Aghata mendekati Gisele sambil mencoba mengokang peluru dalam pistol. Hal itu membuat sekujur tubuh Gisele gemetar hebat. Dinding di belakang Gisele menjadi titik henti dorongan tubuhnya. Titisan air terjun melalui sudut mata Gisele, tetapi tangisan itu tidak berpengaruh pada langkah Aghata yang semakin dekat.
“Apa maumu?” teriak Gisele dengan tangis sambil menunduk.
Aghata berdiri tegak di hadapan Gisele sambil menyeringai, tubuhnya perlahan menurun hingga setara dengan Gisele. Ia berkata, “Sederhana saja. Aku ingin kau tidur bersama Anderson malam ini.”
Gisele terkejut sampai mengangkat kepalanya menatap Aghata. “Tidur dengan Anderson? Permintaanmu sangat aneh.”
“Bukankah ini keinginanmu juga? Tidak! Rasa obsesimu yang ingin tidur bersama dengan Anderson, benar?” tandas Aghata sambil menyeringai. Ia mengokang revolver di tanga
Pangkal lidah Gisele terasa kelu, ia lengah sampai tak menyadari kalau Anderson berada dalam satu ruangan dengan dirinya. Dan lagi, mengapa Anderson mengecam Gisele agar ia tidak melarikan diri? Mungkinkah Anderson mengetahui rencana tersembunyi Gisele lalu berniat membunuhnya di dalam ruangan itu? Gisele mencoba untuk tenang, kemudian ia berkata, “Kenapa kamu berpikir aku akan melarikan diri? Memang apa yang ingin kamu lakukan?” “Aku tidak berpikir kamu melarikan diri. Lalu kenapa kamu berada di balik pintu, Gisele?” Mata Gisele membelalak ketika Anderson menyebut namanya. Itu berarti Anderson mengenali wanita di depannya adalah Gisele. Tetapi apakah Anderson mengetahui motif tersembunyi Gisele? Gisele berpikir Anderson sudah mulai mencurigai dirinya. Jika memang benar kecurigaan Anderson mulai tumbuh, maka Gisele harus cerdas memutarbalikkan keadaan. Ia berkata,
“Tentu saja aku yang mengunggah artikel itu,” ungkap Aghata dengan santai. Gisele terkejut bukan main. Kedua ujung alisnya hampir bertemu ketika menahan amarah yang kian memuncak. Dari awal Gisele sudah merasa kalau permintaan Aghata sangat mencurigakan, tetapi ia tak menyangka kalau rencana kemarin yang dia lakukan berujung skandal. “Dasar perempuan licik!” cemooh Gisele, “jangan bilang yang kamu maksud dengan kejutan adalah mengunggah artikel tentang skandal hari ini?” “Benar sekali! Selamat atas kejutan yang aku berikan, tapi foto itu baru awal dari rencanaku. Apa kamu tidak berpikir, kenapa aku menyuruhmu menahan diri selama 15 menit dan membiarkan Anderson merayumu lebih dulu?” Aghata menggantung ucapannya sambil beranjak dari kursi. Ia mendekat ke arah Gisele, menarik satu kursi untuk duduk di sebelah Gisele. Sementara mata Gisele mengekor pada Aghata sampai
“Kirimkan aku uang tiga kali lipat dari gaji yang Alto Grup berikan, maka aku akan mengklarifikasi berita itu ... dan menyatakan berita itu tidaklah benar,” pinta Gisele. Mata Anderson dan Clarista membelalak, termasuk Aghata yang tak menyangka Gisele akan meminta kompensasi sebanyak itu. Padahal Alto Grup menggaji Gisele sekitar 20 juta. Akan tetapi Gisele meminta kompensasi tiga kali lipat melebihi gajinya, setara dengan 60 juta. Namun Aghata tidak peduli dengan kompensasi yang Gisele lontarkan, ia hanya bersantai sambil mendengarkan pembicaran tiga orang yang berada dalam kuasanya. “Apa kamu masih waras? Jumlah yang kamu inginkan terlalu banyak,” tolak Anderson, merasa keberatan dengan jumlah yang Gisele lontarkan. “Tentu saja aku masih waras, makanya meminta jumlah yang besar. Silahkan Anda pertimbangkan ucapanku ... karena keputusan berada di tangan Anda, Pak
