KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 8
"Sini duduk, Dev, Raka. Kita makan malam bersama," ajak Mas Arman dan Mbak Desi.Mas Raka bergeming, ia malah menatap satu persatu wajah kami. Lalu tiba-tiba tersenyum, tapi senyumnya lain. Seperti merencanakan sesuatu."Ini ceritanya makanan sogokan untuk kami, ya?" tanya Mas Raka sambil berjalan ke arah meja makan."Bu-bukan kok. Ini makanan sebagai bentuk permintaan maaf kami sama kalian," jelas Mbak Desi.Mbak Desi meraih jemari Mas Raka dengan lembut lalu menarik tangannya dan menyuruh Mas Raka duduk. Apa-apaan dia seperti itu pada suamiku."Duduk, Raka. Mau aku ambilin makanannya?" Mbak Desi menyodorkan piring kosong pada Mas Raka."Nggak usah, Mbak. Dia suamiku, urus saja suamimu!" ketusku.Mas Raka melirikku dan tersenyum penuh arti. Ia menghampiriku dan malah mengambilkan makanan untukku."Ini gratis, Sayang. Disediakan khusus untuk kita. Jadi, ayo makan yang banyak." Mas Raka mencium pipiku lembut.Mbak Desi tersenyum sinis melihat Mas Raka memperlakukanku dengan sangat mesra."Iya, makan yang banyak, Dev. Ini ada jus alpukat kesukaanmu juga," ujar Mas Arman.Lho, bagaimana Mas Arman bisa tahu kalau aku sangat suka jus alpukat. Apa selama ini Mas Arman suka melihatku membeli jus alpukat di sebrang jalan sana.Kening Mas Raka mengernyit, lalu ia segera meraih jus alpukat itu untukku."Mas mau ambil Shaka dulu dan bawa ke sini untuk makan donat."Mas Raka pun pergi ke kamar untuk mengambil Shaka. Mata Mbak Desi terus saja menatap Mas Raka yang semakin menjauh."Enak 'kan, Mbak, makanan ini. Biasanya Mbak Devi cuma makan tempe sama tahu aja." Bunga tertawa meledekku."Oh, iya. Aku di sini bisanya cuma makan tahu dan tempe, soalnya uang belanjaku dirampas sih sama perampok di rumah ini!" tukasku.Ibu tersedak mendengar ucapanku, wajahnya memerah menahan amarah. Namu ia memaksakan untuk tetap tersenyum manis menatapku."Ah, kamu. Nggak usah dengarkan ucapannya si Bunga."Ibu mencubit tangan Bunga, sampai Bunga meringis kesakitan. Dasar muka seribu."Unda! Unda!" teriak Shaka gembira sambil menunjuk ke arah donat. Namun Shaka langsung ketakutan ketika melihat wajah Bunga, Ibu dan Mbak Desi."Ante nakal, Unda," ujar Shaka memeluk Mas Raka.Sorot mata Mas Raka tajam melihat luka memar dan kulit yang sedikit mengelupas pada tangan Shaka. Mas Raka mengembuskan napasnya kasar."Kalau ada yang nakal sama Shaka, bilang sama Ayah, ya. Biar Ayah pukul yang nakal sama Shaka."Mas Raka meniup-niup luka di tangan Shaka, kemudian ia duduk di sampingku. Mbak Desi masih saja terus menatap Mas Raka sambil tersenyum."Ini donat cokelat buat Shaka."Mbak Desi memberikan Shaka donat, namun Shaka tak berani mengambilnya dari tangan Mbak Desi.Mungkin ia trauma dengan kejadian tadi. Entah mereka melukai Shaka seperti apa sampai Shaka seperti itu.Shaka menggeleng dan menepis tangan Mbak Desi yang masih memegang donat cokelat untuknya."Ini ambil aja." Mbak Desi memaksa Shaka untuk mengambil donatnya."Anakku nggak mau, Mbak. Takut kali dia sama monster!" tekanku.Bibirnya maju saat aku katakan dirinya monster."Mas, tolong ambilkan martabaknya di dapur. Bawakan ke sini, Mas," titah Mbak Desi pada Mas Arman.Mas Arman segera beranjak ke dapur untuk mengambil martabak yang disuruh Mbak Desi.Buru-buru Mbak Desi pindah