Suasana yang sebelumnya ceria kini berubah sunyi. Kembali mengingat Jovan itu artinya dibukakan kembali luka yang belum sembuh sepenuhnya. "Bukankah kamu sudah berjanji? Selama bersamaku tugasmu hanya bersenang-senang dan bekerja. Rugi sekali memikirkan pria itu," ucap Nicholas lembut. Dia tahu dibalik diamnya Shiren masih menyimpan banyak luka yang tak kentara. Maka dari itu, dia berusaha agar membuat wanita ini tak bisa diam. Itu lebih baik."Ya, aku sedang berusaha. Terima kasih telah berbaik hati padaku." Senyum tulus Shiren mengembang kembali, sangat berbeda dengan senyum sebelumnya. Inilah yang Nicholas suka. Saat fokus Shiren kembali ke piring, dia terkejut melihat udang dan lobster miliknya yang sudah selesai dikupas semua. Wanita itu segera menatap Nicholas dan kembali terkejut melihat piring Nicholas penuh oleh kulit udang dan lobster miliknya. "Cepat selesaikan makananmu, setelah ini bekerja denganku," titah Nicholas yang segera diangguki oleh Shiren. Kali pertama dalam h
Sebagai permintaan maaf, Shiren rela bangun pagi buta untuk membuatkan sarapan Nicholas. Semalaman dia tidak bisa tidur dengan nyaman karena memikirkan perasaan Nicholas. "Telurku!" pekik Shiren ketika mencium bau gosong. Niatnya ingin multitasking, menggoreng telur dibarengi mencuci sayuran. Namun karena terlalu asyik dengan pikiran sendiri, dia melupakan nasib si telur. Alhasil, telurnya gosong tak bisa dimakan.Dari arah kamar lain muncul Nicholas. Penampakannya masih cukup berantakan, wajahnya juga terlihat cukup panik."Bau apa ini? Kamu sedang membuat apa?" tanya Nicholas seraya berjalan mendekat ke arah Shiren. Shiren sama sekali tak bisa fokus, pemandangan di hadapannya sangat memanjakan mata. Entah sengaja atau tidak, Nicholas keluar dari kamar tanpa memakai atasan. Bukan yang pertama kali, namun masih mampu membuat jantungnya berdetak abnormal. "S-sedang membuat sarapan. K-kamu mandilah dulu, nanti kita sarapan bersama." Sekuat tenaga Shiren bersikap normal, kepalanya men
Belinda, Jay, Domenico, dan juga Jasmine segera mengambil penerbangan menuju Singapura setelah mendengar kecelakaan di proyek pembangunan mall Shiren. Shiren semakin bertambah histeris ketika dokter meminta persetujuannya agar operasi pada Nicholas segera dilakukan. Ada keretakan di bagian tulang punggungnya, juga beberapa organ dalam yang sedikit terganggu karena benturan keras itu."Ya, lakukan yang terbaik untuknya, kumohon!" Bukan Shiren yang menjawab, melainkan seorang arsitek andalan Shiren yang ikut membantu membawa Nicholas ke rumah sakit. Shiren hanya bisa menangis sambil terduduk pasrah, dia sangat takut, bagaimana keadaan Nicholas ke depannya? ***Setelah melewati masa operasi yang begitu menegangkan, kini Nicholas dipindah ruang. Shiren sebenarnya takut melihat ruangan Nicholas saat ini. Banyak benda-benda penunjang kesehatan yang menempel pada tubuh Nicholas. Namun, dia juga tidak mampu beranjak dari sisi pria itu. Setidaknya, dia masih bisa melihat Nicholas meskipun d
"Kapan kamu akan bangun? Ini sudah 4 hari, Nicholas. Kita seharusnya sudah kembali ke Prancis. Kamu masih kesakitan, ya?" Sosok yang ditanyai oleh Shiren tidak berkutik sedikit pun. Shiren hanya bisa pasrah, dia tidak pernah dibuat menunggu dengan perasaan tak nyaman seperti ini. Rasanya, dia kesulitan untuk bernapas selama Nicholas belum membuka mata.Keadaan Nicholas sebenarnya sudah membaik, dia bahkan sudah dikeluarkan dari ICU. Kini, Nicholas menjalankan perawatan di ruang rawat VVIP sesuai dengan permintaan Shiren. Alat yang menempel pada tubuh Nicholas juga lebih sederhana daripada sewaktu di ruang ICU.Shiren memandang ragu pada sebelah tangan Nicholas yang tidak tersentuh apapun. Perlahan dia membawa telapak tangan itu dalam genggamannya. Shiren bahkan memegangnya dengan kedua tangan agar bisa menutupi seluruh bagian telapak tangan Nicholas. Mungkin jika terlihat, saat ini Shiren sedang menyalurkan kekuatan untuk Nicholas. Tanpa diduga, kedua kelopak mata Nicholas akhirnya b
