"Aku jemput besok pukul 11 siang," ucap Santos sebelum meninggalkan kamar kos Sherly."Ok, akan aku tunggu," balas Sherly setuju. Untuk pertama kalinya, dia setuju dengan ajakan Santos untuk menemui ibunya.Karena hari berikutnya adalah hari libur, maka Santos memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkenalkan Sherly pada ibunya."Dia bahkan mengantarnya sampai ke dalam kamar," Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Hansel masih meneliti keduanya. Hansel mengekor dan menyaksikan bagaimana Santos keluar dari kos-kosan wanita. "Jangan harap aku akan diam saja!" Setelahnya, Hansel meninggalkan tempat itu.*Di dalam kamar.Waktu sudah menunjukkan hampir pukul tiga dini hari, namun Sherly masih belum berhasil memejamkan mata. Berkali-kali dia mencoba untuk tidur, namun selalu sia-sia. Bayangan kemarahan Hansel selalu menghantui pikirannya."Apa dia akan marah? Kenapa dia tiba-tiba bisa berada di tempat yang sama?" Hanya dengan mengingat cara pandang Hansel saja sudah membuat Sherly ketakuta
"Apa kita akan bertemu dengan mommy?" Aarav hanya mengharapkan ibunya saja. Dengan terburu-buru dia menghabiskan sarapannya. "Kenapa mommy tidak pulang saja ke rumah?" tanyanya lagi dengan polos.Hansel tidak menjawab. Dia menoleh pada pengasuh yang telah membantu merawat Aarav. "Bantu dia berkemas!" Sang babysitter langsung bergerak. Hanya hitungan menit, Aarav sudah keluar lagi dari kamarnya. Anak itu sudah rapi dan bersemangat untuk menemui seseorang yang dimaksud ayahnya.Di lain tempat.Rey sedang berkunjung ke rumah Santos. Dia ingin bertemu dengan bibinya sekaligus menghalangi kepergian Santos hari itu."Tumben kamu datang ke sini sendirian, apa ada hal yang penting?" Santos bertanya ketika Rey tiba di depan rumahnya."Tidak ada," Rey menjawab tanpa ekspresi. Dia segera mengikuti Santos ke dalam rumah. "Aku hanya ingin memastikan keadaan bibi Farah saja. Bagaimana perkembangan dari pengobatannya?" "Lumayan bagus. Sudah banyak peningkatan." Sambil berjalan, Santos merangkul pu
"Ke mana kita akan pergi?" Sherly lebih dulu bertanya sebelum masuk ke dalam mobil Hansel."Ikuti saja apa yang kukatakan," nada suara Hansel tegas dan penuh wibawa. "Jangan khawatir, aku tidak mungkin mencelakakanmu!" Sherly segera masuk dan memilih duduk di kursi penumpang."Apa kamu pikir aku ini sopir?" Hansel sedikit kesal, namun masih bisa ditahan."Ma maaf, Pak!" Dengan canggung, Sherly mengganti tempat duduknya. Dia duduk di depan, bersebelahan dengan Hansel.Hari itu, Hansel sengaja mengemudikan mobil tanpa bantuan driver. Dia ingin menghabiskan waktu berduaan dengan Sherly selama dalam perjalanan.Pertama, Aarav sudah dibawa oleh pengasuh dan sopir ke sebuah villa. Sementara Hansel sendiri mengurus Santos agar tidak dapat bertemu dengan Sherly.Setelah itu, Hansel pun mendatangi Sherly di tempat kosnya. Semua dia rancang sedemikian rupa agar Santos tidak memiliki kecurigaan apa pun. Dengan begitu, dia pun tidak mendapatkan kendala ketika mendekati Sherly.Usai makan siang, H
Bagaimana warga sekitar mencibir dan menghina Sherly ketika hamil tanpa seorang suami di usia yang masih sangat muda?Hansel telah mengetahui semuanya.Bagaimana orang tua Sherly mengurungnya dan tidak diizinkan bersosialisasi? Lalu setelah melahirkan tidak diperbolehkan untuk melihat darah dagingnya sendiri. Ayah Sherly juga merampas anak yang baru dilahirkan itu dan menyerahkannya pada orang lain.Mendapat semua berita itu, Hansel merasa bersalah. Dengan sangat baik, dia bisa merasakan apa yang telah dialami Sherly selama ini. Kini, dia ingin menebusnya secara perlahan.Klik.Pintu kamar terbuka.Sherly segera menoleh pada pintu kamar di mana Hansel dan Aarav telah keluar secara bersamaan.Sembari menggandeng tangan putranya, Hansel berdiri di depan pintu. Dia sengaja membiarkan Sherly berimajinasi sendiri. Bagaimana naluri seorang ibu ketika bertemu dengan seorang anak yang sudah lama ingin ditemui, namun tidak pernah mengetahui wujud aslinya?Apakah Sherly bisa merasakan sesuatu k