posisi duduk, ia menempati kursi punya Mas Arman yang berdekatan dengan suamiku."Ini dimakan Raka. Aku ambilkan ya untukmu." Mbak Desi mengisi piring dengan berbagai makanan untuk Mas Raka. Setelah itu memberikannya dengan wajah tersenyum manja."Eh, Mas. Ini makanannya diambilin sama Mbak Desi."Mas Raka memberikan piring berisi makanan itu pada Mas Arman setelah ia kembali dari dapur."Itu aku ambilkan buatmu, Raka," ujar Mbak Desi cemberut."Aku makan berdua saja sama istriku biar romantis," tolak Mas Raka.Huh, rupanya kini kamu ingin mendekati suamiku setelah kamu menguping pembicaraan kami tadi."Gerah ya makan seafood saus Padang."Mbak Desi membuka kancing atas bajunya sehingga terlihatlah belahan dadanya. Mungkin maksudnya ingin membuat Mas Raka terpesona, namun Mas Raka mengabaikannya dan malah asyik mengajak ngobrol Shaka."Mbak. Itu kok dadamu beruntusan gitu, burik lagi. Pakai handbody kek biar terawat. Masa muka mulus dadanya burik."Bunga berkata dengan santainya pada Mbak Desi. Membuat Mbak Desi langsung menutup lagi belahan dadanya. Hahaha."Ini aku lagi alergi, ya. Biasanya juga semuanya mulus. Iya 'kan, Mas!" tukas Mbak Desi menatap suaminya."Eh, i-iya," jawab Mas Arman terbata.Semuanya hening menikmati makanan. Tak ada lagi obrolan. Tapi tiba-tiba ada sebuah kaki mengelus-ngelus kakiku di bawah.Aku coba melihatnya, ternyata kaki Mbak Desi. Ia mengelus kakiku dengan kakinya sambil terus menatap Mas Raka dengan senyuman menjijikannya.Oh, kamu mau mengelus kaki suamiku, Mbak. Ternyata yang kamu elus itu malah kakiku.Kuinjak kakinya dan Mbak Desi berteriak kesakitan. Ia memukul lengan Mas Raka dengan manja."Kok diinjek kakiku?" tanyanya pura-pura sedih."Siapa yang nginjek kakimu?" tanya Mas Raka balik."Lho." Mas Desi langsung melihat ke bawah meja dan sekarang ia tahu siapa kaki yang menginjaknya."Oh, ka-kakimu, Dev." Mbak Desi menunduk malu.Bersambung ....KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 9"Iya, kakiku, Mbak. Kakimu nggak punya mata, ya, makanya ngelus-ngelus kaya orang gatel!" sindirku padanya."Kenapa, Sayang?" tanya Mas Raka."Itu, Mas. Ada yang salah sasaran," ujarku sambil melirik Mbak Desi.Mbak Desi semakin salah tingkah aku sindir seperti itu. Wajahnya memerah, entah antara malu atau marah padaku.Ponselku berdering ada telepon masuk dari Arbi adikku."Kak, aku udah di depan nih. Jadi mau menginap di rumah nggak?" tanya Arbi."Jadi, kamu bawa mobil 'kan? Masuklah ke dalam, bantuin kami masukin barang ke bagasi.""Oke, Kak, aku masuk ya."Arbi menutup sabungan teleponnya. Selang beberapa menit suara ketukan pintu di luar terdengar.Saat aku beranjak dari kursi dan ingin membuka pintu. Tapi sudah keduluan oleh Bunga yang berjalan untuk membuka pintu."Eh, ngapain kamu ke sini?" tanya Bunga sambil menelisik penampilan Arbi.Wajahnya seketika berubah ramah saat melihat mobil Pajero Sport putih terparkir di halama
