Cukup lama, tidak ada yang membuka suara mengenai hal itu, hingga akhirnya ketiga datuk terlihat menarik napas panjang, akankah pertemuan kali ini tidak akan menghasilkan apapun.
“Tunggu.....!!”. tiba-tiba saja sebuah suara terdengar diiringinya dengan berkelebatnya satu sosok bayangan melesat dan turun tepat ditengah-tengah mereka.
Semua mata kini langsung tertuju kearah sosok yang kini telah berada ditengah-tengah mereka, rupanya sosok tersebut adalah sosok seorang kakek yang berpakaian putih, tapi bukan hal itu yang aneh pada sosok kakek yang satu ini, wajahnya terlihat begitu memerah, sementara ditangannya tampak sebuah bumbung tuak yang sesekali dituangkannya kedalam mulutnya, dapat dipastikan kalau merahnya wajah sikakek tentu karena minuman tuak yang ada ditangannya, rambutnya terlihat memutih, padahal wajahnya masih belum begitu tua, kedua matanya terlihat seperti orang yang tengah mengantuk, bahkan gaya berdirinya saja seperti orang yang mau jatuh.
Anehnya kedatangan sosok kakek yang seperti orang mabuk ini terlihat langsung membuat ketiga datuk yang berada didepan langsung maju kedepan dan langsung menjura hormat.
“Sungguh suatu kehormatan bagi kami, kau mau ikut datang kepertemuan ini Sigila Tuak.........”. ucap Datuk Api lagi angkat bicara seraya menjura hormat, tapi ucapan Datuk Api tadi cukup mengejutkan bagi sebagian tokoh-tokoh persilatan yang ada ditempat itu yang memang belum mengenali sosok kakek yang baru saja datang tersebut. Rupanya dia adalah Sigila Tuak, salah seorang sesepuh aliran putih yang namanya begitu amat disegani dan sangat ditakuti oleh tokoh-tokoh aliran hitam, hanya saja sayang Sigila Tuak sangat jarang sekali untuk turut campur masalah dunia persilatan, karena kini dia lebih banyak mengasingkan dirinya di Lembah Bambu, tempat kediamannya. Begitu mengetahui nama kakek tersebut, seketika saja tokoh-tokoh dunia persilatan yang hadir ditempat itu ikut menjura hormat.
“Sebelumnya aku mohon maaf kalau kedatanganku kemari telah menganggu pertemuan kalian.....gluk....gluk....glukk......”. ucap Sigila Tuak lagi seraya kembali menegak bumbung tuak yang ada ditangan kanannya.
“Oh tentu tidak, kami justru merasa terhormat menerima kedatanganmu Sigila Tuak........”. ucap Datuk Langit lagi angkat bicara.
“Singkat saja, kedatanganku kemari memang bukan untuk memberikan jawaban atas pristiwa besar yang terjadi beberapa waktu yang lalu....gluk.....gluk...... tapi aku mungkin dapat memberikan jalan keluar mengenai masalah ini......... gluk.....gluk......”. Semua menanti dengan perasaan berdebar ucapan sesepuh Sigila Tuak berikutnya.
“Aku tahu siapa orang yang bisa memberikan jawaban atas semua ini..... gluk.....gluk...... dia adalah sahabatku yang bernama Peramal 5 Benua...... gluk.....gluk......”. ucap Sigila Tuak lagi.
“Peramal 5 Benua.......”. ucap semua tokoh-tokoh persilatan yang ada ditempat itu hampir bersamaan, dan seketika saja ucapan Sigila Tuak disambut dengan anggukan kepala oleh yang lain.
“Benar, kenapa kita tidak meminta bantuan Peramal 5 Benua untuk menjelaskan mengenai masalah ini.........”. ucap salah seorang tokoh persilatan yang hadir ditempat itu.
“Mungkin apa yang kau katakan itu memang benar Sigila Tuak, tapi kita semua tahu, tidak ada seorangpun diantara kita yang tahu dimana tempat tinggal Peramal 5 Benua......”. ucap Datuk Angin lagi angkat bicara.
“Gluk.....gluk......jangan khawatir, aku tahu tempat kediamannya, tapi sahabatku itu paling tidak suka jika tempat kediamannya didatangi oleh banyak orang, jadi aku hanya bisa mengajak satu orang saja diantara kalian untuk ikut bersamaku ketempatnya.......”. ucap Sigila Tuak lagi. Ucapan Sigila Tuak tentu saja membuat mereka semua yang ada ditempat itu saling pandang.
“Baiklah, biar aku yang ikut bersamamu Sigila Tuak.......”. ucap Datuk Langit lagi akhirnya.
