Setelah memutuskan mengikuti Gio ke Italia demi kesehatan kandungan dan mentalnya, Serena akhirnya bisa mendapatkan ketenangan. Ia bekerja dengan giat sebagai editor penanggung jawab utama di perusahaan penerbitan pria itu yang bernama Trinity Publishing.Gio juga membantunya dengan mempersiapkan tempat tinggal yang nyaman yang tak jauh dari perusahaan. Selain itu, pria itu juga menyiapkan pengacara untuk mengurus surat perceraian dengan Julien. Dan sejak surat perceraian dilayangkan, tepat ketika Serena melahirkan bayinya yang ternyata kembar, bertepatan dengan hari itu juga proses surat perceraiannya dengan Julien selesai. Mereka resmi bercerai.Walau begitu sedih, tapi Serena tak bisa berpaling dari tujuannya. Ia yang telah mencurahkan hidupnya untuk kedua putra-putrinya, kini semakin terpacu untuk membahagiakan mereka tanpa menoleh lagi ke masa lalu semenjak kedua bayinya lahir. Dan semua kemudahan yang ia lalui tak lepas dari bantuan Gio.Kemudian, tak terasa lima tahun telah ber
"Ini tidak mungkin. Aku tidak bisa!" Serena menghela napasnya dan menyibak rambut sebahunya dengan frustasi.Ia kini sedang berada di kantornya dengan Gio. Mereka sedang membicarakan lagi rencana kepulangan sementara Serena ke London."Aku tahu alasanmu. Tapi, kita tak bisa melakukan apa-apa untuk masalah ini selain kau kembali ke sana untuk sementara waktu, bukan? Richard adalah aktor kenamaan yang sedang naik daun. Ia secara khusus memilih penulis di perusahaan kita. Apa kita akan membiarkan klien sepenting itu hilang begitu saja? Kau tentu tahu berapa yang sudah dihasilkannya untuk perusahaan kita, kan?"Serena mendesah lagi dengan berat. Ia melepas kacamatanya dan menatap Gio dengan bimbang.Gio yang sebelumnya duduk di sofa di ruang kerjanya, kini berdiri dan mendekat ke arah Serena. "Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi, jangan biarkan itu mengganggumu, oke? Kalian sudah lama berpisah dan tak akan ada yang terjadi seandainya kalian bertemu sekali pun.""Ia sudah menandatangani s
Tepuk tangan dan riuh rendah para penonton yang menyesakkan studio membuat Serena sempat ragu ketika akan melintas ke arah panggung. Mengetahui itu, Gio meremas jemari Serena untuk menenangkannya."Tak perlu takut, ini hanya studio kecil. Ruangan ini hanya skala kecil untuk artis sebesar Richard. Tapi, jangan merasa tertekan, Darling. Ada aku di sampingmu," bisiknya.Serena menelan ludahnya dan mengangguk kecil sebagai tanda ia mengerti. Ia kemudian mengubah raut wajahnya menjadi profesional ketika berjalan ke arah panggung yang telah diatur untuk sesi wawancara singkat semacam jumpa pers.Setelah pembawa acara mempersilakan Serena dan Gio duduk, ia memperkenalkan Serena sebagai CEO perusahaan Trinity yang bekerja sama dengan Richard. Dan Gio yang berlaku sebagai presdir utama kemudian diberi kesempatan untuk berbicara."Terima kasih untuk dukungan kalian kepada penulis kami. Antusiasme yang begitu besar untuk mengetahui siapa sosok di balik Willow White sungguh membuat kami sempat me
"Serena, tunggu!" Gio mengejar Serena yang berjalan cepat ke arah ruang rias ketika mereka selesai melaksanakan acara tersebut.Ia sangat paham mengapa Serena bergegas keluar setelah acara mereka selesai. Wanita itu bahkan dengan lihai menyelinap di antara kerumunan para penonton yang didominasi oleh wanita yang sedang bersibuk ria meminta foto dengan Richard dan Julien.Walau tidak seterkenal Richard, sosok Julien pernah beberapa kali diberitakan oleh media-media setempat karena rumornya di masa lalu dan karena kedekatannya dengan beberapa model serta selebritis yang berasal dari kota yang sama. Dan itu, rupanya membuat para wanita penasaran dengannya selain wajah tampannya tentu saja.Kapan lagi mereka dapat bertemu langsung dengan pria menawan yang merupakan pengusaha sukses terkenal itu? Karenanya, saat pria itu sibuk kesempatan itu diambil Serena untuk melarikan diri darinya."Tolong jalan perlahan atau kau bisa cidera. Serena, Darling, please!"Gio akhirnya mampu meraih lengan S
