Dzaki yang uring-uringan, menunggu di kursi tunggu bandara dengan kesal. Naina keluar dari mobil dengan santai memasuki bandara dengan membawa ransel di punggungnya. Ia melirik sinis ketika melihat Dzaki duduk di ruang tunggu dengan wajah yang berlipat-lipat. Ia dengan santainya duduk di sebelah Dzaki sehingga membuat Dzaki melonjak kaget melihat ada yang duduk di sebelah nya dengan tiba-tiba. "Tidak usah kaget begitu! " ucap Naina dengan dingin sambil mengutak-atik ponselnya. Dzaki mengurut dada nya karena lega, ternyata yang duduk di sebelahnya adalah Naina istrinya. Ia pun menampilkan senyum palsunya dan bersikap manis kepada Naina. "Jelas aja aku kaget sayang? Aku kira tadi orang lain yang duduk di sebelah ku! " jawab Dzaki dengan lembut sambil tersenyum. Ia kemudian kembali duduk di samping Naina. Dan tak lama kemudian, datang lah seorang pria yang langsung berdiri di hadapan Naina. "Permisi Nona, ini tiket Anda dan saya sudah melakukan cek in. " ucap pria itu dengan sopan
Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Dzaki meninju dinding melampiaskan kekesalannya kepada sang ibu yang selalu memaksakan kehendaknya tanpa peduli dengan keadaan dirinya. Dzaki membuka pintu kamar dengan wajah kesal dan dia terbelalak kaget melihat kamar yang akan ia tempati. "Apa-apaan ini! Kenapa aku ada di kamar jelek begini? Gak ada AC, gak ada televisi, apalagi kulkas! Ini lagi, kasur nya cuma kasur single. Aaakkhhh... Sialan... Brengsek.. Kurang ajar kau Naina! Berani nya kau membuat aku seperti ini? Kau belum tahu siapa Dzaki yang sebenarnya! Awas kau! Akan aku buat kau menyesal karena sudah mempermainkan aku! " teriak Dzaki dengan marah sambil melempar semua yang ada di kamar tersebut. Sedangkan Naina sedang tertawa melihat reaksi Dzaki di kamarnya melalui rekaman CCTV yang ada di kamar khusus untuk pemilik hotel ini. Yah, memang benar kalau Naina lah pemilik hotel ini yang sebenarnya. Hotel ini adalah salah satu aset tersembunyi yang
Dzaki yang sedang duduk di belakang Naina, tertawa pelan di balik buku menu ketika ia melihat Naina meminum minuman yang sudah ia beri obat pencahar. "Ha... Ha... Ha... Rasain istri durhaka! Untung saja obat itu selalu ada di dalam kantong ku. Jadi aku bisa kasih pelajaran sama istri kurang ajar seperti itu biar dia tidak bisa berbuat macam-macam kepada suaminya sendiri. Di pesawat di kasih duduk di kelas ekonomi, di hotel juga di kasih kamar jelek kayak kos-kosan. Udah gitu di tinggalin lagi gak di kasih makan. Rasain lah kau istri ku sayang! " ucap Dzaki sambil cekikikan sendiri dengan pelan. Cukup lama ia menunggu reaksi dari minuman yang Naina minum tadi, sehingga membuat Dzaki celingak celinguk mengintip dari balik buku menu hanya untuk memastikan jika obat yang ia berikan bekerja dengan baik. Tiba-tiba saja seorang pelayan mendatangi mejanya dengan membawa berbagai makanan dan minuman. "Permisi tuan! Ini jamuan gratis di restoran kami ini untuk tuan! Setiap ada yang datang da
Naina sedang tertawa terpingkal pingkal melihat layar CCTV di laptopnya. Ia memegang perutnya yang kram karena kebanyakan tertawa melihat Dzaki yang di pukuli pengunjung hotel karena kentut di dalam lift. "Rasakan lah obat mu sendiri suamiku! Beraninya kau bermain-main dengan ku. Aku bukan Naina yang dulu lagi, sekali kau mengusik ku, dua kali kau aku balas! " ucap Naina dengan ekspresi yang menakutkan untuk di lihat. Sedari ia keluar dari mobil, Naina sudah melihat Dzaki dari jauh, tapi ia pura-pura tidak melihat karena ia sengaja membiarkan Dzaki mengikutinya. Ia ingin melihat, sejauh mana tindakan yang akan dilakukan Dzaki kepadanya. Karena ia yakin kalau suaminya itu pasti dendam kepadanya karena sudah memberikannya kamar kelas rendah. Naina juga tau jika Dzaki diam-diam menaruh obat pencahar di dalam minumannya karena sang pelayan sudah memberitahukan nya ketika ia mengantar pesanan Naina. Pelayan tersebut juga lah yang mengantarkan makan
