Setelah acara bernostalgia selesai, Arshima mampir ke Mall yang biasa dia kunjungi dulu. Ingatan akan kebersamaan mereka bertiga semasa kuliah pun terlintas.
"Waktu, cepat sekali berlalu. Dalam sekejap, kehidupan kita pun berubah drastis," ucap Arshima tersenyum miris.
Arshima berjalan menuju outlet yang menjual khusus pakaian kerja. Karena ia berniat akan melamar kerja besok lusa. Jadi ia harus mempersiapkan semua terlebih dahulu. Apalagi sekarang dia tidak punya teman untuk diajak shopping kapan saja.
Di tempat lain, Rendra begitu disibukkan dengan laporan akhir bulan usaha sampingan miliknya. Ia memiliki sebuah Cafe yang berkembang begitu pesat dalam setahun terakhir ini. Hingga Rendra sudah memiliki tujuh cabang yang tersebar di kota-kota besar.
Sebenarnya, Rendra sudah mengajukan surat pengunduran diri kepada Rayzell. Namun, ditolak oleh Rayzell dengan alasan dia masih membutuhkan Rendra. Rayzell memberi Rendra kelonggaran untuk mengelola Cafe miliknya, dengan syarat bila Rayzell butuh kapan saja, Rendra harus selalu siap.
Rendra juga mengajukan persyaratan yang tidak kalah berat pada Rayzell. Bila suatu saat Rendra sudah menemukan Arshima, ia akan sepenuhnya berhenti menjadi sekretaris Rayzell. Dan Rayzell menyetujui itu.
Setelah selesai dengan laporan keuangan akhir bulan Cafenya, Rendra beranjak keluar ruangan. Ia ingin melihat para pengunjung Cafe, yang rata-rata di penuhi oleh kaum muda millenial.
Rendra bersyukur, banyak yang menyukai menu di Cafenya ataupun hanya sekedar untuk mereka berfoto. Karena, Cafe tempat Rendra sangatlah cocok untuk para kaum instra**mable. Sehingga, selalu rame akan kaum anak millenial. Yah meskipun ada juga dari kalangan pebisnis, yang menjadikan Cafe Rendra tempat mereka melakukan kesepakatan untuk kerjasama dengan para klien mereka.
Setelah puas berkeliling, Rendra kembali masuk ke ruangan kerjanya. Mengambil kunci mobil lalu pergi meninggalkan Cafe. Rendra melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, ia mengemudikan mobil menuju sebuah Mall ternama di kota tersebut.
Setelah memikirkan mobil, Rendra melangkah masuk ke dalam. Ia berencana membelikan mainan untuk baby Narshita. Sebagai buah tangan, saat ia berkunjung ke rumah Rayzell besok.
Entah mengapa, Rendra sangat menyayangi gadis kecil itu. Saat melihat baby Narshita, seolah-olah dirinya melihat ada bayangan wanita yang sangat ia cintai di dalam diri baby Narshita. Kepolosan dan kelucuan baby Narshita lah yang menurut Rendra sama seperti kekasih hatinya itu.
Sampai saat ini, Rendra belum bisa melupakan gadis polosnya itu. Wanita yang selalu setiap malam mengganggu mimpi di dalam tidurnya. Sehingga membuat Rendra, kerap kali terbangun dan meneriakkan nama gadis itu.
Meskipun banyak wanita yang mendekati dirinya, Rendra bersikap cuek pada mereka. Ia dengan setia akan menunggu wanita itu kembali. Dan Rendra yakin, datangnya hari itu tidak akan lama lagi.
Keesokan harinya. Rendra datang ke rumah Rayzell. Ia ingin mengajak baby Narshita berjalan-jalan di taman. Dan kebetulan juga, hari ini hari minggu. Rendra memang biasa membawa anak Rayzell, hanya sekedar berkeliling komplek. Rendra merasa bila berada di dekat baby Narshita, rasa kesepian di hatinya sedikit terobati.
Rendra masuk kedalam rumah Rayzell, ia agak kesusahan karena kedua tangannya penuh dengan mainan yang akan di berikan untuk Narshita. Rendra menaruh barang bawaannya itu diruang tengah.
"Kesini lagi Ren? Nggak kencan gitu? Kan hari minggu!" celetuk Mama Ayumi yang datang dari arah dapur.
