Share

Tetanggaku Pujaan Hatiku

Bibir Kejora seakan lupa bagaimana caranya berhenti tersenyum.

Bagaimana tidak, ternyata rumah yang dijanjikan sang Ayah untuk Kejora tempati selama berkuliah di Jerman—berada tepat di depan rumah Arjuna.

Rendra sendiri tidak pernah tau jika anak dari Alisha dan Ben tinggal di depan rumah yang dibelinya beberapa bulan lalu.

Pasalnya Alisha dan Ben juga tidak menetap di sana, mereka selalu berpindah dari satu kota ke kota lainnya untuk mengawasi restoran milik mereka yang tersebar di beberapa kota di Jerman dan Irlandia.

Selain itu Alisha dan Ben memiliki rumah tinggal di Irlandia dan datang ke Jerman hanya sesekali untuk mengunjungi Arjuna dan restorannya saja.

Seakan semesta berpihak padanya dan takdir kadang bercanda selucu ini.

Kejora akan lebih mudah memikat hati Arjunanya, ia telah menyusun berbagai rencana yang salah satunya adalah membuatkan sarapan pagi dan makan malam untuk pria itu.

Hitung-hitung ia belajar menjadi seorang istri bagi sang Arjuna.

Sebelum rumah itu rampung untuk direnovasi bagian interiornya, untuk sementara waktu Kejora tinggal di apartemen dan mulai besok Kejora sudah bisa menempati rumah itu.

Senyum penuh kebahagiaan di bibir Kejora, tertangkap jelas oleh Arjuna yang sedang membayangkan bagaimana hidupnya kedepan dengan Kejora menjadi tetangganya.

Semenjak kemarin malam kedua orang tuanya menceritakan jika Kejora akan menjadi tetangganya, sejak itu juga Arjuna seperti ingin lenyap dari muka bumi ini.

Siang itu keluarga Rendra sengaja mengunjungi Ben dan Alisha untuk pamit karena akan kembali ke negara masing-masing.

Ben dan Alisha menjamu makan siang terakhir sebelum Rendra dan keluarganya menuju Bandara dimana dua privat jet milik AG grup terparkir di sana.

“Waaa ... kebetulan sekali ya Abang beli rumah di perumahan ini, Arjuna jadi bisa jagain Kejoranya,” Aunty Alisha berkata begitu renyah memberikan kesegaran bagai angin sepoi-sepoi menerpa hati Kejora.

“Makasih ya Ayah ... Kejora sayang banget sama Ayah,” Kejora memeluk sang Ayah erat.

Entah ini pertanda bagus atau buruk, hati kecil Rendra mengkhawatirkan sesuatu.

Walau bagaimanapun Kejora adalah anak gadisnya yang memiliki kecantikan di atas gadis normal pada umumnya.

Mungkin Arjuna saat ini belum menyukai Kejora tapi jika Kejora yang terus-terusan menyodorkan dirinya, bisa jadi Arjuna dan ... Rendra menggelengkan kepala mengenyah pikiran buruk tentang ‘kecelakaan’ sebelum nikah yang banyak terjadi di kalangan anak muda jaman sekarang.

“Jaga kepercayaan Ayah ya Kejora, kamu menyandang nama baik Gunadhya di belakang namamu,” gumam Rendra dengan mata menatap tajam ke arah Arjuna yang kemudian menelan saliva kelat seolah pesan Rendra pada Kejora merupakan ultimatum untuk Arjuna.

Padahal tidak sedikitpun Arjuna menyukai gadis genit seperti Kejora, jika boleh jujur—Arjuna lebih tertarik kepada Kalil-Kakak dari Kejora yang selalu menunjukan tampang datar dan setiap gerak-geriknya selalu efisien, tidak banyak bicara dan elegan terkesan misterius.

“Tenang Ayah ... Kejora enggak akan masukin cowok ke dalam rumah, paling sekali-kali Bang Juna masuk ke rumah buat ngusir kecoa atau bantuin masangin lampu,” kata Kejora beralasan.

“Arjuna ‘kan cowok, Kejora ... .” Kama-sang Kakak tersayang melayangkan protes.

“Abang Juna ‘kan calon mantu Ayah, jadi boleh ya, Yaaaah?”

Rendra hanya tersenyum menanggapi.

