"Apa? Tetap awasi dia sampai kami tiba di sana!" ucap Henry. Dia kemudian mengakhiri panggilan.
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan anak itu?" Regina hanya menunjukkan ekspresi datar, tetapi nada suaranya di penuhi dengan kekhawatiran."Anak itu tiba-tiba saja turun di pinggir jalan dan hanya berdiri diam di sana. Anak buahku sudah memintanya untuk ikut bersama mereka, tetapi dia tidak mau." Henry menjelaskan kejadiannya dengan selengkapnya mungkin. "Dia ingin kita yang menjemputnya sendiri. Anak itu, daripada dia punya sifat egois dan keras kepala yang menyebalkan itu?""Susah pasti kau. Kalian berdua seperti hasil copy-paste, benar-benar mirip," cibir Regina."Aku tidak egois dan keras kepala seperti itu. Kau pasti yang menurunkan sifat itu. Lihat, terlihat jelas dari caramu bicara.""Sudah jelas itu anakmu, dia pasti mewarisinya darimu. Aku tidak ada hubungannya dengan itu. Nama terakhirnya juga Jian bukan Tan.""Hei, aku tidak mungkin memiliki seorang anak sendirian. Kau yang melahirkannya!""Aku? Bisa saja itu wanita lain. Masih bagus aku membantumu untuk berpura-pura."Mereka berdua saling berdebat satu sama lain. Supir yang ada di depan harus menahan telinganya dari suara berisik dari majikan dan rival majikannya. Dia menghela nafas lega saat melihat mobil yang ada di depan. "Tuan Muda, kita sudah sampai."Henry dan Regina berhenti berdebat. Henry berdehem, "Ayo kita turun dan bereskan masalah anak itu!"Mereka berduaan membuka pintu mobilnya dan langsung menghampiri seorang pria yang ada diluar mobil. "Di mana anak itu?" tanya Henry.Pria itu menggunakan pandangan matanya sebagai petunjuk. Regina langsung berjalan mendekat ke arah Kevin yang berdiri di pinggir jalan. Diikuti dengan Henry justru tiba-tiba mendahului Regina.Henry menjitak kepala anak yang berdiri dengan pandangan kosong. "Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau membuat orang khawatir?"Kevin memegangi kepalanya. Kepalanya membuang muka ke arah lain, bibir kecilnya maju menunjukkan ekspresi merajuk. "Walau kalian datang aku tetap tidak akan pulang sebelum permintaanku dipenuhi.""Kau ini! Apa kau tidak takut tinggal di jalan lalu bertemu dengan hantu yang akan membawamu ke dunia lain lalu memakanmu!" Henry menakut-nakutinya."Aku tidak percaya dengan tipuan murahan itu! Jangan bicara denganku! Kalian berdua pergi sana!" ucap Kevin."Baiklah, tinggalkan saja anak ini! Ayo kita pergi dan anggap jika anak ini tidak ada. Selain itu, kita lupakan saja kontrak pernikahan itu. Tidak ada alasan bagi kita untuk bersama. Aku juga akan kembali ke rumahku.""Regina, apa yang kau bicarakan?" Henry terkejut dengan keputusan yang tiba-tiba ini. "Kau tahukan akibatnya jika kita tidak menikah maka--""Aku sudah memikirkannya dan....." Regina berhenti ketika melihat anak itu meraih tangannya."Tidak. Mama tidak bisa pergi begitu saja. Kalian harus bersama! Jika Mama masih ingin pergi, aku akan menangis sejadi-jadinya di sini!""Apa kau mengamcamku dengan tangisan?"Kevin langsung beraksi. Dia duduk di bawah dan mulai menangis dengan masih memegangi tangan Maya. "Mama, jangan pergi huwaaa" Tangisanya semakin keras. Membuat mobil yang lewatpun memelankan jalannya."Regina, lakukan sesuatu!" Henry merasa malu. Dia Bahkan menutupi wajahnya dengan tangan."Baiklah, aku akan membatalkan keputusanku!" ucap Regina.Kevin seketika langsung berhenti menangis. "Bebaskan itu? Mama tidak bohong, kan?""Ya, tapi kau juga harus kembali ke rumah dan menyetujui keputusan yang telah orang dewasa buat."Kevin kembali cemberut. "Jadi ini trik ya. Kali ini, aku akan memaafkan trik seperti ini. Namun, waktu yang di tentukan itu terlalu singkat. Aku ingin menambahnya jadi 5 tahun!""5 Tahun terlalu lama!" ucap Henry dan Regina bersamaan. Keduanya menujukkan ketidaksenangan."Tidak, harus 5 tahun!" Kevin menegaskan. Suaranya yang keras berubah menjadi gumaman saat mengatakan, "Jika tidak aku akan menghilang.""Apa yang kau katakan dengan suara yang begitu pelan?" tanya Regina."Bukan apa-apa. Paling penting, itu harus 5 tahun jika perlu diperpanjang lagi sampai kalian berdua jatuh cinta," jawab Kevin.Regina dan Henry saling pandang. Wanita cantik dengan