Xander semakin gila saat ia mengetahui hasil pemeriksaan Leoni dari rumah sakit yang memanglah mengalami keguguran wanita itu. Anak Xander yang gugur akibat ulah ayahnya sendiri.
Rasa sakit hati serta penyesalan menghampiri Xander selama beberapa hari ini. Ia bahkan tak memiliki gairah untuk pergi ke mana pun. Bahkan pergi untuk meminta maaf pada Leoni, rasanya ia tak bisa melihat wajah wanita itu karena rasa bersalahnya yang begitu besar. Pada mini bar villa pribadinya Xander menghabiskan waktu untuk merenung, merasa bersalah atas apa yang terjadi kepada wanita itu ditemani Dominic yang sebelumnya telah ia mintai keterangan. "Jadi, apa yang selanjutnya terjadi pada malam itu?" "Malam itu dia menghubungiku untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit," ungkap Dominic. Ada keraguan pada raut wajah pria ini. "Bera"Minum alkohol di dalam perusahaan itu melanggar aturan. Dan kau malah berani meminumnya di hadapan CEO," cetus Theodore setelah ia tolak galas pemberian Leoni sebab dirinya masih memiliki banyak meeting penting dan tak mungkin mabuk. Leoni menegak habis tandas cairan berwarna gold itu ke dalam mulutnya. Duduk ia pada sofa depan Theodore. "Apa kau memintaku datang hanya untuk melihatmu termenung seperti ini?" "Tentu saja tidak," timpal Leoni. Kembali ia beranjak dari duduknya, gontai menuju ruang istirahat lantas ia buka pintu yang sedari tai tertutup rapat. "Tolong urus dia untukku. Aku sudah hilang akal untuk menampungnya." Di dalamnya, terdapat Xander yang mabuk berat tak sadarkan diri. Hampir setiap hari selama satu minggu penuh ini pria itu selalu datang menghampiri Leoni dalam kondisi yang mengenaskan. Selama itu juga Theodore yang mengurusnya, mengirim pria itu kembali melalui Dominic yang akan mengant
Penyesalan terbesar dalam hidup Xander ialah menolak rencana pernikahanya bersama Leoni dulu. Ia malah dengan bodohnya menukarkan posisinya dengan Tavel, dan membuat sakit wanita itu. Tak pernah ia duga jika penyesalan besar seperti ini akan hadir ke dalam kehidupanya. Andai saja saat itu ia tak menolak, ia tak bodoh dengan terus mencari kekasihnya yang hilang, seandainya yang menikah dengan Leoni adalah dirinya, mungkin hubungan keduanya akan bahagia, dan mereka tak akan menyakiti satu sama lain. Kini pria itu memohon ampun untuk dimaafkan, diberi kesempatan kedua. Sebab ia tak ingin kehilangan cintanya, tak ingin kehilangan Leoni yang amat sangat ia inginkan. Hubungan mereka terlalu rumit saat ini. Leoni merupakan mantan kakak iparnya. Tidak mungkin mereka bisa menjalin hubungan dengan serius. "Aku mohon, berikan satu kesempatan padaku untuk menebusnya. Aku mencintaimu."
Diundang dikumpulkan dalam sebuah jamuan besar yang diadakan di kediaman Isaac Mallen Vargas. Para tamu-tamu penting pun berkelas, pebisnis sukses Spanyol. Suara obrolan-obrolan ringan namun berbobot dari para petinggi perusahan. Makan malam telah diadakan dari sepuluh menit yang lalu. Masing-masing para tetamu menikmati makan malam lezat yang dihidangkan dengan tenang. Duduk Leoni pada ujung meja ditemani Theodore di sampingnya. Tepat berhadapan denganya, duduk Xander serta Tavel yang mewakili keluarga Miller. Keduanya dipertemukan kembali dalam jamuan makan malam kali ini setelah satu bulan penuh tak bertemu. Canggung di antara keduanya, mencuri pandang kemudian sama-sama mereka alihkan saat tak sengaja pandangan mereka saling bertemu. "Selamat atas lahirnya cucu pertama keluarga Miller." Theodore membuka suaranya, membuat seluruh atensi tertuju pada pria tampan dewasa berstelan jas biru tua licin tersebut.