"Tante mau ngeledek aku? Apa mau tanya?" ucap Rendra, kemudian ia duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut, "sudah tahu jawabannya kan, Tant?" imbuhnya lagi dengan nada yang dibuat memelas.
Memang, semenjak Hana dan Rayzell punya anak. Renda selalu datang ke rumah Papa Nugroho di waktu luang. Ia hanya ingin menghabiskan waktu senggangnya itu, untuk anak dari sahabatnya, Rayzell.
"Kamu itu, mbok ya cari pasangan Rend. Biar ada yang ngurus. Massa iya, cakep-cakep masih jomblo! Emang mau sampai kapan tetap nungguin dia?" celoteh Mama Ayumi, sambil menyiapkan camilan untuk keluarga.
"Mau Om carikan Rend?" sahut Om Nugroho, dari arah belakang Rendra. Kemudian Om Nugroho duduk di sofa depan Rendra.
"Eh, enggak usah Om. Ini bentar lagi palingan dia pulang," jawab Rendra sedikit lirih. Ia menyemangati dirinya, agar tetap setia menunggu kekasih hati-nya itu.
"Yakin, kalau dia akan segera pulang?" tanya Rayzell yang turun dari anak tangga. Lalu ia duduk di samping Rendra.
"Yakin, seyakin-yakinnya gue!" jawab Rendra mantab, "oh ya, dimana Shita? Kok nggak ikut turun juga," Rendra menanyakan keberadaan anak Rayzell dan Hana.
"Dia masih nenen sama Mommynya. Biar nanti nggak rewel kalau kamu ajak pergi," jelas Rayzell.
Tidak berselang lama, turunlah Hana dengan menggendong Narshita di lengan kurusnya. Karena, semenjak kelahiran baby Narshita, Hana sering sekali begadang setiap malam. Untuk memberi baby Narshita ASI yang cukup.
Rendra yang melihat baby Narshita di gendong Hana, ia langsung berjalan menghampiri mereka. Rendra mengambil alih baby Narshita dari tangan Hana.
"Iiihhhh tantiknya Pipi, dah hayuuumm. Cini tium duyu," ucap Rendra di buat seimut mungkin. Lalu menciumi seluruh wajah mungil baby Narshita, yang begitu menggemaskan.
Kemudian, Rendra kembali duduk di tempatnya semula. Hana juga duduk di samping Rayzell, suaminya.
"Rend...Rend. Kamu tuh aneh!" ucap Mama Ayumi, saat melihat Rendra begitu begitu bangga menyebutkan dirinya sebagai 'Pipi' pada baby Narshita, cucu-nya.
"Dia kan emang aneh Ma. Semenjak ditinggal pujaan hatinya," sahut Rayzell, "tempatku sebagai suami dan Daddy aja di serobot sama dia. Masih untung nggak ngenak-ngenakin Hana," celoteh Rayzell. Kemudian mendapat pukulan dari Hana.
"Ngomongnya tuh di filter dulu napa! Dia begitu karena kesepian, makanya ikut jagain aku sama Shita. Nggak usah lebay deh, Kak," kesal Hana pada Rayzell.
"Tenang aja Ray...Aku nggak akan ngerebut Hana. Tapi, aku akan mengklaim Narshita sebagai anakku," kelakar Rendra yang mendapat sebuah tonyoran dari Rayzell.
"Pa! Jodohin aja dia sama pegawai kita. Biar nggak ganggu milikku," kesal Rayzell.
Semua orang yang melihat pertengkaran Rendra dan Rayzell, hanya menggeleng kepala. Dua orang yang sama-sama sudah dewasa, namun tingkah mereka seperti anak kecil bila sudah adu mulut.
Semenjak di tinggal oleh sang pujaan hati, kepribadian Rendra memang sedikit berubah. Yang semula dia kaku bila bersikap kepada orang lain, dan tidak banyak bicara maupun bercanda. Kini dia lebih hangat dan suka bercanda kepada orang terdekat. Meskipun bila di depan para karyawan-nya, dia bersikap dingin dan tegas. Walau nggak se-galak seperti dulu lagi.
Rendra berusaha hidup bahagia, seperti pesan seseorang di masa lalu, yang sangat berarti untuk hidupnya.