rambut yang dibiarkan terurai itu menatap pria di sampingnya dengan pandangan penghinaan. "Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya. Bahkan jika 100 tahun bersama, aku tidak akan tertarik dengan pria seperti orang ini.""Hei, aku juga tidak akan pernah menyukai wanita di bawah standar sepertimu. Kau bukan tipeku!"Mereka berdua kembali saling membuang muka."Papa dan Mama harus berhenti bertengkar. Kalian bahkan bukan anak kecil kenapa begitu suka bertengkar. "Kevin memberikan nasihat dengan nada suaranya yang imut. Lalu kembali mempertanyakan keputusan untuk sarannya, "Papa, kau setujukan untuk menikah dalam waktu 5 tahun?""Baiklah, 5 tahun,kan? Itu bukan masalah besar," ucap Henry akhirnya menyetujuinya.Kevin tersenyum penuh kemenangan. "Kau membuat keputusan yang tepat papa. Ayo, sekarang saatnya kita untuk pulang. Jangan membuang waktu, aku sangat lelah."Kakinya yang kecil itu melangkah mendahului Maya dan Henry masuk ke dalam mobil. Kedua orang si belakang masih sesekali enggan untuk memandang. Bahkan saat mereka masuk dan duduk di mobil dengan posisi bersebelahan.***Setelah mereka sampai di rumah, kaki ini Kevin duduk di sofa ruang kerja dengan mata mengantuk menyaksikan pembahasan kontrak antara dua orang dewasa ini.Henry menunjukkan kontrak itu pada Kevin. "Aku sudah menggantinya, apa kau sudah puas? Pergilah ke kamarmu, jika kau ketiduran di sini, aku hanya akan meninggalkanku begitu saja."Kevin mengangguk. Dia dengan pelan keluar dari ruangan dan hampir menabrak pintu. "Sejak kapan pintu ini berpindah!" Anak laki-laki itu kembali melanjutkan jalannya.Regina berusaha menahan tawa. "CEO Jian, kenapa kau tidak meminta pelayan mengantarnya? Bagaimana jika dia terjatuh di tangga.""Itu tidak mungkin! Nona Tan, saatnya bagimu untuk menandatanganinya."Regina mengambil pena dan hendak menandatanganinya ketika dia memikirkan sesuatu. "Bisakah aku menambahkan satu klausa lagi?"Henry menghela nafas. "Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi? Aku jadi harus mencetak ulang kontrak jika kau mencoret-coretnya.""Tapi, ini hal yang penting.""Lakukan saja apa yang kau mau!" Henry menyerah.Regina mulai menuliskan sesuatu di dalam kontrak. Henry melihat apa yang di tulis. "Apa ini? Nona Regina, bagaimana kau bisa menambahkan persyaratan seperti ini? Apa kau memiliki pria lain? Siapa itu?""Aku tidak ada untuk saat ini, tetapi tidak denganmu. Bukankah kau masih menunggu wanita itu untuk kembali? Aku tidak ingin menjadi penghalang bagi hubungan orang lain.""Sejak kapan kau memikirkanku? Aku tahu ini juga untuk keuntunganmu sendiri, kan? Berikan kontraknya! Aku juga akan menambahkan satu hal lagi." Henry langsung merebut kontrak dan menulis sesuatu di sana.Regina menandatanganinya."Sekarang kita harus menentukan satu hal yang penting. Kau harus memanggilku dengan panggilan mesra, Ayo, kita berlatih sekarang!""Apa?""Apa kau tidak mendengarnya dengan jelas? Aku akan memberitahumu panggilan apa yang harus kau gunankan!"Henry mendekati Regina dan berbisik sesuatu."Kau serius ingin aku memanggilmu begitu?""Ya, cepat ulangi panggilan itu! Aku ingin mendengarnya langsung." Seringai nakal terukir di bibir pria itu."Tidak. Aku tidak mau. Kenapa kita tidak memulai dengan memanggil nama masing-masing," ucap Regina dengan tegas memberikan penolakan pada permintaan yang tidak dia inginkan. Henry menatapnya tajam. "Kita adalah pasangan yang saling mencintai. Jika tidak menunjuk dengan panggilan biasa saja siapa yang akan percaya. Regina, ini tidak seperti kau tidak pernah pacaran dan memberikan panggilan kesayangan, kan?" Regina memegang tengkuknya, membuat Henry memberikan kesimpulan yang mengejeknya, "Serius, kau benar-benar tidak pernah pacaran? Apa tidak ada yang memanggilmu 'sayang' kalau begitu, apa aku akan menjadi orang pertama?""Berhenti mengolok-olokku. Aku tidak sepertimu yang dengan mudah memanggil dengan panggilan memalukan itu. Kau selama ini menyebar panggilan sayang untuk setiap gadis yang berkencan untuk tidur denganmu. Aku tidak ingin kau menyamakanku dengan mereka!" Regina menatapnya dengan marah. Dia bangun dari sofa, ingin segera mengakhiri semua ini. "Kita sudah selesai bukan?