KUTAMP*R KESOMBONGAN KEKUARGAMU DENGAN UANGKU part 10"Biar bentuknya seperti rumah kontrakan, tapi keberadaan kami di sana jauh lebih dihormati!" ketus Mas Raka pada Mas Naldi."Halah, belagu banget kamu punya mertua miskin aja!" sengit Mas Naldi."Nggak sadar diri kamu, Mas. Kamu bisa seperti ini juga berkat orang tuanya Mbak Rani. Macam-macam kamu sama Mbak Rani, tinggal ditendang sama orang tuanya. Kamu pikir aku nggak tau busuknya kamu!" Mas Raka tersenyum penuh arti pada Mas Naldi.Mas Naldi langsung terlihat kikuk dan salah tingkah. Lalu membahas topik yang lain."Ini, Bu. Aku bawakan makanan enak buat Ibu. Ini makanan mahal, yang miskin pasti nggak sanggup buat membelinya."Lagi-lagi Mas Naldi menyindirku dan Mas Raka. Mbak Rani menarik napas dan mengembuskannya kasar melihat tingkah suaminya."Ayo, Sayang kita pergi. Nambah nggak waras kalau lama-lama di sini!" ajak Mas Raka."Mbak kami pamit pergi, ya." Mbak Rani mengangguk tersenyum sedih melihatku yang akan pergi dari sin
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 11[Maaf ya, Mbak. Kita nggak saling kenal, jangan memfitnah berita yang tidak benar!] balasku pada komenan Mbak Desi.Sebagian pembaca membelaku dan menghujat Mbak Desi, tapi tak sedikit juga yang terprovokasi padanya.Aku harus sabar dan elegan membalas perlakuan Mbak Desi. Hanya karena aku dan Mas Raka tetap ingin pindah, mereka malah semakin menjadi gila.[Hei, kalian tau nggak? Author ini pelakor, dia merebut calon suamiku. Suaminya ini adalah mantanku, dia tega merebutnya hanya karena calon suamiku itu kaya raya. Punya perkebunan sawit!] tulis Mbak Desi lagi di kolom komentar.Astaghfirullah, semakin tak waras saja si Desi ini kelakuannya. Mengaku-ngaku Mas Raka itu calon suaminya. Jelas-jelas itu adik iparnya. Memang umur Mbak Desi dan Mas Raka lebih dewasa Mas Raka. Mereka hanya berselisih dua tahun.Kuusap dada dan beristighfar melihat kelakuan gila keluarga suamiku.[Nggak usah didengerin omongan orang gila!][Dasar cewek n
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 12Pagi ini setelah habis sarapan bersama, Mas Raka mengajak keluargaku untuk berkumpul di gazebo belakang rumah.Katanya ia ingin memberitahu keluargaku jika pamannya mengirimkan uang hasil kebun sawit selama ini. Mas Raka juga berencana ingin membuat kontrakan dan kosan seperti Bapak, juga ingin membuka butik untukku."Pak, Bu. Sebelumnya aku mau ngucapin terima kasih atas kebaikan kalian selama ini. Dan maaf, aku baru akan menceritakan ini sekarang pada kalian."Mas Raka menceritakan satu persatu secara detail pada keluargaku. Mulai dari Ibu Delima bukan Ibu kandungnya, tentang warisan perkebunan sawit yang selama ini dikelola oleh pamannya. Dan hasil uang sawit yang selama ini ditabung oleh pamannya untuk masa depan Mas Raka.Bapak, Ibu dan Arbi terkejut ketika tahu bahwa Ibu Delima bukan Ibu kandungnya. Juga Mas Raka yang mendapatkan warisan kebun sawit dari Ibu kandungnya."Aku mau kelola uangku, Pak, Bu, dengan bikin kontrakan
KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 13Kubiarkan Mbak Desi terus berteriak memanggil namaku, namun aku tak mempedulikannya. Pasti Mbak Desi sedang ketar-ketir sekarang karena kepergok selingkuh denganku. Sekarang kartu As-nya ada padaku."Itu Kakak iparmu kenapa teriak-teriak begitu, Dev? Kaya kebakaran jenggot aja," tanya Ibu."Biasalah, Bu, udah ketahuan belangnya," jawabku santai.Setelah Ibu dan Shaka sudah naik, kulajukan motor dan meninggalkan taman ini dengan Mbak Desi yang masih saja berteriak memanggil namaku."Bu kita ke mall dulu yuk. Sudah lama aku nggak beli baju baru, sekalian ngajak main timezone Shaka sebentar," imbuhku."Terserah kamu, Dev. Lagian Bapak sama Raka belum pulang 'kan? Arbi juga masih kuliah," sahut Ibu.Ya sudah, kini aku tancap gas ke mall. Aku ingin membeli barang-barang yang aku inginkan dari dulu. Sewaktu tinggal di rumah Mas Raka aku benar-benar tidak bisa membeli barang-barang, atau hanya sekedar jalan-jalan. Uang kerja suamiku dira
