"Apa yang kau pikirkan?" Alex mendudukkan tubuh istrinya dengan hati-hati. Menarik tubuh telanjangnya pelan dan membawa langkahnya menuju ruang ganti."Hilangkan pikiran mesummu itu!" Tawa itu masih terdengar meski tubuh Alex sudah menghilang ke dalam sana. Wajah Airin langsung memerah, merasa salah telah berpikiran macam-macam pada lelaki itu. Ia sampai menenggelamkan wajahnya sendiri karena malu yang teramat sangat.Apa ia salah punya pikiran seperti itu? Sedangkan tadi ia sungguh melihat Alex seperti hendak menerkamnya."Ternyata kau juga punya rasa malu!" Airin kembali mendengar suaranya, padahal Alex baru saja menghilang lima menit yang lalu. Tapi saat Airin mendongak, tubuh lelaki itu sudah berdiri tepat di depannya.Airin merasa kalah sekali lagi. Benar-benar ini adalah hari tersial baginya."Tunggu di sini, jangan ke mana-mana!" Alex memperingatkan, selanjutnya ia melangkah ke arah pintu dan keluar begitu saja.Airin mendengus kesal. Apa maksudnya coba? Ia di suruh menunggu t
"Ingat, jangan keluyuran saat aku tidak ada di rumah!" Alex memperingati sebelum masuk mobil, selanjutnya lelaki itu tidak lagi memberi salam perpisahan apapun sampai mobil itu bergerak dan meninggalkan pelataran rumah.Airin hanya diam dan menekuk wajah. Apa iya, ia harus seharian di dalam rumah. Bisa mati bosan nanti. Gadis itu menaiki lagi anak tangga menuju kamar, lantas beberapa menit kemudian terlihat turun dengan penampilan yang sudah rapi."Maaf, Nona, Anda mau ke mana?" Pelayan yang di tugaskan Alex untuk mengawasinya segera mengikuti langkah gadis itu yang bergerak menuju pintu utama."Aku mau keluar sebentar, Bi. Ada apa?" Airin berbalik dan menatap wajah perempuan yang mungkin usianya lebih tua beberapa tahun dengannya. Perempuan itu terlihat panik dan berusaha mencegah."Tapi, Nona, Tuan Alex berpesan jika Anda tidak boleh keluyuran," ungkap perempuan itu mengingatkannya.Airin mendengus seraya pandangannya menukik ke arahnya, "Aku bukan keluyuran, Bi. Aku mau ke restoran
"Kau ...!" Airin menatap tajam ke arah lelaki itu, sekuat tenaga ia coba hempaskan tangan yang memganginya. "Lepas!!!""Kau sungguh tidak mengenalku, Rin?" Raut kecewa jelas tergambar di wajahnya. Lelaki tadi menunduk setelah melepaskan cekalan tangan Airin.Airin tidak mempedulikannya, ia mulai melangkah menjauh dan menghindari lelaki yang ia anggap gila."Alfariski ...! Apa kau juga tidak mengenal nama itu?"Ucapan lelaki tadi sontak membuat Airin menghentikan langkahnya. Gadis itu mematung, seakan kedua kakinya terkunci di tempatnya berdiri. "Al–fa ...?" Airin mengeja nama itu. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Pertanyaan itu berputar-putar sendiri di kepalanya.Tidak! Airin menggeleng cepat. Menolak pengakuan dari lelaki tadi.Sosok Alfa yang ia kenal bukan seperti ini. Ia hanya lelaki biasa dan juga penampilannya yang sederhana. Sedangkan yang berdiri dan menahannya tadi ..."Aku Alfa, Rin, apa kau sudah melupakanku?" Lelaki itu berucap lagi. Dan semakin membuat Airin semakin b
Nana berjalan tergesa menghampiri Airin yang masih duduk berhadapan dengan seorang pria asing. Pria yang sebelumnya tidak pernah Nana kenali itu terlihat terus saja memberikan senyuman pada gadis di depannya. Airin juga tak ketinggalan rupanya, ia terus membalas senyuman dari pria asing yang baru saja Nana lihat itu.'Siapa dia? Kenapa mereka akrab sekali?' Nana menduga-duga, barangkali saudara atau teman lama Airin yang tidak pernah ia ketahui."Rin ...!" Nana memanggil nama itu saat hampir mendekatinya beberapa langkah lagi. Dengan cepat Airin mengubah raut wjaahnya. Ia menengok, menatap wajah Nana dengan penuh penasaran, "Ada apa?" Gadis itu juga bangkit dari tempatnya duduk, setelah itu Nana melihat pria yang bersama Airin tadi malah menjauh."Dia siapa, Rin? Teman, atau siapa?"Airin tidak ingin menanggapinya. Gadis itu hanya memutar bola matanya malas, "Hanya teman, kenapa?"Nana masih memperhatikan pria tadi yang tengah berbincang dengan tamunya, "Tidak apa-apa." Gadis itu ter
