Share

PART - 08

Shine ternganga, memegangi kepalanya dengan tangannya yang lain merasakan pusing.

"Oh pemuas wanita?" Shine kembali fokus. "Oke, itu sangat membantu untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus aku ambil."

"Oh senang sekali bisa membantumu. Apa kau akan merobek leherku sekarang juga?"

"Tidak. Tidak sekarang karena pelajaran berharga untuk lelaki sepertimu itu—" Shine tersenyum smirk. "Yang seperti ini."

BUUK!!

Shine mengayunkan kakinya tepat mengenai kebanggaan lelaki itu dengan kerasnya dan berlanjut memukul wajahnya mengenai tulang hidung dan pipi.

"Arrgghh, Shit!!!" umpat lelaki itu seraya mundur dan merunduk memegangi itu-nya dengan kedua tangan terlihat kesakitan. "Sialan!! Apa wanita selalu mengarahkan kemarahan mereka ke bagian terpenting laki-laki yang bisa memuaskan kalian tanpa ampun!!"

"Yeah, supaya itu-mu punya tata krama!!" Umpat Shine seraya tersenyum penuh kemenangan.

"Kau mau melawanku, huh? Tanggung akibatnya nanti!!"desisnya.

"Oh, siapa takut."

Shine menghunuskan pisaunya maju dengan cepat, ingin melihat apa lelaki itu bisa menghindari serangannya sekaligus ingin membuka penutup kepalanya tapi serangannya ditahan tangan laki-laki itu yang langsung memutar lengannya ke belakang, merampas pisaunya, menarik satu tangannya yang lain dan menahan kedua pergelangan tangannya di belakang punggung lalu dengan seenak jidatnya melingkarkan lengannya yang lain di pinggangnya dari belakang dan merapatkan tubuh mereka.

"Brengsek!! Lepaskan aku. Kamu mau mati ya?!" Pekiknya murka.

"Kau mengejutkanku," bisik lelaki itu dari belakang telinga. Aroma maskulinnya tercium kuat. Saat itu Shine menyadari mungkin saja lelaki yang dia lawan ini anggota sindikat mafia yang nyasar di jalanan perumahannya dan butuh wanita untuk di jual ke mucikari. "Lawan yang menyenangkan. Kita bisa adu gulat seperti ini nantinya kalau marahan."

"SIAPA YANG BILANG AKU MAU BERTEMU DENGANMU LAGI!!!" Teriaknya.

Seketika Shine langsung merinding. Dia bersumpah lebih memilih melihat sundel bolong yang paling ditakutinya sejagat dunia perhantuan dari pada harus membayangkan dirinya menyerahkan diri pada lelaki itu dan berada di dalam salah satu kamar segi empat yang hanya menyediakan ranjang dan laci penuh dengan karet balon untuk melayaninya. Oh tidak!!

"Apa maumu?!" Shine jelas memberontak tapi sialnya tenaga lelaki itu lebih besar meskipun tadi dia sudah mendapatkan tendangan cinta.

"Kau menggodaku, My lady," bisiknya lagi disertai dengan hambusan di tengkuknya membuatnya meremang seketika.

“Apa yang kamu inginkan sebenarnya?" Shine mencoba  menarik cekalan tangannya tapi susah sampai di kejauhan bapak-bapak ronda komplek perumahannya terlihat mendekat sambil bercakap-cakap.

"TOL—Hmmpp."

Mulutnya dibekap, ditarik mundur ke salah satu rumah yang memiliki aneka tumbuhan asri dan pohon mangga yang bisa menenggelamkan tubuh mereka berdua dari pandangan tapi sialnya lampu rumahnya padam yang artinya pemilik rumah sedang tidak ada.

Ya Tuhan padahal dia tadi cuma berniat makan doang.

Shine dipojokkan ke dinding rumah dengan mulut dan tangan yang dipegangi erat sampai bapak-bapak yang tadi lewat dan suara mereka menghilang diujung gang.

"Tiga kali—" bisik lelaki itu lagi,melepas bekapan tangannya membuat Shine langsung mangap-mangap mencari oksigen. "Tangan dan kakimu ini melakukan tindak kekerasan terhadapku jadi jangan salahkan aku kalau saat ini aku membalasnya dengan sesuatu yang sama."

"Apa maksudmu?" desis Shine tidak mengerti.

Lelaki itu membalik tubuhnya dengan mudah agar saling berhadapan, menarik kedua tangannya ke atas, mencekalnya ke dinding dan merapatkan tubuhnya membuat Shine langsung melotot sangar.

"JANGAN MACAM-MAC—Hmmmpp."

Sialnya teriakannya langsung dibungkam dengan bibir lelaki itu yang memagutnya dengan rakus dan tanpa ampun seakan-akan ada sesuatu dalam mulutnya yang membuatnya menggila. Shine sampai kewalahan karena bibirnya sudah terlanjur terbuka dan lelaki itu dengan leluasa menjelajah di sana tanpa memberinya waktu untuk berpikir.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status