*
*
*
*
Hidup itu sangat indah, bila kita menikmatinya dengan hati yang lapang. Jangan buat hidupmu berat, hanya dengan secuwil masalah yang sedang kamu alami. Karena, banyak orang diluar sana yang masalahnya lebih berat darimu. Jadi, bersyukurlah dengan apa yang kau nikmati sekarang.
Rendra begitu senang, melihat baby Narshita yang berjalan kearahnya dengan senyum yang begitu menggemaskan di wajah batita tersebut. Meski langkah Narshita sedikit tertatih, malah membuat dia terlihat begitu lucu.Banyak Ibu-ibu yang mendekat kearah Rendra. Kebetulan taman yang Rendra kunjungi, ramai akan orang tua yang membawa buah hati mereka. Rendra membalas senyuman kepada para Ibu-ibu yang memuji kecantikan baby Narshita tertular dari ketampanan Rendra. Mereka berfikir, bahwa Rendra lah ayang dari batita lucu tersebut.Hati Rendra selalu senang, disaat ada orang yang mengira dirinya sebagai Ayah dari baby Narshita. Rendra tidak terlihat risih atau bagaimana secara kan dia masih single dan masih ting ting. Dia malah terlihat santai dan senyum selalu mengembang di bibirnya."Anaknya cantik, pasti keturunan dari Papanya. Lagian sang Papa gantengnya kelewatan banget," ucap salah satu Ibu yang mendekati R
Hari ini, Arshima kedatangan temannya yang dari Amerika. Monica adalah sahabat Arshima semasa dia berada di negri paman sham tersebut. Monica selalu membantu Arshima, di setiap Arshima memiliki masalah. Monica datang ke Indonesia, karena disuruh Kakaknya untuk membantu di perusahaan orang tua mereka yang berada di Indonesia."Kenapa kamu nggak bilang dulu kalau mau kesini? Kan Aku bisa menjemputmu di bandara," ucap Arshima senang, lalu memeluk sahabat barunya."Aku sangat merindukanmu, Beibeh. Aku hanya ingin memberimu kejutan," ucap Monica seraya memeluk Arshima."Oh ya, kamu tinggal di rumahku kan?" tanya Arshima pada Monica."Ya enggak lah, Beib. Aku tinggal sama Kak Alex. Mana beri ijin dia kalau aku tinggal di sembarang tempat," jawab Monica. Alex adalah Kakak dari Monica."Yaahhh...sayang banget. Padahal aku masih kangen berat sama kamu," Arshima memanyunkan bibirnya."Kita kan bakal se
Arshima terus ditarik oleh Monica menuju Mobil mereka yang berada di parkiran cafe. Monica melepas tangan Arshima, lalu menatapnya dengan penuh selidik."Siapa cowok tadi?" tanya Monica selepas ia melepaskan genggaman tangannya pada Arshima."Cowok yang mana?" Arshima berpura-pura tidak paham akan maksud dari pertanyaan Monica."Nggak usah ngeles. Cowok yang sedari tadi lo pelototin," ucap Monica seraya mendorong kepala Arshima dengan pelan."Em-mh i-itu...gue nggak kenal," Arshima berusaha mengelak, lalu mengalihkan pandangannya."Nggak usah bohong begitu. Gue tau, kalau lo pasti menyembunyikan sesuatu dari gue," desak Monica kepada Arshima.Arshima semakin salah tingkah, bila ditatap seperti itu oleh Monica. Ia memang tidak menceritakan tentang Rendra. Sewaktu dulu baru datang di Amerika, dan baru mengenal Monica. Arshima hanya bilang, dirinya ingin menena
Selepas kepergian Monica, Arshima masuk kedalam rumah. Ia harus segera menyiapkan berkas-berkas yang di butuhkan untuk melamar kerja di perusahaan orang tua Monica besok. Ia juga harus menyiapkan dirinya dan mencoba perlahan untuk melupakan perasaannya terhadap Rendra.Keesokan harinya, Arshima sudah siap dengan pakaian formalnya. Dengan rambut yang ia gerai menjulang kebawah, dan juga setelan yang berwarna soft pink. Ia terlihat seperti idol yang menjelma menjadi wanita karir."Waahh anak Mama cantik, pakek banget!" seru Mama Indah yang melihat Arshima turun dari anak tangga."Anak siapa dulu dong? Anak Mama yang paling Indah sedunia!" seru Arshima seraya tersenyum dengan menekankan nama sang Mama."Kurang ajur. Minta di masukin lagi nih Yah, anakmu," ucap Mama Indah kesal, lalu menatap kearah Ayah Eko yang tengah menikmati sarapan paginya.Ayah Eko hanya