"Tentu tidak akan terjadi. Bukankah kita sudah berjanji akan tetap biasa saja? Ya ... fokus pada tugas masing-masing," ucap Shiren seraya menyodorkan suapan demi suapan untuk Nicholas. "Anggap saja kita saudara jauh atau apalah itu. Aku khawatir karena kamu saudaraku atau temanku. Ya, begitu." Meskipun sedikit aneh ketika mengatakannya, namun Shiren tak memiliki pilihan lain. Hubungannya dengan Nicholas memang baik, namun dia belum siap jika harus merasakan cinta yang kedua kalinya. Dia masih membutuhkan waktu sebelum bertempur kembali dengan dunia percintaan. Nicholas diam, dia tidak membalas apapun ucapan Shiren. Akan tetapi, Nicholas yakin tujuannya pasti tercapai. Shiren harus tahu jika dia adalah sosok yang pantang menyerah.***Nicholas akhirnya diperbolehkan pulang setelah dirawat tambahan dua hari. Mungkin jika bukan Shiren yang memaksa, sudah dari kemarin-kemarin Nicholas keluar dari rumah sakit. Berlama-lama di sana membuatnya hampir mati bosan, tidak ada yang bisa dia lak
Di kediaman mereka, Shiren sangat sibuk memasak sarapan khusus untuk Nicholas. Pagi-pagi sekali seisi rumah dibuat heboh oleh penampakan Shiren di dapur. Ini adalah kali kedua Shiren sudi berkecimpung langsung dengan bumbu. Dulu, Shiren pernah memasak untuk Jovan. Tapi kata Jovan, masakan Shiren sangat tidak enak bahkan langsung dibuang. Alhasil, Shiren sakit hati dan tidak mau lagi memasak. "Kamu sehat'kan, Nak?" Belinda sampai menyentuh dahi Shiren menggunakan punggung tangan. Dia masih tidak menyangka jika ini nyata."Tentu saja! Ibu pasti terkejut'kan melihat aku memasak di dapur?" tanya Shiren tepat sasaran. Dengan semangat Belinda mengangguk, dia ingin mendengar alasan apa yang membuat Shiren seperti ini."Menantu kontrakmu itu sangat menyebalkan, Bu! Dia terus mengungkit telur gosong yang aku buat kemarin. Jadi, hari ini aku akan membuktikan padanya jika aku bisa membuat telur yang sempurna! Lengkap dengan ayam goreng tepung!" ujar Shiren penuh semangat.Belinda menggeleng pel
"L-lepaskan aku." Shiren berusaha untuk lepas dari dekapan Nicholas. Dia tidak ingin Nicholas menyadari detak jantungnya sekarang."Diam. Anggap ini hukuman karena kamu tidak sopan masuk ke dalam kamar orang lain," balas Nicholas. "Orang lain bagaimana? Kamu ini suamiku!" Shiren tidak salah, kan? Mereka bahkan sudah sah menurut agama maupun negara."Oh ya? Jika begitu, aku bebas memintamu untuk tidur di sini. Bukankah suami istri harus tidur bersama?" Shiren semakin gelagapan, dia hampir menjerit kembali ketika tubuhnya ditarik ke dalam pelukan Nicholas. Rasanya tidak menegangkan seperti tadi, namun jantungnya masih berdetak tak normal."A-aku—""Shttt, tidurlah. Aku tidak akan macam-macam, cukup dengan seperti ini."Shiren semakin meleleh ketika kepalanya diusap-usap sayang. Shiren merasa sangat nyaman sekarang. Dia merasa seperti bayi kecil sedang ditidurkan oleh ibunya.Tak lama kantuk itu datang, entah sadar atau tidak kedua lengan Shiren memeluk erat tubuh Nicholas. Wajah canti
Kini Nicholas bisa bernapas dengan lega melihat penampilan Shiren. Tidak ada lagi rok pendek lagi ketat, dia sakit mata melihatnya."Kamu bisa langsung menegurku jadi penampilanku salah. Tapi caramu juga tidak buruk. Dengan begini aku akan sengaja memakai pakaian yang salah agar bisa mendapat pakaian baru darimu! Hahaha," kelakar Shiren merasa senang. Suasana hatinya sangat baik."Jangan diulangi lagi. Kamu wanita terhormat, harus bisa menjaga diri bahkan hanya dari sebuah tatapan." Nicholas tidak bercanda, dia mengatakannya dengan penuh serius. Namun yang diberikan petuah malah cekikikan tidak jelas."Suka-suka aku, wleee!" Lihatlah, Shiren memiliki hobi baru. Wanita itu sangat bahagia jika menguji kesabaran Nicholas. Mereka seakan lupa tempat, banyak orang yang memerhatikan tingkah keduanya. Saat ini mereka sedang berada di lobi perusahaan.Orang-orang yang ada di sana tampak tak berkedip. Ini adalah kali pertama mereka melihat tingkah Shiren yang kekanak-kanakan. Wanita itu dengan