Share

BAB 4 - Kerja Tim 2

"Seru kan Han, kerjaan di luar," ucap Anisa pada Hana yang duduk di sampingnya.

Mereka sedang melihat pengambilan vidio tiap ruangan yang ada di dalam vila.

"Seru ... kerja sambil healing hehe," mereka berdua tertawa kecil.

Mata Hana tak pernah lepas dari Yudha sedetik pun. Ia terus memperhatikan setiap apa yang dilakukan Yudha. Dari pengambilan vidio, mengarahkan apa yang harus dilakukan, hingga mengatur tampilan ruangan agar terlihat lebih menarik.

Setelah ini selesai mereka berencana akan langsung pulang karena sudah jalan-jalan sebelumnya. Hana, terus memperhatikan setiap gerak gerik Yudha. Setiap hal yang dilakukan Yudha terasa menarik untuk Hana. Jika, tidak saat bekerja saja Yudha sudah terlihat menarik. Ketika bekerja semakin bertambah. Perawakan yang tinggi, mata yang teduh, alis lumayan tebal, kulit sawo matang, dan juga rambut yang di tata rapi.

"Han, tolong bawakan script yang ada di meja itu," pinta Yudha pada Hana, menunjuk kertas yang ada di atas meja. Suara Yudha menyadarkan Hana dari pikirannya. Dengan sigap Hana menyerahkan apa yang diminta Yudha. Dalam hati Hana berdoa, semoga saja Yudha tidak menyadari jika ia terus menatapnya.

šŸŒ¼šŸŒ¼šŸŒ¼

"Sini, biar aku aja yang bawa," Yudha mengambil tas yang ada di tangan Hana. Sekali lagi, Hana merasa sangat diperhatikan oleh Yudha.

Hana mengikuti langkah Yudha dari belakang menuju mobil. Langit senja sudah mulai tampak menujukkan wajahnya ketika mereka hendak pulang.

Dalam perjalan pulang Hana yang baru pertama kali kerja keluar kota tertidur di dalam mobil karena kelelahan, ia tertidur begitu saja. Kepalanya tersandar di sisi mobil. Melihat hal itu, Yudha dengan sigap mengambil bantalan yang ada.

Membenarkan posisi tidur Hana dengan memberikan bantal di kepalanya agar leher Hana tidak sakit.

"Cantik," ucap Yudha dalam hati seraya terus memandang Hana tanpa disadari yang lain.

'BRUK' suara mobil ketika melewati jalan yang agak rusak. Membuat tubuh mereka sedikit terguncang, mengalihkan Yudha dari tatapanya kepada Hana. Ia kembali membenarkan posisinya, memejamkan matanya juga. Mengalihkan perhatiannya dari sosok wanita yang tertidur di sampingnya.

Setelah beberapa waktu di perjalanan. Mereka memutuskan untuk mampir di sebuah rumah makan di pinggir jalan yang juga berdekatan dengan masjid.

"Bangunin Hana, Yud," ketika Anisa yang duduk di depan melihat Hana yang masih tertidur saat mereka berhenti.

"Han ... Hana," Yudha menepuk bahu Hana beberapa kali.

"Ugh ....," Hana membuka matanya perlahan, ia masih terlihat mengantuk. "Sudah sampai?"

"Belum. Kita istirahat dulu. Makan sekalian salat." Jelas Yudha kemudian membuka pintu mobil. "Ayo, keluar dulu."

Hana mengangguk, mengikuti Yudha yang keluar lebih dulu. Sementara menunggu yang lain salat. Hana memilih duduk di teras masjid. Menyenderkan tubuhnya di tiang masjid.

Hawa dingin menyetuh kulitnya. Hana meringkuk, sekiranya dapat menghangatkan tubuhnya. Bisa-bisanya ia tidak membawa jaket. Ia terlelap beberapa saat.

Set!

Hana merasakan sesuatu di letakkan di atas tubuhnya. Ia membenarkan posisi duduknya. Ia melihat sudah ada sebuah jaket denim di tubuhnya Di sampingnya, sudah ada Yudha sedang memakai sepatu.

"Sudah selesai?" tanya Hana, mengarakan kepalanya ke belakang. Terlihat, ada Anisa dan Azmi sedang berjalan menuju mereka.

"Sudah. Kita makan dulu. Disana ...," Yudha menunujuk ke arah warung sederhana yang ada di samping masjid. "Pakai aja," ucap Yudha ketika Hana hendak melepas jaket.

"Kamu ... gimana?" tanya Hana khawatir karena jaket Yudha ia pakai, udara saat ini terasa dingin.

"Aman ... Aku pakai ini juga," Yudha menujukkan koas putih polos yang ia pakai selain kemeja di bagian luar.

Melihat hal itu, Hana dengan cepat memakai jaket tersebut. Aroma khas parfum laki-laki mengenai indra penciuman Hana saat ia memakai jaket Yudha. Wangi segar yang menenangkan. Hal ink menambah nilai plus di mata Hana. Ia menyukai laki-laki yang memperhatikan diri. Rapi, bersih serta wangi adalah pria yang Hana sukai, selain tampilan yang menarik.

šŸŒ¼šŸŒ¼šŸŒ¼

ā€œAku antar pulang, mau?" tawar Yudha pada Hana yang sedang duduk di depan studio. Hari sudah malam ketika mereka tiba di studio. Yang lain sudah pulang lebih dulu beberapa saat lalu.

ā€œTunggu sebentar lagi ya. Soalnya Ibu gak angkat telepon takut Ibu lagi di jalan,ā€ Hana dari tadi menunggu ibunya. Di perjalanan pulang dari puncak ia sudah mengabari Ibunya jika ia sudah hampir sampai.

Setengah jam lebih Ibunya masih belum terlihat. Padahal, perjalanan dari rumah ke tempat studio hanya sekitar dua puluh menit. Hana yang gelisah terus menerus memeriska ponselnya.

ā€œAku temani nunggu di sini", tawar Yudha lagi. Hana mengiyakan.

Sunyi, tidak ada yang bicara. Yudha sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Hana sibuk dengan pikirannya. Ia memutar kembali saat - saat perjalanan di luar kota yang membuat dirinya merasa senang. Namun, terasa gugup juga. Karena hanya tinggal ia berdua dengan Yudha di sini.

ā€œRis, tolong kirimkan foto-foto yang sudah di edit kemarin ke klien, ya, besok.ā€

Hana menoleh kearah Yudha, mengalihkan perhatiannya. Ia dengar Yudha memanggil ā€˜Risā€™. Bearti itu Risa. Setahu Hana, tugas Risa sama dengannya Bagian administrasi. Kirim mengirim file atua hasil pemotretan adalah tugas bagian tim editor dan juga fotographer.

Terdengar suara motor yang cukup familiar ditelinga Hana, kembali mengalihkan pikiran Han akan permintaan Yudha kepada Risa. Ia melihat Ibunya sudah berada di depan studio.

ā€œYud, Ibu sudah datang. Aku duluan, ya. Makasih sudah menemani," ucap Hana. Ia kemudian berlalu, pergi meninggalkan Yudha.

ā€œHati-Hatiā€œ, Balas Yudha. Kemudian menyalakan motornya juga untuk segera pulang.

Saat di perjalanan pulang, Hana masih memikirkan Yudha saat menelepon Risa. Ada Perasaan sedikit tidak suka muncul ketika Yudha menyebut nama Risa. Ia meremas ujung jaket Yudha yang masih ia kenakan. Karena Yudha menolak saat hendak dikembalikan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status