“Saudara-saudara satu golongan, aku dan Sigila Tuak akan pergi untuk menemui Peramal 5 Benua untuk meminta penjelasan mengenai masalah ini, apapun yang akan disampaikan oleh Peramal 5 Benua nanti, akan kusampaikan pada kalian semua, dan pertemuan ini akan kembali kita lakukan satu bulan kedepan.........bagaimana.....?”. ucap Datuk Langit lagi dan akhirnya hal itupun disetujui oleh semua yang hadir ditempat itu.
Maka bersama Sigila Tuak, Datuk Langitpun segera berangkat untuk menuju ketempat kediaman Peramal 5 Benua yang menurut Sigila Tuak masih cukup jauh. Datuk Langit tentu saja berharap dapat menerima jawaban yang cukup memuaskan hatinya dari Peramal 5 Benua mengenai masalah ini.
***
Matahari masih bersinar dengan teriknya siang itu, sinarnya yang panas menyengat seakan ingin membakar semua apa yang ada diatas permukaan bumi ini, hingga tak heran banyak orang lebih memilih untuk tetap berada didalam rumah mereka karena mereka tak tahan akan panasnya sinar matahari pada siang itu. Diantara teriknya terpaan sinar sang surya, sebuah lembah terlihat berdiri dengan suburnya, sejauh mata memandang, pohon-pohon berbagai jenis dan ragam tumbuh dengan suburnya dilembah tersebut, dari jenis yang mudah ditemui hingga sampai jenis yang amat langka sekalipun ada dilembah itu, hingga tak heran orang-orang dunia persilatan memberikan nama Lembah Obat kepada lembah tersebut, tapi keberadaan Lembah Obat ini hanya segelintir orang saja yang mengetahuinya. Sehingga bisa terbilang sangat jarang ada orang yang dapat mencapai tempat itu. Siang itu, dua sosok tubuh tampak berjalan menaiki Lembah Obat, keduanya adalah dua sosok kakek-kakek yang mengenakan serba putih, g
“Benua, kedatanganku kemari bersama Datuk Langit adalah karena......”. “Aku sudah tahu maksud kedatangan kalian semua, kalian pasti ingin menanyakan tentang pertanda gempa besar yang terjadi beberapa waktu yang lalu.......” “Benar, kedatangan kami memang ingin menanyakan tentang hal itu Peramal 5 Benua......”. ucap Datuk Langit lagi “Ah, jangan terlalu berbasa basi seperti itu datuk, panggil saja namaku seperti yang lainnya.......” “Weleh....weleh, kau memang hebat Benua, tak heran namamu sebagai Peramal 5 Benua tidak diragukan lagi......”. “Bujul buneng, sudah-sudah, sekarang katakan pada kami Benua, apa sebenarnya arti pertanda dari gempa besar itu, aku sudah tidak sabar untuk mendengarnya......”. “Memang gempa besar yang terjadi beberapa waktu yang lalu bukan kejadian biasa, tapi nanti saja aku akan menjelaskannya pada kalian, karena kita masih akan kedatangan seorang tamu lagi.....”. ucap Benua lagi hingga membuat semua yang ada di
“Mengejutkan apa !! cepat katakan Benua, jangan membuatku penasaran.......”. ucap Sigila Tuak lagi cepat dengan tidak sabar. “Dia mengatakan tentang sesuatu yang mungkin sebagian dari kita pernah mendengarnya, tapi kita menganggap hal itu hanyalah sebuah cerita kosong belaka, bahkan aku sendiri pernah mengaggap kalau cerita itu juga hanyalah isapan jempol belaka, tapi ucapannya membuatku tersadar kalau apa yang selama ini kudengar itu bukanlah omong kosong.......”. ucap Benua lagi. “Bujul buneng, kau semakin membuat kami bingung Benua, cepat jangan berbelit-belit......”. ucap si Raja Cebol lagi cepat. Peramal 5 Benua hanya tampak menarik napas panjang seraya memandangi raut-raut wajah yang ada dihadapannya yang sepertinya sudah tidak sabar untuk mendengar ceritanya. “Legenda tentang kelahiran Raja Dunia Kegelapan, Pangeran Iblis........”. ucap Benua lagi. Ucapan itu cukup membuat semua tokoh-tokoh persilatan yang ada ditempat itu menjadi saling pandang satu s
Hari demi hari terus berjalan, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan tanpa terasa waktu terus bergulir tanpa ada yang mampu mencegahnya. Kehidupan diatas muka bumi terus berjalan sebagaimana biasanya. Masing-masing orang bergelut dengan kegiatan dan aktivitasnya masing-masing, seakan-akan ingin berlomba-lomba dengan kecepatan sang waktu. Pulau Jawa adalah sebuah pulau yang terkenal akan kesuburan tanahnya, kemakmuran kehidupan rakyatnya, hingga tak heran pulau ini menjadi begitu banyak incaran kaum-keum penjajah dimasa yang akan datang. Pada masa itu ada banyak kerajaan besar dan kerajaan kecil yang berdiri ditanah jawa, bahkan tidak jarang kerajaan-kerajaan kecil menjadi incaran dan jajahan kerajaan-kerajaan besar, tapi begitulah keadaan yang terjadi saat itu, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Salah satu kerajaan yang saat ini tengah berkembang dengan pesat, bukan saja karena kemakmuran dan kekayaan alamnya, tapi juga karena kekuatan angkatan perang ya
