Share

Belum Saatnya

“Ada apa ini?”

Terdengar suara seorang pria yang menyela perseteruan Dania dan pelayan butik. Sorot mata semua orang yang ada di sana langsung beralih ke arah pria itu.

Dania kaget saat dia melihat ada Haris dan seorang pria yang tidak dia kenal ada di hadapannya. Tatapan mata Haris langsung tertuju pada tangan Dania yang saat ini sedang dipegang erat oleh pelayan butik.

“Pak Haris,” ucap pelayan butik itu yang mengenali Haris.

“Pak Haris? Apa ini Pak Haris Wijaya, pemilik Media Grup?” celetuk Lisa sambil sedikit mendekat pada Haris.

“Ada apa ini? Kenapa ada ribut-ribut di sini?” tanya Haris tanpa menghiraukan pertanyaan Lisa.

“Maaf, Pak. Saya cuma mau nyuruh orang ini keluar dari sini.” Pelayan butik menjelaskan.

Haris melihat ke arah Dania. Wanita itu balas menatapnya sambil sedikit menggelengkan kepalanya lalu menunduk.

“Kamu bera ....”

“Memangnya ada apa sampai dia harus keluar dari sini?” Haris menyela ucapan asistennya.

“Pak Haris, orang ini tuh gak layak ada di sini. Dia gak akan mampu beli baju di sini,” ujar Lisa berapi-api.

Lisa menoleh ke arah Dania, “Liat aja penampilannya. Lusuh, gak berkelas sama sekali. Kalo nanti ada pelanggan lain di butik ini melihat dia di sini, apa gak akan bahaya, Pak?” lanjut Lisa sambil menatap sinis ke arah Dania.

“Bahaya?”

“Iya bahaya. Bisa-bisa keeksklusifan butik ini akan turun gara-gara dia. Pelanggan juga gak akan nyaman kalo ada orang gak berkelas ini ada di sini, Pak.” Lisa melirik tajam ke Dania, “Orang kayak dia gak akan mampu beli baju di sini! Dia cuma gembel di sini!” hardik Lisa.

“Bener itu, Pak. Saya kenal siapa dia. Dia ini cuma seorang pelayan dia rumah saya dulu. Dia di usir oleh mama saya karena dia ketauan maling uang mama saya. Heh Dania! Kamu pasti berani masuk ke sini karena abis ambil uang mama kan?!” Restu ikut menambahi.

“Aku gak pernah maling!” bantah Dania sambil menatap nyalang ke arah Restu.

“Pak Haris,” ucap Maya yang datang untuk menemui Dania.

“Bawa Dania ke mobil,” bisik Haris ke asistennya.

“Baik, Pak.”

“Bu Maya. Kebetulan banget kita ketemu di sini. Oh ya Bu, ini yang kemarin papa saya bilang tentang calon manager keuangan di Mediatama.” Lisa memperkenalkan Restu pada Maya.

“Manajer Mediatama.” Haris sambil melihat ke arah Maya.

“Maaf, Pak. Ini adalah putrinya Pak Hendra Gunawan, Direktur HRD di Mediatama. Beliau kemarin menemui saya dan mengatakan bahwa ada calon manager yang beliau rekomendasikan untuk mengisi kekosongan posisi manajer keuangan saat ini.” Maya menjelaskan pada Haris.

“Kerjakan sesuai prosedur.”

“Baik, Pak.”

Haris langsung pergi meninggalkan butik itu yang kemudian disusul dengan Dania mereka meninggalkan Maya yang tetap harus mengurusi beberapa keperluan Dania di tempat itu.

Melihat Dania pergi bersama Haris, tentu saja hal itu menjadi pemandangan yang sedikit aneh untuk Restu dan Lisa. Bagaimana mungkin wanita seperti Dania bisa pergi bersama dengan orang seperti Haris.

“Bu Maya, itu kok Dania bisa bareng sama Pak Haris sih. Emang Dania kenal di mana sama Pak Haris?” tanya Lisa sambil melihat punggung Haris yang semakin menjauh.

“Bu Dania itu ....”

“Pasti dia pembantu baru di rumahnya Pak Haris ya? Dia emang cocok sih jadi pembantu,” sahut Restu memotong ucapan Maya.

“Pembantu?” tanya Maya dengan sedikit heran.

“Iya, Bu Maya. Dia itu dulu pembantu di rumah pacar saya. Liat aja itu, penampilannya rendahan. Biarpun dia udah pake baju lumayan bagus, tapi tetep aja dia dekil. Urat sarafnya miskin sih, jadi pake apa aja ... ya tetep aja keliatan miskin,” seru Lisa.