“Kata Bunda ... Kejora jago masak, jadi nanti kalau Mommy sama Daddy lagi survey restoran ke beberapa kota atau kembali ke Irlandia ... kamu ada yang masakin, Jun!” Alisha menepuk pundak Arjuna pelan.

“Ya ampun Aunty ... kok kita bisa sehati sih, Kejora juga udah kepikiran gitu,” kata Kejora dengan ekspresi wajah malu-malu kucing membuat Ben dan Alisha tergelak.

Bunda Aura dan Kalika merotasi bola matanya, di antara keluarga Gunadhya hanya Kejora yang memiliki sifat berbeda dari yang lain.

Itu kenapa Kejora menjadi kesayangan Gunadhya dan selalu menjadi bintang di hati mereka.

***

“Seperti yang kita tau, Kejora menyukaimu ... aku tidak mengerti kenapa Kejora sampai tergila-gila padamu ... padahal anak Presiden di negara Kami dan anak Sultan dari Negara tetangga, dia tolak mentah-mentah ...,” tutur Kama ketika hanya berdua saja di taman belakang bersama Arjuna setelah selesai makan siang.

Arjuna tersenyum kaku, ia begitu menghormati keluarga angkat Mommynya yang menurut Arjuna sangat ramah.

Tapi tidak dengan Kejora. Gadis itu, ya Tuhan ... nyaris membuatnya hypertensi.

Contohnya tadi ketika makan siang bersama di meja makan, gadis itu menyuapkan lauk pauk dari piringnya ke mulut Arjuna bertepatan saat Arjuna membuka mulutnya.

Terpaksa Arjuna mengunyah apa yang sudah berada di mulutnya dari sendok Kejora tadi.

Ingin marah tapi dua pria Gunadhya itu seakan mengawasi Arjuna meski netra mereka tidak terarah kepadanya.

“Sebagai Kakak, aku berharap kamu tidak menyakitinya ... .”

“Aku akan berikan penjelasan kepada Kejora, semoga dia mau mengerti.”

Tersirat jelas dari ucapan Arjuna jika pria itu tidak mencintai Kejora, Kama mendengus geli di dalam hati.

Mungkin sekarang Arjuna tidak mencintai Kejora, dengan pertemuan mereka yang intens karena rumah mereka yang saling berhadapan, Kama bertaruh paling lama enam bulan Kejora sudah berhasil memikat hati Arjuna.

“Semoga berhasil,” ucap Kama, menepuk pundak Arjuna sedikit kencang kemudian melangkah masuk ke dalam rumah, sang Ayah sudah memanggilnya.

***

Hari minggu harusnya menjadi hari libur yang digunakan Arjuna untuk beristirahat tapi Daddynya mengada-ngada dan memintanya untuk mengantar keluarga Gunadhya ke Bandara dan agar ada yang menemani Kejora pulang dari sana.

Jika bukan sebagai tanda penghormatannya kepada keluarga angkat sang Mommy, Arjuna tidak sudi melakukan ini.

Meski bagaimanapun keluarga Gunadhya sangat berperan penting bagi hidup Mommynya hingga sampai bisa memiliki gelar dokter meski sudah tidak digunakan lagi tapi sang Mommy selalu membanggakannya.

“Abang ganteng ... kok diem aja sih?” Kejora memecah keheningan di antara mereka ketika sudah lima menit mobil sport Arjuna keluar dari pelataran parkir Bandara.

Arjuna melirik sebentar Kejora yang memasang senyum manis ke arahnya.

Hati kecil Arjuna mengakui jika Kejora memang cantik, hanya saja gadis yang memiliki mata indah dan bulu mata lentik itu selalu tidak terduga.

Tidak mendapat jawaban dari sang Arjuna, Kejora memilih merubah posisi duduknya lurus ke depan.

Menyalakan audio di mobil Arjuna tanpa segan, kebetulan mobil yang sekarang sedang dikemudikan oleh Arjuna memiliki jenis yang sama dengan miliknya yang baru saja dibelikan oleh sang Kakek.

Sebuah lagu cinta mengalun menghangatkan suasana tapi masih belum mampu mencairkan es di hati Arjuna.

Jarak yang jauh ditambah padatnya kendaraan karena hampir dari setengah warga kota kembali dari berlibur dan melintasi jalan yang sama dengan jalan yang sedang mereka lalui membuat waktu tempuh kembali ke rumah menjadi sangat panjang.

