"Apa!"
Arumi tidak dapat menahan emosinya tangannya bahkan gemetar dengan wajah merah padam.
"Kau sudah mencuri ciumanku, dan sekarang kau mengatakan tahu siapa pria di dalam mimpiku? Dasar Pria mesum! Apa kau menyelip masuk ke dalam mimpiku tadi?"
Terdengar kekehan kecil dari mulut Randika. Pria bermanik hitam itu benar-benar merasa puas karena telah berhasil membuat Arumi marah.
"Dasar bocah, dia bahkan tidak tahu kalau itu adalah ciuman keduanya hari ini, ahahahaha kau terlihat sangat menggemaskan." Batin Randika.
•
•
Makanan yang Randika pesan sudah tiba. Meskipun marah tapi Brian menyiapkan semua sesuai dengan permintaannya. Dan untuk kesekian kalinya Arumi dia buat kaget dengan semua makanan yang di sajikan. Semua menu yang di sediakan membuat selerah makannya yang menggebu-gebu tadi menghilang.
Bagaimana tidak, semua yang di sajika pelayan adalah kesukaan Tuan muda Randika Garret. Nasi goreng udang ekstra pedas, di tambah dengan minuman perasan jeruk navel yang di campur dengan sedikit susu dan es batu.
"Dia memesan semua makanan favoritnya. Jika hanya ini, di rumah pun juga ada Robot," batinnya kesal.
"Nikmatilah ... jika ada sesuatu yang kalian butuhkan, mereka siap melayani."
Brian menunjuk beberapa orang yang berdiri tidak jauh dari tempat duduk Randika dan Arumi.
"Apa ini makanan terbaik yang kau bilang tadi?"
"Tentu saja. Dan ini enak."
"Enak menurutmu tidak untukku," sela Arumi mengatupkan bibir.
"Makanlah, jangan banyak bicara."
"Jika kau butuh yang lain pelayanku akan membuatkannya Nona."
"Tidak Brian, ini sudah cukup."
"Baiklah. aku permisi." Brian meninggalkan keduanya dengan senyuman yang tak henti mengembang.
"Apa kau ingin membunuhku dengan makanan pedas ini?"
"Diam dan nikmatilah."
Randika lalu menyodorkan secarik kertas kepada Arumi. "Baca semua isinya, dan jangan ada yang terlewati."
Gadis bermanik cokelat itu menerima selembar kertas dengan wajah kebingungan. "Apa ini?"
"Baca!"
Mata Arumi melebar setelah melihat apa yang tertera di atas kertas putih itu. Tertulis beberapa syarat yang harus Arumi patuhi seperti yang sudah dikatakan Randika setelah dia menyetujui perjodohan kemarin. Arumi membaca poin demi poin dalam lembaran perjanjian itu. Sesekali matanya akan melotot ke arah Randika dengan bibirnya yang komat kamit karena syarat yang dia anggap tidak masuk akal.
Isi Syarat :
Pihak 1 Randika Amirtha
Pihak ke 2 Arumi Chaska
1. Tidak bole ada rasa apapun di hubungan ini.
2. Pihak ke dua, tidak boleh berhubungan dengan pria mana pun tanpa seijin pihak pertama.
3. Tidak ada kemesraan dalam keadaan apapun.
4. Pihak ke dua, wajib melayani pihak ke satu dalam hal apapun. No debat.
5. Tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing.
"Apa ini tidak keterlaluan?"
"Tidak!"
"Semua syarat ini membuatku seperti pelayanmu."
"Menurutku, semua syarat ini masuk akal," sahut Randika.
"Apa kau yakin?"
"Sangat yakin."
"Tidak!"
"Berhenti membangkang Arumi."
"Ayolah, ganti poin kedua dan ke empat," pinta Arumi.
"Makanlah."
Arumi mengangkat sudut bibirnya, dan tidak menjawap. Gadis berponi itu memilih untuk melahap nasi goreng spesial udang ekstra pedasnya. Baginya untuk merubah keputusan Pria Robot seperti Randika sangatlah susah. Jadi lebih baik dia pasrahkan saja dan ikuti aturan main yang di inginkan pria bermanik hitam itu.
"Kau lebih manis jika diam seperti itu."
"Memangnya siapa yang berani melawan mu, Aku tidak ingin hidupku terancam karena kelakuan bar-bar Pria aneh seperti mu. Kau bahkan seenaknya mencium ku tadi."
"Urggghhh," Batin Arumi kesal
"Habiskan makananmu, seseorang akan mengantar mu kembali ke Mansion."
Sesuai perinta, Arumi meneguk habis minumannya. Makanan yang dia makan sangat pedas, membuatnya seperti mengeluarkan api dari dalam mulutnya.
"Kau tidak ikut pulang?"
"Tidak!"
"Lalu kenapa kau menjemputku."
"Ada yang harus aku selesaikan di sini."