Lima Tahun berlalu tanpa terasa, kehidupan terus berjalan seperti biasanya. Sementara itu kerajaan Karang Sewu semakin tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kerajaan yang kuat dan sangat dihormati oleh kerajaan-kerajaan lainnya. Dan hari ini merupakan hari yang paling membahagiakan bagi orang-orang kerajaan Karang Sewu, karena tepat pada hari ini merupakan hari lahirnya kerajaan Karang Sewu ditanah jawa, sehingga tak heran pada hari ini Gusti Prabu Karang Sewu memerintahkan untuk merayakan hari itu dengan pesta yang meriah. Perayaan seperti ini memang telah biasa dilakukan oleh Gusti Prabu Karang Sewu setiap tahunnya dalam rangka memperingati kelahiran kerajaan Karang Sewu ditanah jawa hingga besar seperti saat ini. Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun inipun dalam rangka perayaan tersebut akan diadakan pertandingan adu ilmu kanuragan bagi para putra-putra petinggi kerajaan Karang Sewu. Dan dalam adu pertandingan ilmu kanuragan inipun boleh disaksikan o
“Hidup Raden Bintang.....hidup.....!!”. tiba-tiba saja riuh suara penonton mendukung Bintang untuk menerima tantangan Raden Santang, Bintang mengedarkan pandangannya kearah para penonton yang terus memberikan dukungan padanya. Sesaat Bintang kembali mengalihkan pandangannya kearah Raden Santang yang masih berdiri angkuh diatas panggung arena, dukungan para penonton kepada Bintang tentu saja semakin membuat panas hati Raden Santang. Memang selama ini Raden Santang sangat dikenal keangkuhan dan kesombongannya terhadap para penduduk kota raja, berbeda sekali dengan Raden Bintang putra Gusti Patih Setyo Pinangan yang selalu tidak pandang derajat dalam berteman. Keriuhan para penonton kian terdengar saat melihat Bintang akhirnya menaiki panggung arena tersebut, ditempatnya Raden Santang terlihat tersenyum sinis. “Akan kupermalukan kau dihadapan Gusti Prabu hari ini Bintang.......”. batin Raden Santang lagi. Akhirnya keriuhan tersebut berubah hening, saat k
Matahari sudah terlihat mulai condong ke ufuk barat, sinarnya terlihat mulai redup, mega-mega merah mulai menghiasi cakrawala, bahkan dari arah selatan, terlihat serombongan burung yang tengah terbang bergerombol pulang kembali kesarangnya. Sementara itu dirumah Gusti Patih Setyo Pinangan. “Kau memang hebat putraku, kau memang hebat.....”. ucap seorang laki-laki berparas penuh wibawa yang tak lain adalah Gusti Patih Setyo Pinangan kepada seorang pemuda yang masih berusia belia sekitar 15 tahunan yang tak lain adalah Bintang adanya. “Benar, tapi kau juga harus berhati-hati anakku, Patih Ranang pasti tidak akan senang atas kekalahan putranya tadi siang......”. ucap seorang wanita anggun yang tak lain adalah istri Gusti Patih Setyo Pinangan. “Ah, tidak apa-apa dinda, kalau Patih Ranang berani macam-macam, dia akan berhadapan denganku......”. “Ah, kanda.......jangan bicara begitu.....”. “Bunda hanya mengingatkan, berhati-hatilah......”
Tanpa disadari oleh Bintang, dibagian depan rumah, tampak beberapa sosok bayangan hitam berkelebat diantara kegelapan malam, sosok-sosok yang berjumlah lima orang itu terlihat dengan sangat hati-hati melompat satu demi satu naik keatas atap rumah keputren kediaman Gusti Patih Setyo Pinangan, gerakan mereka yang begitu ringan, membuat belasan orang prajurit yang tengah berjaga tidak menyadari hal itu. “Settt......”. sebuah anak panah terlihat melesat dengan cepat kearah Bintang yang saat itu tengah berlatih, dan ; “Tap......”. untunglah pendengaran Bintang sudah begitu terlatih, hingga walau dikegelapan malam Bintang Masih dapat mendengar desiran halus yang mengarah dari arah kanannya dan dengan gerakan yang tak kalah cepat, tangan kanan Bintang bergerak, dalam sekejap saja sebuah anak panah sudah tertangkap ditangannya, seketika saja pandangan Bintang menatap kearah lesatan anak panah tadi berasal, tapi hanya kegelapan malam yang terbantang dihadapannya tanpa mampu menangkap