Mau tak mau, kini Serena memang harus sering bertemu dengan Julien untuk proyek kerja sama yang perusahaan mereka sedang lakukan. Seperti pagi ini, ia sedang berhadapan dengan Julien karena ia telah 'dijemput paksa' oleh sopir suruhan Julien. Walau ia tahu kedepannya ia akan sering bertemu pria itu, tapi ia tak menyangka akan bertemu lagi secepat ini dengannya."Apakah perlu untuk sampai mengirim sopirmu ke kediamanku sepagi ini, Tuan Julien? Tidakkah itu cukup tidak sopan untuk kau lakukan?" ucap Serena sambil memasang wajah yang defensif.Ia jelas merasa kesal tapi berusaha sebisa mungkin menahan kekesalannya untuk tetap bersikap profesional di hadapan rekan bisnisnya. Jika bukan karena pekerjaan, ia mungkin tak akan menghiraukan sopir yang dikirim Julien untuk menjemputnya tadi.Ia yang sebelumnya sempat merasa heran karena Julien bisa mengetahui kediamannya akhirnya mengerti jika itu semua berkat pemberitahuan Gio kepadanya. Dan yang lebih membuatnya kesal, saat ia meminta penjela
"Tak berubah katamu? Oh, lucu sekali. Apa karena kau merasa telah berubah jadi kini kau berlagak seperti orang lain? Lihatlah kau, Seren, walau mungkin sekarang pakaian dan penampilanmu terlihat bergaya, kau tetaplah orang yang sama."Helena yang awalnya tertawa, kemudian seketika saja mengubah mimik wajahnya dan menatap dingin pada Serena. "Jadi, mengapa kau kembali?" tanyanya dengan nada rendah yang mengintimidasi.Jika dulu Serena akan menggigil karena mendengar nada suara yang menyiratkan ancaman dan peringatan kebencian itu, tapi kini tidak lagi. Tak ada yang membuatnya takut lagi karena ia telah merasakan ketakutan nyata ketika harus berjuang sendiri untuk mempertahankan kandungannya dan ketika ia melahirkan."Kau masih bertanya? Kau pasti tahu aku kembali karena urusan pekerjaanku. Tak ada yang lain selain hal itu. Jika saja pekerjaanku bisa kuselesaikan besok, maka dengan senang hati aku akan pergi dari sini saat itu juga."Helena mengangkat salah satu alisnya dan menatap sini
Setelah memberi perintah pada Ellie untuk membawa putra-putrinya bermain di dalam kamar mereka, kini Serena sedang duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya.Ia meminta mereka untuk masuk ke dalam ruang kerjanya, sesaat setelah kedua anaknya pergi bersama Ellie."Tidakkah kau tahu bahwa kau terlalu berlebihan dalam bersikap?" ucap Anie sambil menyeruput minuman di cangkirnya."Kau tak seperti tahu saja dirinya. Ia memang tak pernah bisa bersikap baik dan menyenangkan," timpal Frankie, sang ayah yang kemudian mengikuti istrinya menyeruput minumannya sendiri.Karena merasa malas berdebat dan menanggapi mereka, Serena langsung berkata, "Bagaimana bisa kalian kemari?"Anie melirik Serena sejenak sebelum meletakkan cangkirnya."Bukankah itu hal yang mudah? Kau muncul di televisi dan media sosial. Kau banyak menjadi perbincangan di mana-mana. Apanya yang sulit menemukanmu? Helena saja bisa tahu rumahmu. Ah, ngomong-ngomong, rumah yang bagus," balas Anie santai.Dalam hati, Serena rasanya i
Serena mengembuskan napasnya dan meletakkan kaca matanya dengan frustasi. Sudah sekitar tiga jam yang lalu ia tak dapat berfokus pada naskah terbaru miliknya karena selalu teringat kejadian pagi tadi.Ia tak dapat memejamkan kedua matanya hingga larut seperti sekarang ini karena masih begitu terpukul. Ia masih merasa malu sekaligus kecewa kepada kedua orang tuanya. Terlebih, di atas semua itu, yang paling membuatnya frustasi adalah Gio harus menyaksikan sikap memalukan kedua orang tuanya.Lagi-lagi Serena mendesah. Jika bukan karena bantuan Gio, ia mungkin tak tahu harus berbuat apa dengan ancaman ibunya. Pria itu menyelamatkannya dari niat buruk sang ibu yang ingin memanfaatkan kedua anaknya untuk kepentingannya.Tak main-main dengan ucapannya, pria itu segera mentransfer sejumlah nominal fantastis ke dalam rekening orang tuanya setelah ia menghapus sendiri semua foto yang berada di dalam ponsel ibunya. Ia juga membuat kedua orang tuanya menandatangani surat perjanjian di depan matan