Dan selama itu juga Arjuna memilih membungkam mulutnya dari pada mengobrol dengan makhluk cantik di sampingnya.

Arjuna membelokan kemudi memasuki stasiun pengisian bahan bakar.

Pantas saja Kejora tidak bergerak selama beberapa lama, ternyata gadis itu tertidur dengan pulasnya.

Berjam-jam sudah mereka menempuh perjalanan, Arjuna masih berbaik hati ingin menawarkan Kejora untuk ke toilet atau membeli minuman namun ia enggan membangunkan Kejora.

Mengingat mereka akan memasuki jalan tol dan tidak akan menemukan rest area sampai pintu keluar tol, terpaksa Arjuna harus membangunkan Kejora.

Arjuna mengguncang tubuh Kejora dan gadis itu bergerak memiringkan tubuhnya menghadap Arjuna.

Wajah cantik itu tampak damai dan ... cantik. Arjuna berdekhem untuk mengenyahkan pujian yang dengan lantang diucapkan oleh pikirannya.

“Kejora ...,” panggil Arjuna serak,

Mata indah itu terbuka perlahan mengibas bulu mata tebal nan lentiknya.

“Kenapa sayang?” jawab Kejora parau membuat Arjuna gelagapan namun dengan cepat ia menguasai dirinya.

“Kamu mau ke toilet atau beli minum?” tawaran Arjuna terdengar dingin.

Tapi bukan Kejora jika menghiraukan sikap menyebalkan pria itu, ia malah tersenyum.

“Abang mau minum apa?” Kejora bertanya setelah satu kakinya turun dari mobil.

Arjuna menggelengkan kepala sebagai jawaban tanpa menatap Kejora namun sang bintang di hati orang-orang kesayangannya itu hanya tersenyum tipis menanggapi kecuekan Arjunanya.

Beberapa lama berlalu hingga akhirnya Arjuna selesai mengisi bahan bakar namun Kejora tak kunjung kembali.

Berdecak kesal, Arjuna memukul stir mobil meluapkan kekesalannya karena hari semakin larut sementara ia ingin segera beristirahat.

“Abaaaanggg!” teriakan Kejora samar-samar terdengar.

Awalnya ia pikir itu hanya halusinasi saja tapi ketika teriakan Kejora yang kedua terdengar, spontan Arjuna turun dari mobilnya.

Arjuna melihat Kejora sedang diseret oleh beberapa berandal hingga menghilang di balik tembok minimarket.

Dengan kecepatan cahaya tanpa memperdulikan mobilnya, Arjuna berlari mengejar gerombolan pemuda yang membawa Kejora.

Jantungnya berdetak kencang ketika melihat Kejora nyaris mendapat tindakan pelecehan dari berandalan yang berjumlah lima orang.

Ketika Arjuna menghajar tiga di antaranya, dua pria lain mencekal tangan Kejora dan mencoba melecehkannya kembali membuat Arjuna semakin berang.

Bak super hero, dengan mudahnya Arjuna melumpuhkan para pria yang ternyata sedang dalam pengaruh alkohol.

Kejora terduduk di aspal, menenggelamkan wajahnya yang basah dengan air mata di antara kedua lutut.

Dengan peluh yang membanjiri punggung dan pelipisnya, Arjuna mendekati Kejora kemudian berjongkok di depannya.

Mengguncang pundaknya perlahan. “Hey, kamu baik-baik saja?”

Kejora menggelengkan kepalanya, masih menyembunyikan wajah di antara lutut.

Tangisnya masih terdengar, Kejora syok bukan main.

Perlahan Arjuna menyelipkan tangan di bawah lutut dan punggung Kejora, menggendongnya ala bridal style.

Kejora beralih melingkarkan kedua tangan di pundak Arjuna, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher pria itu membuat Arjuna menelan saliva kelat.

Jantung Arjuna kini bukan berdetak kencang karena khawatir akan keselamatan Kejora seperti ketika ia melihat gadis itu hendak dilecehkan, atau karena pertarungannya tadi dengan kelima berandal yang hendak berbuat jahat kepada Kejora melainkan karena napas hangat Kejora menerpa lehernya.

Untuk pertama kali dalam hidupnya Arjuna merasakan bulu kuduknya berdiri oleh sentuhan seorang gadis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status