Di dalam kamar, ponsel Sherly tidak berhenti berdering. Nama yang tertera adalah Santos.Malam itu, entah sudah ke berapa kali, Santos menghubungi Sherly, namun tidak ada jawaban sekali pun. Bahkan pesan yang dikirimkan hanya status terkirim tanpa dibaca oleh pemiliknya."Aku hanya melihatnya berdiri di pinggir jalan tadi, Pak," Zizi tidak berani mengatakan yang sebenarnya bahwa Sherly telah masuk ke dalam mobil Hansel. "Kamu yakin hanya itu?" Santos sedikit resah. Tidak biasanya Sherly mengabaikan panggilannya. "Kamu tidak melihat ada orang yang mendekatinya?"Dengan cepat Zizi menggelengkan kepala. Dia berharap dengan penjelasan itu, Santos akan segera meninggalkan tempat itu. Hansel Rossel adalah bos besar di perusahaan tempatnya bekerja, bagaimana mungkin dia berani ikut campur dengan menyebut nama pria itu.Pada akhirnya Santos pulang dengan membawa rasa bersalah.Santos telah mendapatkan kerja sama besar hari ini, namun di lain sisi, dia juga telah ingkar janji pada dua orang wa
Sekujur tubuh Hansel menegang mendengarnya. Dia mengumpulkan nyawanya dalam sekejap. Setelah duduk, Hansel mengucek mata sekali lagi untuk membaca nama si pemanggil. Tertulis nama Kak Selvi.Hansel yakin jika wanita yang mengoceh di ujung sana adalah kakak kandung Sherly.[Kenapa kamu diam saja, Sherly? Apa kamu masih di sana?] Selvi bertanya.[Aku tahu kamu sedih dan tidak bisa terima, tapi kamu harus tahu jika ternyata ayah dan ibu bukan orang tua kandungmu. Jadi kali ini, mereka memintamu untuk berbakti pada mereka sebagai balasan karena telah membesarkanmu.][Sherly, biar pun kenyataannya seperti itu, tapi aku sangat menyayangimu. Selamanya, kamu akan tetap menjadi adikku, adik yang sangat aku sayangi.]Bukannya menjawab, Hansel justru meletakkan ponsel Sherly di atas nakas, kemudian beranjak menuju kamar mandi.Satu yang membebani pikirannya adalah pernikahan yang telah diatur oleh orang tua Sherly. Dia tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.Betapa tidak sopannya, Hansel membi
Saat istirahat makan siang, Santos memilih meninggalkan kantor. Dia menuju rumah kontrakan Sherly yang jaraknya tidak terlalu jauh dari perusahaan tempatnya bekerja."Ke mana kamu, Sherly?" Santos kecewa, karena pintu kamar itu masih terkunci dari dalam.Santos kembali menghubungi ponsel Sherly. Panggilan selalu tersambung, namun tidak ada jawaban."Apa yang sebenarnya terjadi?" Santos menatap sekelilingnya yang tampak sepi. Merasa bingung, Santos akhirnya meninggalkan tempat itu. Karena tidak ada yang bisa diharapkan untuk mendapatkan informasi, dia pun kembali ke kantor.Di kantin, Santos melihat Zizi tengah makan siang bersama teman-temannya yang lain. Dia segera menghampirinya.Masih dalam posisi berdiri, Santos bertanya pada Zizi. "Kamu yakin tidak tahu apa pun tentang Sherly?" Ekspresi Zizi seketika berubah. Tadinya dia sedang bercengkrama dengan teman-temannya, namun kedatangan Santos yang tiba-tiba membuatnya tergugup."Aku tidak tahu, Pak," ucap Zizi bingung."Jangan bohong
"A apa?" Sherly kehabisan kata-kata. Mulutnya hanya bisa menganga, namun tidak bisa mengeluarkan suara. "Aku ingin menikahimu," Hansel mengulangi lagi. "Apa kamu bersedia menjadi istriku?" Setelah mengutarakan keinginannya, Hansel berniat untuk mendekati Sherly. Dia ingin bicara dari hati ke hati.Namun, ketika Hansel baru saja berdiri, Sherly sudah bergerak lebih dulu. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, wanita itu langsung berlari menuju kamar Aarav.Hanya bisa melongo, Hansel sama sekali tidak menghentikan Sherly. Dia paham jika ibu dari anaknya itu pasti terkejut dengan ungkapan hatinya yang terdengar blak-blakan.'Dia pasti butuh waktu,' pikir Hansel.Di dalam kamar, Sherly menatap Aarav yang sudah tertidur pulas. Beberapa hari ini, dia beristirahat di kamar yang sama. Tidak hanya berbagi ruangan, Sherly dan Aarav juga selalu bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing.Keduanya saling merasa nyaman dan terobati pada rasa rindu yang mendera. Jika Sherly teringat dengan putr