"Hei! Apa kau tidak punya mata! Lihat sepatuku! Kau membuat air kotor itu merusak sepatu ku! " hardik wanita itu tanpa melepaskan kacamata nya. "Ma-maaf No.... " ucap cleaning servis itu ketakutan tapi langsung di potong Naina. "Jangan meminta maaf karena itu bukan kesalahan mu! Hei kau! Apa kau yang tidak punya mata! Tidak bisa kah kau masuk ke dalam lift ini pelan-pelan. Kau masuk dengan menyenggol ku sehingga wanita ini juga ikut kesenggol. Apa kau mau aku colok mata mu itu biar tidak bisa melihat sama sekali? " bentak Naina dengan keras dan tajam di balik cadar nya. "Ke-kenapa kau yang marah-marah! " jawab wanita itu gemeteran mendengar bentakan Naina sehingga ia melepaskan kacamata nya. "Karena aku pemilik hotel ini! Tidak akan aku biarkan karyawan ku di bentak oleh pengunjung kurang ajar seperti mu! Karena ia tidak bersalah sama sekali! Apa kau mau aku menyerahkan rekaman CCTV-nya kepada pihak yang berwajib agar tau melihat siapa yang sa
"Sayang.. Kamu masih ingatkan dengan sepupu aku Sania, dia di sini juga loh sayang liburan. Biasanya kan kalian dulu selalu pergi bersama, kenapa kita gak liburan sama-sama dulu sayang.. Masa baru dua hari langsung pulang. " ucap Dzaki merengek seperti anak kecil. Naina yang tidak menanggapi omongan Dzaki pun meminum minumannya dengan santai sampai habis. Ia lalu berdiri dan berjalan ke luar lobi sambil berkata. "Kalau kau masih mau di sini silahkan. Aku akan pulang sekarang juga dan silahkan kau pulang sendiri dengan ongkos sendiri. " ucap Naina dengan lantangnya sambil terus berjalan keluar. Mendengar ucapan Naina yang tidak main-main, Dzaki langsung ikutan sambil berlari karena tidak mau di tinggal karena ia tidak punya sepeser pun uang untuk beli tiket sendiri. Sania yang di tinggal sendiri langsung melengos kesal karena Dzaki lebih menuruti ucapan Naina dari pada liburan bersama nya di sini. Akhirnya, Naina dan Dzaki pun pulang
Naina yang bengong mendengar ucapan keponakan Pak Herman, langsung buru-buru pamit tanpa menoleh kebelakang. Ia baru bernafas dengan lega setelah keluar dari firma hukum tersebut. "Apa-apaan sih pria itu, ketika melihat ku tatapan matanya seperti ingin menguliti ku saja! Benar-benar menyebalkan! " gerutu Naina sepanjang jalan pulang. Mobil yang dikendarai Naina memasuki gerbang rumahnya. Ketika hendak menutup pintu mobil, ia terkejut melihat suaminya berdiri dengan sebuah koper di samping nya. Tidak hanya suaminya, tetapi ibu mertuanya dan adik ipar nya juga membawa koper masing-masing di samping mereka berdiri. "Ada apa ini! Kenapa kalian semua di sini sambil membawa koper? " tanya Naina dingin dengan keras dan sorotan tajam. "A-aduh Nai-naina sayang, Dzaki kan harus tinggal di sini? Masa suami istri tinggal terpisah! " jawab ibu Dzaki dengan gugup. "Iya sayang, kita kan sudah menikah! Masa tinggal terpisah! " ucap Dzaki ikut bicar
"Aaarrggghh.... Sial banget si Naina! Masa pisah kamar! Percuma sudah suami istri, tapi tidur terpisah. Gimana mau ambil perhatian nya coba. Uugghhh.. Sial... Sial! " ucap Dzaki sambil memukuli tempat tidur. Di lantai bawah Nyonya Rina ngomel-ngomel di dalam kamar yang mereka tempati. "Kurang ajar banget si Naina, emangnya kita ini pembantu apa? Dikasih kamar yang kecil begini! Ga ada AC, TV yang gede, cuma kipas angin modelan gini doang! Mana kalau mau apa-apa harus sendiri lagi! " gerutu Nyonya Rina sambil beresin pakaian nya. "Udah Ma, terima aja dulu apa yang di katakan Naina, toh kalau dia pergi, kita bisa melakukan apapun yang kita mau. Tapi kita pura-pura aja lakukan yang ia katakan kalau dia ada di rumah. " sahut Diana dengan tersenyum devil. Mendengar ucapan putrinya, Nyonya Rina menjadi semangat dan mereka berdua mulai merencanakan rencana mereka untuk bersenang-senang di rumah besar ini. "Diana... Diana... Percuma saj