"Menyelesaikan hasratmu bukan. lihatlah kau bahkan membawa ku ke tempat ini agar mudah meninggalkan ku, cihh ... dasar Robot mesum," batin Arumi kesal.
"Jangan membatin, Aku tidak suka ada gadis aneh yang membatin di depanku."
"Dari mana kau tahu aku membatin."
Randika memutar kedua bola matanya, lalu mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Wajah Arumi tampak kesal karena Randika ternyata tidak menginginkannya. Seperti biasa, dia akan komat kamit tidak jelas merutuki orang yang membuatnya kesal, hingga tidak sadar dari kejauhan ada seseorang yang sedari tadi sedang mengamati gerak geriknya.
"Semoga kau baik-baik saja gadis kecil."
"Apa!" Arumi tidak dapat menahan emosinya tangannya bahkan gemetar dengan wajah merah padam. "Kau sudah mencuri ciumanku, dan sekarang kau mengatakan tahu siapa pria di dalam mimpiku? Dasar Pria mesum! Apa kau menyelip masuk ke dalam mimpiku tadi?" Terdengar kekehan kecil dari mulut Randika. Pria bermanik hitam itu benar-benar merasa puas karena telah berhasil membuat Arumi marah. "Dasar bocah, dia bahkan tidak tahu kalau itu adalah ciuman keduanya hari ini, ahahahaha kau terlihat sangat menggemaskan." Batin Randika. • • Makanan yang Randika pesansudah tiba. Meskipun marah tapi Brian menyiapkan semua sesuai dengan permintaannya. Dan untuk kesekian kalinya Arumi dia buat kaget dengan semua makanan yang di sajikan. Semua menu yang di sediakan membuat selerah makannya yang menggebu-gebu tadi menghilang.
"Tuan!" Randika, dan Brian yang sedang asyik berbincang pun kaget seketika menoleh ke arah sumber suara itu. Randika melebarkan kedua bola matanya hingga sepurna Saat melihat Rilan yang berlari menggendong Arumi ke arah mereka. "Rilan!" "Tuan, bantu aku." "Apa yang terjadi?" "Aku tidak tahu Tuan, tadi saat melewati pintu lobi, Rumi tiba-tiba merasa pusing. Aku pikir hanya pusing biasa, jadi Aku biarkan saja. Tapi setelah di jalan, dia bertingkah aneh dan mendesah berulang kali. Makanya saya bawa lagi ke sini. Jika ke Mansion, saya takut akan membuat Nyonya dan Tuan besar bingung," jawab Rilan terengah-engah. "Apa maksudmu mendesah?" "Aku juga tidak mengerti." "Cepat sandarkan dia di kursi," Pinta Brian yang sudah mulai gelisah. "Arumi!" Randika menepuk-nepuk kedua pipi Arumi agar gadis itu bisa sadar. "Arumi!" "Aah sakit." "Ada apa denganmu, kenapa kau seperti ini. Sadarlah.
"Tunggu!" "Ada apa Tuan, apa kau mencurigai sesuatu?" "Sebelum Ke kafe? Arumi terlihat baik-baik saja, dia juga belum makan apapun dari Apartemen karena aku menjemputnya sangat pagi. Apa jangan-jangan." Randika melirik ke arah Brian yang terlihat gelisah dan gugup. "Benar Tuan, pikiran kita sama." "Shit, BRIAN!!" "Ran maafkan aku," ucapnya penuh tekanan. Tanpa banyak bicara, Randika menarik tubuh Brian dan melayangkan pukulan kepada sahabatnya. Bugh ... Pukulan keras Randika membuat pria bermanik biru itu tersungkur dengan dara menyembur dari sudut bibirnya. Tanpa belas kasihan Randika kembali menarik kerak baju Brian dengan tatapan penuh kebencian. "Apa yang kau lakukan padanya." "Ma-maafkan aku Ran." "Cepat katakan!" "Aku menaruh sedikit obat di minumannya tadi." "What!" "Kau gila Brian!" Rilan mendekat ingin memberikan pukulan. Namun gelengan tatapan tajam Randika
Dengan susah payah ketiga pria itu membawa Arumi ke kamar. Setelah melihat Arumi sedikit tenang, Randika menyuruh Rilan untuk kembali segera ke kantor. Hari ini dia harus menggantikan Randika menghadiri rapat dan mengurus beberapa berkas penting. "Maaf Tuan, aku akan tetap di sini. Jika sesuatu terjadi para Rumi, siapa yang akan menolongnya." "Jadi kau pikir aku ini apa? "Aku tidak mau mengambil resiko. Kau bahkan membuat dia seperti itu Tuan," tunjuk Rilan pada Arumi yang sudah berada dibelakang Randika dan mulai bereaksi lagi. "Ini bukan perbuatanku, ini perbuatan Pria mesum itu, Arumi diamlah, kau bisa membuatku bergairah jika seperti ini, kalian berdua, bantu aku." Randika benar-benar kewalahan karena Arumi yang terus saja memaksa untuk mengelus dadanya. Dia bahkan mencium serta mencakar tubuh Randika. "Apa yang harus aku lakukan." Brian terlihat gugup samlai tidak tahu apa yang harus dia perbuat. "Apa aku harus memeluknya ag
