Share

BAB 8. Rencana Berbahaya

Dada Suri terasa sesak. Ia harus berpegangan pada ujung meja untuk menahan tubuhnya yang oleng sesaat karena tidak siap mendengar pernyataan gila yang diucapkan Adnan.

"Aku... aku benar-benar nggak ngerti apa yang sedang kamu bicarakan, Nan." Getar dalam suaranya menunjukkan emosi campur aduk yang telah ditekan kuat-kuat, tetapi tak lagi bisa wanita itu sembunyikan.

Hanya dalam kurun waktu dua hari, ia dibuat olahraga jantung berkali-kali. Patut diacungi jempol karena Suri masih belum tumbang juga akibat terlalu banyak menerima kejutan. Kemunculan Pram dan pertemuannya dengan Andaru mungkin memang sudah takdir yang tak bisa dihindari lagi. Namun, tentang apa yang dilakukan Adnan... itu sangat di luar dugaan.

Pria itu benar-benar tega karena menambah satu beban pikiran baru di kepala Suri tanpa membiarkannya istirahat sejenak saja.

Sulit menolerir tindakan gila Adnan. Memanipulasi data diri tak hanya miliknya sendiri, tetapi juga milik Suri dan Andaru yang terdaftar di Dukcapil. Bagaimana Adnan bisa melakukannya? Suri benar-benar tidak kuasa membayangkannya.

"Aku tahu, aku salah karena sudah mencuri beberapa berkas milikmu untuk aku gunakan seenaknya." Adnan terdengar sangat menyesal. "Saat aku memutuskan untuk bertindak diam-diam di belakangmu, aku berjanji pada diriku sendiri hanya akan menggunakan itu untuk situasi terdesak, setidaknya sampai Andaru berusia delapan belas tahun—"

"Tunggu sebentar...," Suri menyela karena ada yang mengganjal di pikirannya. "Kalau kamu memegang berkas-berkas yang asli, lalu... bagaimana dengan akta kelahiran Andaru dan kartu keluarga yang aku miliki selama ini?"

Adnan bungkam.

"Semua itu... palsu?" Suri nyaris tak mengeluarkan suara saat mengatakan sebaris tanya itu.

Kepalanya sibuk menggali ingatan.

Saat mengurus kartu keluarga dan akta kelahiran Andaru dulu, Adnan menawarkan bantuan yang tak bisa ditolak Suri. Karena masih perlu banyak beradaptasi dan sangat kerepotan mengurus Andaru, ia menyerahkan urusan administrasi dan segala macamnya kepada Adnan.

Tahun lalu, saat Suri mendaftarkan Andaru ke TK, Adnan bersikeras untuk menggantikan wanita itu menemui kepala sekolah dan menyerahkan berkas pendaftaran milik Andaru.

Sekarang... semuanya menjadi masuk akal. Mengapa Adnan selalu bersikeras membantu Suri setiap kali berurusan dengan administrasi. Tak lain karena Adnan memegang berkas asli milik Suri, yang dimanipulasi pria itu diam-diam. 

"Bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku, Nan?"

"Suri, aku minta maaf—"

"Jangan! Jangan meminta maaf. Itu nggak akan mengubah keadaan, kan?" tukas Suri.

Permintaan maaf hanya semakin membuat Suri merasa dipecundangi oleh keadaan. Dan mengingatkan kalau dirinya hanya wanita tak berdaya yang menyusahkan, yang terus menggantungkan hidupnya dan Andaru kepada Adnan.

Wanita itu turun dari kursi dan menepis tangan Adnan yang terulur menahannya. Ia perlu menjauh sedikit dari pria yang membuatnya nyaris gila itu, agar otaknya bisa kembali diajak berpikir dengan benar.

"Kamu adalah Danuarta. Punya kemampuan untuk melakukan sesuatu yang mustahil menjadi mudah. Jadi aku nggak akan mempertanyakan apa pun caramu mewujudkan itu." Suri seakan dipaksa menelan pil pahit saat mengatakannya. "Aku... aku hanya nggak habis pikir, kenapa kamu harus mengorbankan hidupmu untuk ini? Aku sama sekali nggak melihat ada untungnya buatmu."

"Nggak ada yang lebih penting dibandingkan kenyamanan dan keamanan Andaru. Dan saat itu aku nggak terpikir cara lain untuk melindunginya."

Suri percaya bahwa cinta yang tulus tak melulu harus berbagi darah daging yang sama. Adnan telah menunjukkan itu selama bertahun-tahun kepada Andaru. Hanya saja, tidak pernah terpikir kalau Adnan bisa bertindak sampai sejauh itu untuk Andaru.

"Lama-lama aku bisa gila menghadapi kamu, Nan," desah Suri. 

Keseriusan Adnan luntur saat kekeh kecilnya kembali mewarnai wajah. Ia menopang kepala dengan tangan besarnya yang bertumpu di atas meja. "Aku minta maaf karena mencuri surat-surat penting milikmu, tapi aku nggak menyesal memanipulasi data itu. Karena sekarang kita bisa menggunakannya dengan benar."

"Tapi, Nan, kamu... yakin ini akan berhasil?"

Adnan mengangguk pasti. "Walaupun Pram beberapa kali membuat keputusan ceroboh, aku tahu kalau dia sesungguhnya adalah orang yang teliti saat sudah bisa berpikir jernih. Pram terlihat sangat sakit hati saat aku mengatakan kalau Andaru adalah anakku. Dia juga nggak terima karena kamu sekarang bersamaku, sampai-sampai dia mengira kita berselingkuh. Seperti yang kamu bilang, Pram tidak akan tinggal diam.

"Beberapa jam dari sekarang, Pram pasti sudah akan menemukan data-data kita yang sudah resmi menikah secara hukum. Itu akan mengurangi kecurigaan pria itu. Tapi, Ri, itu semua masih belum cukup."

"Ya Tuhan! Sekarang apa lagi?"

"Pram pasti akan menuntut tes DNA." Adnan sengaja menggantung ucapannya selama beberapa detik. Semakin menambah ketegangan di pantry dengan lampu remang-remang itu. "Dan itu artinya... aku terpaksa harus melanggar hukum, sekali lagi, untuk menggagalkan niat sepupuku itu."

naftalenee

Wah, gawat nih. Adnan mau ngapain coba?😣😣😣

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status