Regina dan Henry tiba di kantor pendaftaran pernikahan, disambut oleh banyaknya pertanyaan yang tertangkap telinga mereka. Sorot kamera dan mikrofon terarah pada mereka. "Apa kalian datang untuk mendaftarkan pernikahan?""Apa benar kalian sebenarnya telah menikah sejak muda, tetapi kenapa kalian tidak segera mendaftarkan pernikahan?""Kenapa kalian menyembunyikan hubungan kalian?"Regina dan Henry tidak punya waktu untuk berpikir alasan apa yang tepat untuk menjawabnya. Namun, ada satu pertanyaan yang menarik perhatian Regina "Nyonya, apa dress yang anda gunakan adalah rancangan Nyonya Jian? Apa ibu mertua anda membuatnya secara khusus?" Ini memberikan kejutan besar bagi Regina yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. Ada banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Apalagi, dia ingat dengan apa yang dikatakan oleh Nyonya Jian di sebuah wawancara. Henry menanggapi para wartawan yang berisik itu, "Maaf, kami akan mengadakan konferensi press nanti. Saat ini, kami harus segera masuk d
"Kau bisa pergi sekarang! Ini akan menjadi bukti hubungan kita, " desak Henry marik tubuhnya menjauh dan melebarkan jarak antara mereka. "Kau bisa membuka pintunya sekarang."Regina memandang pria yang bahkan tidak memiliki penyesalan apapun. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-katanya tersangkut dalam tenggorokan. Tidak jelas mengapa perasaan kacau ini muncul yang menimbulkan kemarahan dalam hatinya. "Apa ada yang ingin kau katakan padaku?" tanya Henry melirik ke arah Regina yang tidak bergerak sedikitpun. Regina hanya diam, melangkah keluar dari mobil dengan perasaan geram. Tidak lupa dia membanting pintu dengan keras. Regina menoleh ke arah kaca mobil, melihat ekspresi kesal dari wajah Henry, perasaan sedikit puas menjalar di hatinya. Regina melangkahkan kaki dengan pandangan lurus, dia menyadari karyawannya yang menatapnya. Sepertinya tujuan Henry telah tercapai untuk menimbulkan gosip tentangnya. Ingatan tentang ciuman yang dibicarakan orang-orang membuatnya terganggu, ba
Wanita itu menarik tubuh Henry menjauh dari Regina. Regina dapat melihat wanita yang dari raut wajahnya terlihat setidaknya berusia lebih dari 40 tahun. "Henry ikut denganku!" Wanita itu menarik tangan Henry dengan keras. "Aku tidak bisa meninggalkan istriku, kita akan bicara lain kali." Henry menepis tangan wanita itu. Wanita itu kembali lagi memegang tangannya dan mengernyitkan kening, terlihat kesal, "Aku tidak akan melepaskanmu kali ini."Regina dapat melihat obsesi dari tatapan mata wanita ini. Tanpa sadar lengannya merangkul lengan Henry dengan posesif. "Maaf, bibi. Aku tidak bisa membiarkan suamiku berbicara hanya berdua dengan wanita lain. Bisakah kau tidak menganggu suamiku?" Henry merespon tindakan Regina dengan cepat dan secara alami memainkan perannya. Tangannya kembali menepis tangan wanita lain itu untuk kedua kalinya dan merangkul Regina dengan cara yang begitu intim. "Istriku sayang, aku tidak akan melakukan hal yang tidak kau sukai." Suaranya begitu lembut pen