"Tuan, bisakah kau tenang. Kau membuat kami pusing karena mondar-mandir seperti ini terus. "Diam kau!" "Lebih baik Anda kembali ke kantor." "Apa!" "Bukankah Clarisa sedang menunggumu? Dia bahkan sudah mengundurkan Rapat dua jam untuk mu. Biarkan aku saja yang berjaga di sini." Randika tersenyum miring, sedetik setelahnya dia menatap kesal. "Kau sudah berani memberi perintah rupanya." "Bukan begitu Tuan, tapi proyek kali ini sangat penting, jika kita gagal mengambil investor, Tuan Besar akan sangat marah kepadamu. Randika kini semakin menatap tajam ke arah sekretaris andalannya itu, sekarang dia malah membuatnya terpojok. Dia menekuk dahi bimbang. Kedua pilihannya saat ini sama-sama sangat penting. "Lebih baik kau saja Rilan, lihatlah pria ini sangat gelisah dia bisa mati penasaran jika memaksa untuk ke kantor." "Tutup mulutmu bangsat! Ini semua ulah mu." "Baiklah aku saja yang kembali." "Sungguh,
Randika masuk kembali ketika memastikan Brian sudah pergi. Namun tidak terlihat sosok gadis itu di sana." "Di mana dia?" Randika menuju kamar mandi untuk melihat jangan sampai gadis itu di sana. Terdengar olehnya suara air mengalir. "Arumi, apa kau di dalam?" Randika semakin panik, tidak ada sahutan dan air terus saja mengalir. Dia memutar gagang pintu untuk mencoba masuk, tapi ternyata pintunya terkunci dari dalam. "Arumi!! Apa kau di dalam?" Pria itu mengeraskan suara di ikuti dengan pukulan-pukulan kecil untuk membuat Arumi menjawabnya. Namun, setelah beberapa menit seperti itu, Arumi malah tidak menjawab hingga membuat Randika semakin panik. "Shiit." "Apa yang kau lakukan di dalam sana bodoh. Jawab aku." batinnya mengerang kesal. Sementara di dalam sana, gadis bermanik cokelat itu sedang menenggelamkan tubuhnya di dalam Bathtup. Reaksi obat yang makin bergejolak membuat tubuh Arumi panas hingga dia men
Garis punggung Gadis yang terlelap itu terlihat seksi. hingga membuat manik hitam itu tidak tahan untuk mengusapnya. Randika menuliskan namanya di sana. Berulang kali dia melakukan-nya hingga membuat pemilik rambut ikal itu mengerutkan kening dalam lelapnya. Arumi bergerak hingga menghadap Randika yang terjaga. Gadis bermanik cokelat itu tidur beralaskan tangan Randika menggantikan bantal. Dia tertidur seperti seorang pria dewasa. bibir manisnya tidak berhenti mengecap hingga membuat Randika gemas. Pria itu tanpa sadar menggigitnya hingga Arumi melenguh merasakan sakit tapi masih dengan mata yang terpejam. "Apa kau kelelahan. Kau tertidur dengan sangat lelap. Pria itu menatap lekat wajah cantik Arumi, tangannya mengelus membuat pipi Arumi hingga turun pada bibir tipis Arumi. Randika mencium bahu Arumi sebelum rasa kantuk mengalahkan segalanya. • • • Pagi ini, setelah pergulatan panjangnya bersama Randika, Arumi terbangun
Randika meraih kran bathtup dan menghidupkan air dengan kencang agar cepat terisi penuh. Dia ingin berendam untuk meregangkan tubuhnya dari ketegangan yang baru saja terjadi. "Gadis bodoh!" Butuh setengah jam untuk kembali segar. Dengan handuk yang melilit di pinggang, Randika berjalan keluar mengibas rambutnya yang masih basah.Pria tampan dengan postur tubuh tinggi itu berjalan mondar-mandir dengan sangat santai tanpa menyadari ada sepasang mata yang sedari tadi tegang melihatnya. "Dasar mesum." "Apa kau sedang menikmati tubuh ku." "What!" Arumi mengambil beberapa bantal tidur dan melemparinya ke arah Randika. "Dasar gila." "Wow, kau ingin bermain sekali lagi rupanya," ucapnya dengan seringai menggoda. "Keluar kau dari sini. Keluar!" Dia benar-benar merasa bodoh karena harus melayani Pria gila seperti Randika. Gadis bermanik cokelat itu tidak tahu apa yang sudah terjadi padanya dan kembali terisak. Dia mena