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 14Tidak kubalas pesan Bunga, hanya diread saja biar dia kebakaran jenggot. Tapi, apa perlu aku memberitahukan soal ini pada Mas Raka. Biar bagaimanapun Mas Raka ini kakak kandungnya, mereka satu ayah."Dek," panggil Mas Raka yang masuk ke dalam kamar.Aku menoleh dan mangangkat wajahku untuk melihatnya yang sedang berdiri."Selain uangnya kita belikan rumah dan buat usaha, sebagian lagi mending dibelikan emas, Dek. Ya itung-itung kita investasi emas untuk masa depan dan hari tua juga," saran Mas Raka."Duduklah, Mas. Jangan berdiri seperti itu, kepalaku pegal mendongak ke atas terus," imbuhku.Mas Raka pun menurutiku dan duduk sejajar denganku."Boleh juga saranmu, Mas," ujarku menyetujui sarannya.Kemudian Mas Raka bangkit dan berjalan ke arah lemari baju untuk mengambil sesuatu di dalam.Sebuah amplop cokelat tebal ia berikan padaku."Ini uang buat kamu beli emas. Kalau bisa kamu belinya besok saja. Sekalian belikan juga untuk ibu
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 15"Jangan percaya sama omongan olang tadu, mungkin tuh olang stress," bela Koh Alvin padaku pada orang-orang."Makasih banyak, Koh. Aku pamit dulu ya," ucapku berpamitan.Aku berjalan ke depan mencari kendaraan umum. Di depan sana banyak ojek online yang tengah berkumpul mencari orderan masuk, agar cepat sampai rumah lebih baik aku naik ojek online saja tanpa harus menggunakan aplikasi. Biar saja nanti pakai harga ojek pengkolan."Mas, mau ngojek tanpa aplikasi nggak? Saya lagi buru-buru nih, soal bayaran cincailah. Nggak jadi masalah," ujarku pada mereka yang tengah menyeruput kopi hitam."Wah, ke mana, Mbak?" tanya tiga orang."Ke Tulip," jawabku cepat."Oke deh saya aja yang antar buat penglaris," ucap Mas satunya."Yuklah, nanti saya kasih ongkos lebih."Setelah sepakat soal bayaran aku pun segera naik ke motor tak lupa memakai helm. Motorpun jalan membelah kemacetan di tengah ibu kota.Sampailah di halaman rumah, aku segera me
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 16Ibu Siti berkata dengan ketus sambil berkacak pinggang padaku. Dia ini bestie nya Ibu Delima, si kompor meleduk.Kulewati saja Ibu Siti dan duduk berkumpul dengan yang lainnya."Tau nih Devina, jangan kaya gitu kamu, Dev, kasihan mertuamu," sambung Zubaidah. Zubaidah ini dulunya sempat mengejar-ngejar cinta Mas Raka, namun Mas Raka menolaknya mentah-mentah."Heh, Bedah! Bisa diam nggak!" Kutatap tajam matanya."Kalian semua percaya sama fitnahan Ibu Delima? Sudah pada tahu belum kalau Ibu Delima ini bukan Ibu kandung Mas Raka?" Kali ini aku yang memegang kendali agar tak disudutkan terus.Semuanya terdiam dengan mulut menganga. Ya, bisa ditebak bahwa mereka terkejut dan baru tahu cerita yang sebenarnya. Baiklah, Bu, aku yang akan menceritakan siapa kamu sebenarnya pada mereka semua. Lama-lama habis kesabaranku untukmu."Maksudnya, Dev?" tanya Bu Iis bingung."Ibu Delima ini adalah seorang wanita yang merebut papahnya Mas Raka dar