Dua wanita cantik itu berjalan bersama masuk ke dalam sebuah restoran yang menyajikan Chinese tea di dalamnya. Memesan makan siang sebab mereka belum memakan apapun sejak mendarat di China dari pukul tujuh pagi tadi. Bermodalkan informasi dari teman serta internet Kizzie dan Leoni menghabiskan waktu siang mereka untuk berjalan-jalan tak jauh dari hotel. Berbelanja membeli barang sebab Kizzie hendak memberikan kejutan pada kekasihnya, Lucas. Leoni yang tak menyarankan kejutan setelah hubungan jarak jauh ditentang oleh Kizzie. Wanita itu yakin kekasihnya setia dan ia tidak akan mendapatkan hal mengecewakan setelah jauh-jauh datang dari Spanyol. Otak Leoni memang dipenuhi pikiran curiga, negative thinking tak masuk akal. "Xie xie," ucap Kizzie pada pelayan tampan yang mengantarkan makanan. "Wajah mereka begitu lembut dan manis, bukan?" paparnya pada Leoni. Memiliki wajah yang tampan, kulit putih s
Di dalam penthouse Lucas. Dua sejoli tengah bersama pada ruang utama. Lucas membiarkan Kizzie untuk berbaring di atas pahanya sementara ia sibuk menonton saluran televisi. "Kenapa kau dekat sekali dengan perempuan itu? Mungkinkah dia benar-benar selingkuhanmu?" lontar Kizzie. Terus ia pandangi foto Lucas bersama seorang wanita yang sengaja pra itu buat untuk membuat berita palsu. Tentunya atas ijin dari Kizzie. "Professional job, Baby." Lucas menimpali. Dua orang ini bekerja sama untuk mengelabui Leoni, kembali mendekatkan wanita itu pada Xander untuk memperjuangkan ayah bagi Zeline. Sama-sama tak rela jika Xander yang akan berakhir menikah dengan seorang jalang ibukota. "Kau sudah mengatakanya pada Xander mengenai Zeline?" tanya Kizzie, mendongak menatap pada Lucas. Telapak tangan besar pria itu mengelus lembut pipi kekasihnya. Tanpa
Berdiri Xander di depan pintu kamar hotel Leoni. Memegang ponsel wanita itu yang ia pesan untuk meminta pelayan mengantarkanya. Namun, xander lebih memilih untuk mengantarakanya sendiri. Ponsel di dalam genggamanya seketika bertering. Menyala layar ponsel menampilkan sebuah pesan chat yang tak sengaja Xander baca. 'Putrimu yang nakal ingin berbicara denganmu.' itu sebuah pesan dari Theodore. Disertai gambang yang bayi kecil yang tengah merengek menangis hingga wajahnya memerah. Belum sempat Xander mengetuk pintu, tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka. Menampilkan Leoni yang sudah tampil cantik dengan balutan dress pendek slim fit pada tubuh sintalnya. Leoni terkejut melihat Xandr berdiri di depan pintu kamar hotel. Menilik pria itu lalu turun melihat ponselnya yang sedang Xander p
"Kau baik-baik saja? Bagaimana kondisimu, astaga. Aku sangat terkejut." Kizzie memeluk Leoni, melepaskanya lagi untuk memastikan, lalu memeluknya lagi. Terus seperti itu beberapa kali. Ia begitu khawatir saat mendengar kabar Leoni yang hampir tertabrak pengendara mabuk di depan hotel. "Ahh~ Seharusnya aku tak meninggalkanmu sendirian," keluhnya. Merasa sangat bersalah. "Aku baik-baik saja. Hanya kakiku yang sedikit terluka," kata Leoni mencoba menenangkan sahabatnya itu. KIzzie meihat luka pada lutut Leoni yang telah terbalut rapih. "Kau membuatku khawatir." "Ayolah, aku baik-baik saja," ungkap Leoni. Meminta Kizzie untuk menghilangkan ke khawatiranya. Sementara itu Lucas berada di kamar hotel Xander. Sama-sama keduanya menyulut batang nikotin lalu menyesap whisky disertai batu es di dalam gelas. Sal
Leoni menatap keluar jendela dari dalam mobil yang telah terparkir pada basement penthouse sejak dua puluh menit yang lalu. Bersama Xander yang terus mencoba membujuknya. Mereka tidak bisa berjalan keluar sebab pangkal paha pria itu yang terus tegak menonjol. Gila. Dan itu membuat Xander terus membujuk Leoni untuk melakukanya di dalam mobil. "Aku tidak mau," tolak Leoni. Menghempas menyingkirkan tangan Xander yang merayap pada tubuhnya. "Jangan berharap aku mau melakukanya di sini." Xander memeluknya dari belakang, mencium tengkuk Leoni beberapa kali. "Bantu aku, Babe, please." Mencebik kesal wajah cantiknya. Menyesal Leoni berada di atas pangkuan Xander sepanjang jalan tadi sehingga membuatnya terlibat dalam masalah seperti ini. "Hah Zeline!" Leoni berteriak serta menunjuk ke arah luar, menyingkikan tangan Xander dari tubuhnya lantas