"Kakak tuh kalo di ajak bicara, tatap lawan bicaranya. Jangan menatap kearah Arshima terus, kasihan dia Kak menunduk terus karena di tatap seperti itu oleh Kakak," cerocos Monica yang mendapat cubitan dari Arshima."Oh, ya sudah. Kamu tunjukkin ruangannya. Aku mau kembali ke ruangan ku dulu," ucap Alex sedikit kikuk. Kemudian ia melangkah keluar menuju ruangan CEO. Dan di ikuti oleh kedua orang yang juga ikut mewawancara Arshima."Yeeyyy...gue diterima, Moon!" pekik Arshima setelah tidak ada orang lagi selain dia dan Monica di ruangan itu."Eehhhh, jangan senang dulu. Ini semua berkat gue, dan lo kudu wajib nraktir gue di cafe yang kemarin itu," Monica mendorong kepala Arshima."Inikan karena jawaban gue aja yang bagus, dan diterima oleh Kakak lo!" Arshima tetap tidak mau kalah."Iya-iya. Pokoknya nanti setelah pulang kerja, lo harus traktir gue. Titik!" titah Monica.
Bab. 9Arshima tidak menghiraukan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia menikmati apa yang di lakukan si batita kepada wajahnya. Dengan batita yang ada di pangkuan, juga sedang sibuk melukis di wajah mulusnya. Arshima kembali mengambil tablet, dan melanjutkan menuangkan ide pada tablet tersebut. Ia merasa seperti seorang ibu yang sedang bekerja, sambil mengasuh anak."Apa kalau aku punya anak, akan seperti ini ya? Bekerja sambil mengasuh anak," ucap Arshima lalu tersenyum sendiri.Rendra berada di ruangan, tidak menyadari Narshita yang pergi keluar. Di saat sadar, Rendra begitu panik mencari Narshita dan menyuruh karyawan untuk ikut mencari keberadaan Narshita.Mereka di buat panik oleh hilangnya seorang batita yang lagi aktif-aktif. Kemudian, Rendra di beritahu salah satu karyawan yang melihat Narshita bersama seorang perempuan. Rendra yang mendengar itu, langsung bergegas ke tempat yang di tunjukkan
"Apa-apaan sih kamu, Mas!" ucap Arshima kesal sekaligus malu. Karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung lain di cafe tersebut. "Dengerin dulu penjelasan ku, Shima!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima, agar tidak pergi terlebih dahulu. Ia memegang tangan Arshima dengan begitu erat. "Lepasin Mas! Kita bukan muhrim. Harap Mas ingat itu, dan jangan ulangi hal yang tadi," ucap Arshima penuh penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan. Lalu mengibaskan tangan Rendra dengan kasar, hingga tangan mereka terlepas. "Tapi Shima...!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima. Namun, tidak di hiraukan oleh Arshima. Arshima segera pergi menjauh dari Rendra. Ia tidak ingin berdebat
Setelah kepergian Arshima dan Alex. Mama Indah mendekat pada Ayah Eko. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya sedari tadi, waktu melihat sikap Alex yang adalah atasan Arshima itu."Yah!" panggil Mama Indah."Hemm.""Itu si atasan Shima, kelihatannya naksir deh sama anak kamu," ucap praduga Mama Indah."Atasan Shima? Maksudnya baju atasan yang di pakai Shima?" Ayah Eko mencoba memancing emosi sang istri. Dan itu berhasil."Bukan, Yaahh! Maksud Mama, bosnya Shima. Bukan baju atasan yang Shima pakai," geram Mama Indah yang berhasil di pancing emosinya."Owh, kirain. Naksir bagaimana sih Ma?" tanya Ayah Eko pura-pura tidak mengerti sembari terkekeh kecil."Suka, gitu maksudnya Yah. Massa iya, seorang atasan membawakan koper karyawan. Apa namanya bila tidak naksir?" ucap Mama Indah, yang menduga perasaan Alex."Iya juga ya Ma. Ayah