“Eh iya, Bu. Besok kan hari terakhir magangnya Mas Restu. Kalo bisa, nanti Bu Maya kasih posisi Mas Restu yang strategis ya, Bu? Biar Mas Restu bisa cepet naik jabatan,” lanjut Lisa mencoba membujuk Maya.

Maya melihat ke arah Restu yang berdiri di samping Lisa, “Saya gak bisa kasih keputusan apa-apa. Semua tergantung dengan keputusan presdir.”

“Presdir? Emangnya presdir barunya udah bakalan dateng ya? Apa Pak Alex?”

“Liat aja besok. Maaf, saya permisi dulu. Saya masih ada banyak kerjaan.”

Maya segera meninggalkan Restu dan Lisa. Dia harus segera membelikan Dania setelan baru, untuk atasannya itu kenakan besok ke kantor.

Lisa dan Restu hanya melihat Maya memilih beberapa pakaian yang dipajang di sana sambil tersenyum. Lisa sangat yakin, kalau besok calon suaminya itu akan mendapat posisi bagus di Mediatama, karena dia memiliki koneksi yang cukup kuat di sana.

Saat Lisa dan Restu masih sibuk memilih pakaian, Dania saat ini sedang ada di dalam mobil bersama dengan Haris. Pria tua itu akan mengantar Dania ke salon, tempat yang akan dituju Dania.

“Kenapa kamu diem aja tadi?” tanya Haris.

“Gak papa. Gak ada gunanya membantah ucapan mereka,” jawab Dania.

Haris menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu?”

Dania menoleh ke arah Haris, “Biar besok dia lihat sendiri, siapa Dania saat ini.”

Haris tersenyum melihat tekad Dania yang terpancar di sorot mata wanita itu. Tampaknya Dania ingin memukul telak suami yang selama ini sudah menyia-nyiakan dia.

Dania sangat bertekad akan membalas semua perbuatan Restu sampai tuntas. Dia ingin memperlihatkan, kalau dirinya kini sudah tidak bisa direndahkan lagi oleh pria brengsek seperti dia.

***

Restu sangat bersemangat pergi ke kantor pagi ini. Hari ini adalah hari yang dia nantikan, karena hari ini adalah hari penentuan di mana dia akan di tempatkan di kantor yang sudah dia impikan sejak lama.

Restu sudah memakai setelan terbaiknya dengan harga mahal yang dia beli kemarin bersama dengan Lisa. Dia akan menemui calon mertuanya dulu, sebelum dia masuk ke ruang training.

“Om, nanti posisi Restu aman kan, Om?” tanya Restu saat dia baru saja tiba di lobi bersama papanya Lisa.

“Udah, kamu tenang aja. Om udah urus semuanya. Eh, itu kayaknya presdir barunya deh. Udah dateng ternyata,” ucap Hendra saat dia melihat ada sedikit kerumunan para pejabat di depan lift.

“Cewek ya Om presdirnya.”

“Katanya sih gitu. Ya udah, kamu masuk aja dulu sana. Om mau kasih salam dulu ke presdir baru.”

“Ok, Om. Jangan lupa promosiin Restu ya, Om.”

Hendra dan Restu akhirnya berpisah. Hendra berjalan cepat menuju ke lift, karena dia ingin menyapa pimpinan baru di tempat ini. Dia tidak boleh ketinggalan dari para direktur lain.

Restu masih di lobi. Dia menyapa temannya yang bersama dengan dia selama beberapa hari ini di ruang training. Dia pun segera masuk ke ruang training, untuk menunggu hasil keputusan akhir penempatan mereka di perusahaan ini.

“Selamat pagu semuanya. Seperti apa yang sudah saya katakan kemarin, hari ini kalian akan diberikan keputusan penempatan kalian di perusahaan ini. Setelah kalian melihat posisi kalian di amplop ini, silakan menuju ke divisi kalian masing-masing,” ucap penanggung jawab training.

“Manajer keuangan. Minimal asisten manajer. Pengalaman kerja aku jauh lebih banyak dibanding mereka, jadi pasti aku akan dapet posisi lebih tinggi,” gumam Restu penuh percaya diri.

Satu persatu surat keputusan di terima oleh para peserta magang. Mereka kini semakin gugup saat akan membuka amplop yang ada di tangan mereka.

Restu dengan penuh percaya diri membuka amplopnya itu. Mengingat calon mertuanya adalah Direktur HRD di sini, pasti papa kekasihnya itu akan memberikannya posisi seperti yang dia inginkan. Restu membuka kertas yang ada di dalam amplop lalu membaca isinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status