Share

Chapter 6 Aku Tidak Mungkin Jatuh Cinta Padanya

"Apa? Tetap awasi dia sampai kami tiba di sana!" ucap Henry. Dia kemudian mengakhiri panggilan.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan anak itu?" Regina hanya menunjukkan ekspresi datar, tetapi nada suaranya di penuhi dengan kekhawatiran.

"Anak itu tiba-tiba saja turun di pinggir jalan dan hanya berdiri diam di sana. Anak buahku sudah memintanya untuk ikut bersama mereka, tetapi dia tidak mau." Henry menjelaskan kejadiannya dengan selengkapnya mungkin. "Dia ingin kita yang menjemputnya sendiri. Anak itu, daripada dia punya sifat egois dan keras kepala yang menyebalkan itu?"

"Susah pasti kau. Kalian berdua seperti hasil copy-paste, benar-benar mirip," cibir Regina.

"Aku tidak egois dan keras kepala seperti itu. Kau pasti yang menurunkan sifat itu. Lihat, terlihat jelas dari caramu bicara."

"Sudah jelas itu anakmu, dia pasti mewarisinya darimu. Aku tidak ada hubungannya dengan itu. Nama terakhirnya juga Jian bukan Tan."

"Hei, aku tidak mungkin memiliki seorang anak sendirian. Kau yang melahirkannya!"

"Aku? Bisa saja itu wanita lain. Masih bagus aku membantumu untuk berpura-pura."

Mereka berdua saling berdebat satu sama lain. Supir yang ada di depan harus menahan telinganya dari suara berisik dari majikan dan rival majikannya. Dia menghela nafas lega saat melihat mobil yang ada di depan. "Tuan Muda, kita sudah sampai."

Henry dan Regina berhenti berdebat. Henry berdehem, "Ayo kita turun dan bereskan masalah anak itu!"

Mereka berduaan membuka pintu mobilnya dan langsung menghampiri seorang pria yang ada diluar mobil. "Di mana anak itu?" tanya Henry.

Pria itu menggunakan pandangan matanya sebagai petunjuk. Regina langsung berjalan mendekat ke arah Kevin yang berdiri di pinggir jalan. Diikuti dengan Henry justru tiba-tiba mendahului Regina.

Henry menjitak kepala anak yang berdiri dengan pandangan kosong. "Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau membuat orang khawatir?"

Kevin memegangi kepalanya. Kepalanya membuang muka ke arah lain, bibir kecilnya maju menunjukkan ekspresi merajuk. "Walau kalian datang aku tetap tidak akan pulang sebelum permintaanku dipenuhi."

"Kau ini! Apa kau tidak takut tinggal di jalan lalu bertemu dengan hantu yang akan membawamu ke dunia lain lalu memakanmu!" Henry menakut-nakutinya.

"Aku tidak percaya dengan tipuan murahan itu! Jangan bicara denganku! Kalian berdua pergi sana!" ucap Kevin.

"Baiklah, tinggalkan saja anak ini! Ayo kita pergi dan anggap jika anak ini tidak ada. Selain itu, kita lupakan saja kontrak pernikahan itu. Tidak ada alasan bagi kita untuk bersama. Aku juga akan kembali ke rumahku."

"Regina, apa yang kau bicarakan?" Henry terkejut dengan keputusan yang tiba-tiba ini. "Kau tahukan akibatnya jika kita tidak menikah maka--"

"Aku sudah memikirkannya dan....." Regina berhenti ketika melihat anak itu meraih tangannya.

"Tidak. Mama tidak bisa pergi begitu saja. Kalian harus bersama! Jika Mama masih ingin pergi, aku akan menangis sejadi-jadinya di sini!"

"Apa kau mengamcamku dengan tangisan?"

Kevin langsung beraksi. Dia duduk di bawah dan mulai menangis dengan masih memegangi tangan Maya. "Mama, jangan pergi huwaaa" Tangisanya semakin keras. Membuat mobil yang lewatpun memelankan jalannya.

"Regina, lakukan sesuatu!" Henry merasa malu. Dia Bahkan menutupi wajahnya dengan tangan.

"Baiklah, aku akan membatalkan keputusanku!" ucap Regina.

Kevin seketika langsung berhenti menangis. "Bebaskan itu? Mama tidak bohong, kan?"

"Ya, tapi kau juga harus kembali ke rumah dan menyetujui keputusan yang telah orang dewasa buat."

Kevin kembali cemberut. "Jadi ini trik ya. Kali ini, aku akan memaafkan trik seperti ini. Namun, waktu yang di tentukan itu terlalu singkat. Aku ingin menambahnya jadi 5 tahun!"