"Apa kau sedang bersama dengan pria itu sekarang? Regina, Kau berani pergi meninggalkan kantor hanya untuk urusan pribadi yang tidak berguna, lebih baik urus surat pengunduran dirimu saja! Aku tidak butuh seorang anak yang tidak memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan.""Papa, aku tidak bermaksud untuk mengabaikan pekerjaanku. Hanya saja aku--" Regina mencoba untuk memberikan penjelasan. "Cepat kembali ke kantor sekarang juga!" Tuan Tan dengan tidak sabar memotong ucapan Regina dan mengakhiri panggilan. Regina menunjukkan ekspresi rumit di wajahnya. Sentuhan lembut di bahunya membuat Regina menoleh. Seorang pria tampan sedang menatapnya dengan lembut berkata, "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?""Aku masih memikirkan pekerjaan di kantor. Lebih baik kita pulang sekarang," ucap Regina dengan tenang. "Tapi, kau bahkan belum memilih satupun pakaian." "Tidak masalah, aku bisa meminta sekertarisku melakukannya. " Regina melangkah meninggalkan toko dengan cepat. Dia bahkan tidak menyadari bah
"Apa Anda masih akan tetep menunggu?"Anak laki-laki itu menolehkan sebentar. "Ya, kenapa mereka masih juga belum datang?" Kevin dengan ekspresi khawatir berdiri di depan pintu. "Mungkin Tuan memiliki pekerjaan dan memilih lembur," ucap kepala pelayan yang berdiri di belakangnya. "Tapi, aku sudah memberi tahu Papa." "Tuan Muda, maaf saya harus mengatakan ini, kenapa Anda bersikeras untuk menyiapkan semua ini? Dan juga Tuan dan Nyonya adalah dua orang yang gila kerja. Bisa saja mereka tidak pulang."Kevin terdiam cukup lama. Ekspresinya terlihat semakin sedih. "Aku tahu ini mungkin terlihat sia-sia, tapi aku hanya ingin melakukan sesuatu untuk mereka. Tunggu satu jam lagi, jika mereka tidak datang aku akan membereskan semuanya." "Tuan Muda tidak perlu melakukan apapun. Kami yang akan membereskannya, ini tugas untuk para pelayan. Anda bisa istirahat setelah ini." Kevin menoleh ke arah kepala pelayan. "Paman selalu saja baik dan pengertian padaku. Terima kasih." "Ini adalah tugas s
"Tada! Apa kalian menyukai ini? Aku melihat di TV, Papa dan Mama sudah resmi menikah. Ini adalah hadiah perayaan dariku," ucap Kevin dengan penuh semangat menunjukkan apa yang telah dia dan pelayanan siapkan. Henry dan Regina hanya terdiam melihat apa yang ada di depan matanya. Ini membuat perasaan canggung. "Kau tidak seharusnya menyiapkan ini. Bukankah hanya membuang waktu?"ucap Regina. Henry melangkah menuju ke meja yang dihiasi dengan lilin bahkan ruang makan di dekorasi sedemikian rupa untuk terlihat seperti restoran romantis. "Kevin sudah menyiapkan semua ini, kita tidak mensia-siakannya." Henry menarik kursi. "Kemarilah dan duduk!" Regina melangkahkan kaki dengan ragu menuju ke kursi yang disiapkan untuknya. "Sejak kapan kau menjadi begitu toleran pada anak itu?" cibir Regina. "Aku hanya tidak ingin dia menangis dan aku harus mengundang Asistenku untuk datang. Mainkan saja apa yang diinginkannya," ucap Henry. "Aku akan meninggalkan kalian berdua dan pelayan akan pergi setel
Regina menatap Henry dengan tatapan tajam. "Berikan saja pada mantanmu, dia akan membayarmu dengan ciuman yang tidak terlupakan." Regina menjauhkan tubuhnya dari Henry. Henry terlihat senang dengan reaksi Regina. "Istriku, kau benar-benar cemburu pada mantanku? Tenang saja, aku tidak benar-benar melakukan sesuatu seperti itu dengan mereka. Semua hanya kebohongan, sungguh. Jangan terlalu memikirkannya.""Aku tidak peduli mau itu benar atau tidak! Semua itu bukan urusanku, kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Kita hanya pasangan kontrak!" Regina menegaskan. Dia mengambil dokumennya dan berjalan ke pintu keluar. "Kau mau ke mana?" tanya Henry. "Pergi ke ruang tengah. Jangan pernah kau datang dan menggangguku lagi!" Regina menutup pintu dengan kasar. Dia memegangi jantungnya yang berdebar kencang, ada perasaan lega juga dalam hatinya. Sekali lagi, dia berusaha menepis perasaannya. "Aku tidak boleh percaya pada apa yang dikatakan pria itu dan juga itu semua tidak ada urusannya denga