapa ‘kan kalau sekarang aku jengukin dia?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status