Ungkapan terakhir Alex sukses membuat gadis itu terbelalak dan tanpa sengaja menyemburkan begitu saja makanan yang sedang ia kunyah, "Upsss, maaf, tapi aku sengaja lho." Airin sengaja berbisik, agar Alex tidak mendengarnya secara jelas."Kau bilang apa!" Lelaki itu mengambil tissu dan membersihkan sisa makan yang masih menempel di pakaian kerjanya, "Coba ulangi!""Maaf, aku tidak sengaja." Gadis itu sengaja memalingkan wajah, lalu tersenyum puas karena berhasil membalas ucapan Alex secara langsung."Dasar, jorok! Mana ada lelaki yang menyukaimu jika tingkahmu seperti ini!" Lagi-lagi ucapan Alex mampu membuat Airin semakin kesal."Memangnya kenapa? Aku tidak butuh di sukai!" ungkap Airin seolah tidak peduli dengan pandangan orang lain terhadapnya."Tentu saja kau tak peduli, karena kau memang wanita jadi-jadian!" Alex mengeram sendiri melihat sikap istrinya yang sungguh membuatnya naik darah.Mungkin sepanjang hidupnya ia terus menyesali pertemuannya dengan gadis itu. Kenapa bisa? Kena
Kedua mata Airin membola menyaksikan adegan yang saat ini tengah ia lihat tepat di depannya. Adegan yang sontak membuat langkahnya terhenti, serta bibir yang langsung mengatup rapat.Uhhhg, dasar, kurang ajar! Jadi ini alasanmu mengabaikanku di mobil sejak tadi?Ingin sekali Airin berteriak dan langsung memaki sepasang manusia yang saat ini masih berpelukan di dalam sana. Namun otaknya masih waras hanya untuk melampiaskan emosinya yang tanpa alasan. Apa jadinya jika ia marah, pasti lelaki itu akan langsung besar kepala dan menganggapnya cemburu.Cemburu? Harusnya ia merasakannya sekarang. Mungkin jika wanita lain akan langsung marah dan menyeret perempuan itu. Tapi, apa gunanya jika ia sendiri belum tahu pernikahan seperti apa yang saat ini ia jalani.Bukankah ini hanya status.Bukankah pernikahannya hanya perjodohan dari kedua orang tuanya.Dan mungkin Alex juga menganggapnya begitu."Dasar, tidak tahu malu!" Akhirnya Airin hanya bisa mengumpat saat dua orang itu belum juga melepas
Wanita itu meringkuk, menelusupkan kepalanya pada dada telanjang sang suami yang masih sama-sama terpejam di sebelahnya. Sesekali tangannya meraba naik turun pada punggung pria itu, hingga sang pemilik merasa terusik oleh gerakan jari jemari lentik miliknya."El ...!" Dengan masih menahan kantuk yang amat sangat Roy menahan tangan itu, agar berhenti bermain-main yang akan membuat sesuatu di bawah sana kembali terusik.Elisa hanya bergumam pelan. Cekalan tangan yang sudah terlepas lagi-lagi ia gunakan untuk menyelusuri punggung polos milik suaminya.Roy hanya bisa diam merasakan jemari itu terus menari dan semakin terasa menggelitik. Tidak sampai di situ, Elisa malah kini merapatkan tubuh, sampai ia benar-benar bisa merasakan tubuh hangat milik istrinya."Berhenti, El! Atau aku benar-benar tidak akan melepaskanmu." Ternyata ancaman Roy tidak bisa menghentikan Elisa, wanita itu terus saja bertindak sesuka hati. Tidak peduli pada Roy yang berusaha menahannya sekuat tenaga."Kenapa? Aku t
"Dirga, bagaimana kelanjutan mengenai penyelidikanmu?" Di dalam ruanganan tiga lelaki itu membahas mengenai rencana selanjutnya yang akan mereka jalankan. Arya, Alex, serta Dirga, salah satu orang yang di percaya oleh Arya untuk mengawasi target dari jarak yang lumayan dekat."Seperti yang kita duga sebelumnya, Tuan. Prasetya Group memang mempunyai keterkaitan dengan ini." Dirga memberikan berkas yang sudah ia cocokkan sebelumnya mengenai perusahaan itu, dan ternyata memang benar adanya."Jadi, mereka sendiri murni yang melakukan?" Arya memeriksanya, lantas ia mengamati sekali lagi."Mengenai hal itu. Sebenarnya saya kurang yakin. Sepertinya masih ada seseorang yang berdiri di belakang mereka." Dirga kembali menjelaskan. Tugasnya memang terbilang berat. Jika lengah sedikit saja mungkin pihak musuh akan langsung mencium pergerakannya."Kau bisa kan mencari tahu lebih detail lagi? Aku ingin semua terbongkar. Termasuk siapa saja yang pernah berdiri di belakang mereka. Kita harus mengusut