"5 Tahun terlalu lama!" ucap Henry dan Regina bersamaan. Keduanya menujukkan ketidaksenangan.

"Tidak, harus 5 tahun!" Kevin menegaskan. Suaranya yang keras berubah menjadi gumaman saat mengatakan, "Jika tidak aku akan menghilang."

"Apa yang kau katakan dengan suara yang begitu pelan?" tanya Regina.

"Bukan apa-apa. Paling penting, itu harus 5 tahun jika perlu diperpanjang lagi sampai kalian berdua jatuh cinta," jawab Kevin.

Regina dan Henry saling pandang. Wanita cantik dengan rambut yang dibiarkan terurai itu menatap pria di sampingnya dengan pandangan penghinaan. "Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya. Bahkan jika 100 tahun bersama, aku tidak akan tertarik dengan pria seperti orang ini."

"Hei, aku juga tidak akan pernah menyukai wanita di bawah standar sepertimu. Kau bukan tipeku!"

Mereka berdua kembali saling membuang muka.

"Papa dan Mama harus berhenti bertengkar. Kalian bahkan bukan anak kecil kenapa begitu suka bertengkar. "Kevin memberikan nasihat dengan nada suaranya yang imut. Lalu kembali mempertanyakan keputusan untuk sarannya, "Papa, kau setujukan untuk menikah dalam waktu 5 tahun?"

"Baiklah, 5 tahun,kan? Itu bukan masalah besar," ucap Henry akhirnya menyetujuinya.

Kevin tersenyum penuh kemenangan. "Kau membuat keputusan yang tepat papa. Ayo, sekarang saatnya kita untuk pulang. Jangan membuang waktu, aku sangat lelah."

Kakinya yang kecil itu melangkah mendahului Maya dan Henry masuk ke dalam mobil. Kedua orang si belakang masih sesekali enggan untuk memandang. Bahkan saat mereka masuk dan duduk di mobil dengan posisi bersebelahan.

***

Setelah mereka sampai di rumah, kaki ini Kevin duduk di sofa ruang kerja dengan mata mengantuk menyaksikan pembahasan kontrak antara dua orang dewasa ini.

Henry menunjukkan kontrak itu pada Kevin. "Aku sudah menggantinya, apa kau sudah puas? Pergilah ke kamarmu, jika kau ketiduran di sini, aku hanya akan meninggalkanku begitu saja."

Kevin mengangguk. Dia dengan pelan keluar dari ruangan dan hampir menabrak pintu. "Sejak kapan pintu ini berpindah!" Anak laki-laki itu kembali melanjutkan jalannya.

Regina berusaha menahan tawa. "CEO Jian, kenapa kau tidak meminta pelayan mengantarnya? Bagaimana jika dia terjatuh di tangga."

"Itu tidak mungkin! Nona Tan, saatnya bagimu untuk menandatanganinya."

Regina mengambil pena dan hendak menandatanganinya ketika dia memikirkan sesuatu. "Bisakah aku menambahkan satu klausa lagi?"

Henry menghela nafas. "Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi? Aku jadi harus mencetak ulang kontrak jika kau mencoret-coretnya."

"Tapi, ini hal yang penting."

"Lakukan saja apa yang kau mau!" Henry menyerah.

Regina mulai menuliskan sesuatu di dalam kontrak. Henry melihat apa yang di tulis. "Apa ini? Nona Regina, bagaimana kau bisa menambahkan persyaratan seperti ini? Apa kau memiliki pria lain? Siapa itu?"

"Aku tidak ada untuk saat ini, tetapi tidak denganmu. Bukankah kau masih menunggu wanita itu untuk kembali? Aku tidak ingin menjadi penghalang bagi hubungan orang lain."

"Sejak kapan kau memikirkanku? Aku tahu ini juga untuk keuntunganmu sendiri, kan? Berikan kontraknya! Aku juga akan menambahkan satu hal lagi." Henry langsung merebut kontrak dan menulis sesuatu di sana.

Regina menandatanganinya.

"Sekarang kita harus menentukan satu hal yang penting. Kau harus memanggilku dengan panggilan mesra, Ayo, kita berlatih sekarang!"

"Apa?"

"Apa kau tidak mendengarnya dengan jelas? Aku akan memberitahumu panggilan apa yang harus kau gunankan!"

Henry mendekati Regina dan berbisik sesuatu.

"Kau serius ingin aku memanggilmu begitu?"

"Ya, cepat ulangi panggilan itu! Aku ingin mendengarnya langsung." Seringai nakal terukir di bibir pria itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status