Suasana menegangkan terjadi di dalam sebuah gedung yang disewa untuk acara penting. Beberapa pengusaha, wartawan, dan banyak pengawal saling berdesak-desakan memenuhi satu ruangan. Terdapat banyak kamera yang menyorot ke arah panggung. Kamera itu berkedip-kedip seraya mengambil gambar dan video. Hari yang sudah ditunggu-tunggu, di mana Anderson, Direktur perusahaan Alto Grup, dan Gisele, model terkenal yang menjadi sponsor Alto Grup, mengklarifikasi berita skandal tentang mereka. Anderson dan Gisele berdiri sepadan dengan jarak satu meter di atas panggung, didampingi Aghata dan Clarista di sebelah Anderson. Suara wartawan saling sahut menyahut tanpa henti, sampai akhirnya Anderson membuka suara. Anderson berkata, “Mohon maaf atas berita buruk yang tersebar hari ini. Dan saya akan langsung bicara ke intinya. Foto saya yang tersebar bersama Gisele saat itu adalah ketika kami sedang berada di pesta, ke
Aghata berdiri sepadan dengan pria suruhan Clarista. Tangannya menghibas di depan wajah pria itu, menyuruhnya pergi meninggalkan Aghata dan Clarista agar berbicara empat mata. Melihat raut wajah Aghata yang terlihat tenang, Clarista merasa gugup seraya menelan air liur. Kemudian ia sedikit tersentak saat Aghata berdengus. Aghata berkata, “Aku memergoki pria itu saat berusaha menguping pembicaraanku dengan Gisele. Jika mataku tidak bertemu dengan mata pria itu, mungkin saja aku tidak sadar kalau sedang dimata-matai. Setahu aku, ini sudah dua kali kamu menyuruh orang lain untuk memata-matai aku. Bagaimana jika Pak Anderson tahu, kalau kamu sedang mencurigai asistennya?” “Aku juga mulai jemu karena menaruh curiga padamu. Tetapi sejak kamu bekerja di Alto Grup, berbagai masalah tiba-tiba timbul hanya jarak beberapa hari. Dan aku selalu merasa ada kejanggalan dengan setiap masalah yang terjadi. Jujur saj
Keheningan malam itu mulai mencekam hingga terasa sejuk. Bahkan karakter dingin dari seorang Aghata berpadu dengan angin yang berhembus. Entah mengapa bisa menjadi seperti itu, tapi Andi adalah penyebab dari perubahan suasana hati Aghata. Hanya karena keraguan di benak Andi, singa yang bersemayam di tubuh Aghata perlahan terbangun. Aghata tak terima jika ada yang berusaha menilai keputusannya, meskipun orang itu adalah Andi. Aghata selangkah lebih maju mendekati Andi, menatap dengan tajam tanpa senyuman. “Hanya karena dia berguna untukku, bukan berarti aku tidak bisa membunuhnya. Aku bisa saja membunuh Glen saat ini juga di depan matamu secara langsung! Tapi tidak aku lakukan karena dia masih berguna. Jadi ... jangan menilai tentangku seolah kamu paham betul bagaimana diriku! Kamu hanya anak anjing yang aku pungut karena rasa iba.” Andi merasa tertegun dengan ucapan Aghata. Bahkan ucapan Aghata lebi
Dari jarak 2 meter, terlihat samar mata Nando yang bergetar. Ia sedikit menyesal dengan keputusannya sebab kompensasi yang Aghata minta pasti bukan suatu hal remeh. Orang lain pun bisa menebak raut wajah Nando yang sedang ragu. Meski begitu ia tetap memberikan kompensasi pada Aghata untuk menjaga martabatnya sebagai seorang pemimpin. Nando tersenyum pahit sebelum mengatakan sesuatu. “Dilihat dari matamu ... sepertinya kamu tertarik dengan jabatan. Tapi tidak mungkin kamu menginginkan posisi CEO, ‘kan?” terka Nando terdengar ragu. Aghata terbahak mendengar tawaran itu keluar dari mulut Nando sendiri, di mana anaknya, Anderson, lebih pantas menduduki posisi CEO. Tentu saja Aghata menginginkan posisi CEO, tapi ia belum membutuhkannya. Aghata berdehem sebelum melayangkan keinginannya. “Aku tidak tertarik untuk menjadi CEO Alto Grup, tapi ada satu pos
Aghata mendekat ke arah Andi yang sedang menodongkan moncong pistol di pelipis pria itu, mempertegas sisi pistol yang Andi pegang. Dan ternyata pistol itu terlihat mirip seperti milik Aghata. Bahkan Andi memegang pistol itu tanpa terlihat keraguan yang terlukis di wajahnya. “Kenapa kamu lama sekali?” gerutu Andi terlihat kesal. Aghata terus memperhatikan pistol di tangan Andi sambil berkata, “Pistol itu seperti milikku? Sejak kapan kamu mempunyai pistol?” “Ini memang milikmu ... aku mengambilnya diam-diam saat ke kamarmu,” jawab Andi merasa bersalah. “Lalu apa yang ingin kamu lakukan padanya?” Andi melihat pria itu dan baru menyadari tindakannya yang terlihat sedang menodong pria itu. “Aku hanya ingin membantumu, Aghata. Lagipula dia hampir mel