Share

7. Ibumu Siapa?

“Berikan datanya padaku, Jeff!” seru Lionel menutup panggilan itu.

Lalu dia memeriksa tempat-tempat yang sudah dikirim oleh Jeff. Lokasi tersebut berada di lokasi yang berbeda dengan jarak yang berbeda pula. Lionel memilih tempat yang paling dekat dulu dan yang paling jauh dia minta asistennya untuk memeriksa di sana.

Tanpa kata, pria itu melangkah dengan kakinya yang panjang untuk menuju tempat itu karena matahari belum berada di atas kepalanya.

**

Galaxy keluar dari halaman sekolahnya setelah bel berbunyi menandakan istirahat. Dia selalu bermain bersama dengan teman-temannya. Untuk Galen, dia tipe anak yang lebih pendiam dan belajar di perpustakaan. Jadi, anak kedua Joanna memilih untuk bermain dengan yang lain daripada saudaranya sendiri.

Saking kencangnya Galaxy berlari, dia terjatuh karena tersandung saat keluar gerbang sekolah bersama teman-temannya.

“Kamu baik-baik aja, Nak?” tanya seorang pria yang membantunya berdiri.

“Tidak apa-apa, Om. Terima kasih sudah dibantu.” Bocah itu pergi berlalu meninggalkan pria itu sendiri di sana.

“Sepertinya putraku akan seumuran dengan mereka,” gumam pria itu pelan. Hanya dirinya yang bisa mendengar.

Dalam hati pria itu sepertinya sudah menerima jika dia benar-benar memiliki dua orang putra. Ya, dia adalah Lionel yang sedang berada di lokasi kesekian dari daftar yang diberikan oleh Jeff. Pria itu mengeluarkan foto yang menampakkan jelas wajah kedua putranya.

Lionel membelalakkan matanya ketika wajah itu adalah baru saja dilihatnya. Dia berlari mengejar bocah yang tadi dia tolong, tetapi dia tidak menemukannya.

Sementara Galaxy yang memilih bersembunyi di balik pohon karena dia sama seperti Lionel. Dahi bocah kecil itu berkeringat karena panik. Tadi setelah dia meninggalkan Lionel, dia kembali memperhatikan pria itu karena wajah itu setiap hari dilihatnya. Dari pagi menjelang malam.

“Apakah dia daddyku?” gumam Galaxy meninggalkan persembunyiannya setelah pria itu pergi dari sana.

Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah, Galaxy diam saja dan itu menjadi hal yang aneh bagi Galen. Si kembar sudah terbiasa mandiri sejak kecil karena Joanna harus bekerja untuk menafkahi keluarga mereka. Dulu, ibu Joanna membantu merawat si kembar sehingga Joanna bisa lebih fleksibel bekerja.

Namun, sejak ibunya meninggal setahun lalu, dia sedikit kesulitan menjaga si kembar. Jadi, dia memasukkan ke sekolah dengan harapan akan ada yang menjaga kedua putranya sebelum dia pulang kerja.

“Gal, kamu baik-baik aja, kan?” tanya Galen memperhatikan Galaxy yang hingga sekarang tidak menyantap camilannya.

“Oh, gak papa kok,” balas Galaxy pelan. “Len, kamu pernah memikirkan tentang daddy kita?”

Galen mengangguk lalu menggeleng. “Yang bener yang mana, Len?” protes Galaxy.

“Aku pernah tanya sama Mommy tapi Mommy bilang kalo Daddy sudah lama meninggal. Terus, dia bilang kalo aku gak boleh tanya-tanya lagi.” Galen menceritakan bertanya pada Joanna.

Galaxy menyudahi pertanyaan lalu mulai memakan camilan sorenya.

Joanna tiba di rumah tepat pukul 06.00 malam. Tadi saat di kantor, dia menerima pesan Galen yang memberitahu bahwa putra bungsunya itu tidak ingin makan. Jadi, setelah pulang kerja dia langsung memasak makanan favorit Galaxy.

Sepertinya Joanna harus berbicara dengan putranya untuk mengetahui apa yang terjadi sejak tadi siang. Sedikit menyesal karena dia kurang memperhatikan kondisi putranya akibat dia bekerja. Saat ini dia belum mampu untuk membayar pengasuh saat dia tidak ada.

“Gal, apa yang terjadi hari ini?” tanya Joanna saat hanya berdua di ruang tamu sementara Galen berada di kamar.

Galaxy terdiam dan menunduk, dia takut untuk bertanya kepada ibunya. Namun, rasa penasarannya lebih besar dari rasa takutnya.

“Ceri-”

“Daddy-”

Mereka berbicara bersamaan kemudian saling terdiam. Joanna menanti putranya untuk berkata lebih dulu sehingga dia memilih diam. Galaxy menatap ibunya dengan pandangan bersalah, tetapi dia tetap harus bertanya.

“Daddy. Aku hanya ingin tahu daddy di mana?” tanya Galaxy tertunduk. Tangannya saling meremas karena dia takut ibunya akan marah kepadanya.

“Daddymu sudah meninggal,” jawab Joanna bergetar. Wanita itu tidak ingin lagi berbohong, tetapi ketakutannya menghalanginya untuk berkata jujur. Galaxy ingin menentang, tetapi dilihat ibunya berdiri menjauh darinya.

“Tapi, kenapa tidak ada fotonya, Mom?” Keluarlah pertanyaan yang sebenarnya dari mulut Galaxy.

Joanna tertegun karena dia menyadari kedua putranya sudah besar dan wajar jika mereka bertanya kembali. Dulu dia menjelaskan hanya kepada Galen, tetapi tidak bisa disebut menjelaskan. Wanita itu hanya mengabaikan pertanyaan sang putra.

“Mom-”

“Masuk kamar, Galaxy. Waktunya tidur,” elak Joanna tanpa menjawab pertanyaan putra bungsunya.

Keesokan paginya, suasana di meja makan sangat tidak nyaman bagi Galen karena ibu dan adiknya sama-sama diam. Memang kemarin malam dia tidak mendengar apa yang mereka diskusikan. Namun, dia bisa mengambil kesimpulan jika sang ibu marah terhadap adiknya.

Sementara itu, Lionel sudah berdiri di bangunan sekolah saat dia melihat Galaxy kemarin. Dia harus bicara dengan bocah itu. Istirahat tiba dan seperti biasa Galaxy keluar sekolah untuk bermain bersama teman-temannya.

Lionel dengan percaya diri mendekati Galaxy saat dilihat bocah itu duduk untuk beristirahat karena sudah banyak berkeringat.

“Hey, Nak,” sapa Lionel memberi minuman dingin kepada Galaxy. “Masih ingat dengan om?”

Galaxy mengangguk dan mengambil minuman itu, tetapi dia tidak berani menoleh ke arah pria itu.

“Boleh om bertanya padamu?” tanya LIonel.

“Ya?”

“Siapa nama ibumu?” Akhirnya pertanyaan itu diajukan oleh Lionel.

Galaxy menatap wajah yang sangat mirip dengan kakaknya itu dan menjawab. “Mommyku bernama Mrs. Whiterloom.” Lalu bocah kecil itu berlari masuk kembali ke gedung sekolah sementara Lionel terpaku di tempatnya berdiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status