Setelah berulang kali tidak berhasil menghubungi Gavin, akhirnya Darius menyerah dan memutar mobilnya menuju apartemennya. Morin yang menyadari Darius sudah tidak berniat bertanya apapun lagi padanya hanya menatap keluar kaca jendela. Gadis itu harus mengigit bagian dalam pipinya agar tidak tersenyum dan bersorak.
“Kapan kamu tiba disini?” perkataan Darius menarik Morin dari lamunan euforianya. Dimana dia sedang menimbang apa saja yang akan dia lakukan di apartemen Darius setelah ini. Dia sudah hafal di luar kepala semua trik yang ada dalam buku strateginya.
“Kemarin Om”
“Kenapa tidak menghubungiku?”
“Morin takut mengganggu om, sepertinya om sangat sibuk. Om bahkan sudah dua tahun tidak pulang ke Indonesia.”
“Hm.. belakangan aku memang tidak bisa lama meninggalkan pekerjaanku. Sedangkan kembali ke Indonesia pasti tidak sebentar.” Darius melirik Morin saat mengatakan hal itu. Dulu anak itu selalu mengekorinya setiap kali dia pulang ke Jakarta. Bahkan selalu ikut ibunya saat akan mengunjungi Darius ke Inggris. Namun sudah hampir tiga tahun ini anak itu tidak pernah terlihat lagi. Ibunya mengunjunginya setiap tahun. Dulu selalu di bulan juni dan desember, saat liburan anak sekolah, karena mencocokkan dengan jadwal libur sekolah Morin. Namun sudah tiga tahun ini ibunya datang dengan waktu sesukanya tanpa Morin. Anak itu menghindarinya sejak saat itu, saat dirinya menolak anak itu dengan kasar tiga tahun lalu.
“Dengar Morin. Aku bukanlah pangeran berkuda putihmu! Aku menyelamatkanmu karena kamu adalah putri Donny. Jadi berhentilah berharap padaku, buanglah impian kekanakanmu!”
“Ini adalah perasaanku. om tidak berhak memaksaku melupakan om!”
“Aku tidak tertarik untuk menikah Morin! Jadi berhentilah berpikir kalau kau bisa merubah pikiranku! Kamu masih anak anak, bersikaplah seperti anak anak. Carilah cinta monyet sesuai dengan umurmu!”
“Om menganggap perasaanku sebagai cinta monyet?”
“Tentu saja. Kau menganggap dirimu sebagai putri yang telah diselamatkan oleh pangeran dan mengharapkan kisah happy ending dengan sebuah pernikahan. Itu hanya dongeng! Aku tidak akan menikahimu. Tidak sekarang. Tidak nanti. Tidak kapanpun!”
Tidak ada yang bicara lagi setelah itu hingga mobil Darius masuk ke parkiran apartemen mewah milik Darius. Ya, apartemen ini adalah salah satu apartemen milik Volle Group. Dan dia memilih untuk tinggal disini karena fasilitasnya yang lengkap dengan standar keamanan yang tinggi. Dia tinggal di penthouse yang berada di lantai tertinggi gedung apartemen ini dengan lift khusus yang langsung menuju penthousenya.
Masih tidak ada pembicaraan diantara mereka saat mereka berada dalam lift. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing. Darius memikirkan alasan kemunculan Morin yang tiba tiba di depannya tadi dan Morin memikirkan bagaimana cara memastikan omnya melihat dirinya sebagai wanita dewasa sekarang, bukan anak perempuan lagi.
Ting
Pintu lift terbuka dan sekarang Darius sedang berada di pintu unitnya dan memasukkan kode keamanan.
“Apakah password nya masih sama?” tanya Morin.
“Iya” jawaban yang begitu singkat namun membuat senyum sumringah di wajah Morin. Karena dialah yang terakhir mengganti password itu menjadi tanggal lahir dirinya sendiri saat dirinya pertama kali datang menginjakkan kaki di tempat ini.
“Agar om selalu ingat denganku, hihi…” katanya saat itu.
“Masuklah. Apakah kamu mau tersenyum seperti itu sepanjang malam di depan pintu?” kata Darius membuyarkan lamunan manis Morin. Membuat wajah gadis itu langsung berubah cemberut.
Morin langsung masuk dan melepaskan jaketnya. Dia menatap sekeliling dan melihat tidak ada perubahan pada tata letak apartemen ini dari terakhir dia datang kemari. Jadi dia langsung menuju lemari tempat menggantung jaket.
“Om, aku tidak punya pakaian ganti” Morin memulai aksinya. Di pikirannya sudah terbayang adegan drakor sekertaris kim pada saat pertama kali Kim Mi So dan Lee Young Joon bercinta* dan esok harinya Kim Mi So menggunakan kemeja kekasihnya dan Lee Young Joon langsung tergoda melihat penampilan kekasihnya. Dia sudah mengincar untuk menggunakan kemeja putih Darius supaya dirinya juga tampak menggoda, agar pria itu bisa melihat dirinya sebagai wanita.
“Masih ada pakaian kamu di kamar yang biasa kamu dan mama tempati.” jawab Darius sambil lalu. Dia menuju pantry untuk mengambil air minum.
“Aku sudah tidak bisa menggunakan pakaian pakaian itu, semua sudah tidak muat. Aku sudah dewasa sekarang om. Aku pinjam baju om saja ya ” kata Morin penuh harap.
“Ada baju mama disana. Kamu pakai saja.”
Morin menghentakan kakinya kesal, dia tidak mungkin bilang dia tidak muat pakaian oma. Lalu dia masuk ke kamar yang biasa dia tempati bersama oma dan membanting pintunya.
BRAK
Darius yang sedang minum kaget mendengar bantingan pintu itu. Ada apa dengan anak itu? Kenapa tiba tiba marah? Perempuan memang memusingkan. Ga tua, ga muda, ga kecil, bisa tiba tiba ngambek sendiri.
Tidak lama gadis itu keluar lagi dari kamar saat Darius hendak masuk ke kamarnya, tangannya masih memegang handle pintu saat melihat Morin melewatinya. Matanya terpaku pada gadis itu yang sudah tidak ber-makeup dan rambutnya dijepit asal diatas kepalanya. Dia baru menyadari betapa cantiknya gadis itu sekarang, setelah semua makeup itu dilepas. Wajah seputih dan semulus porselen itu baru terlihat, ditambah dengan bibir bewarna pink alami yang sekarang sedang mengerucut kesal.
Morin yang tidak menyadari tatapan Darius karena masih kesal berjalan menuju pantry. Dia mau mengambil air untuk dibawa ke kamarnya agar nanti malam tidak perlu keluar jika terbangun karena haus. Itu kebiasaanya sejak kecil.
Pakaian yang digunakannya sekarang hanyalah sebuah baju tidur satin bertali spageti bewarna biru milik sang oma. Namun bagi Darius, penampakan gadis itu dari belakang terlihat menggoda. Leher jenjang dan mulus dengan kulit seputih susu* menurun hingga ke pundak dan bahunya yang ramping yang hanya ditutupi sepasang tali baju. Dengan beberapa anak rambut yang lepas dari jepit rambutnya dan menjuntai di tengkuk dan punggung gadis itu membuatnya ingin menyingirkan rambut itu dan menyentuhnya untuk merasakan apakah akan sehalus seperti yang terlihat? apalagi saat salah satu tali yang menyangga baju itu terjatuh dari bahunya saat Morin menunduk di dispenser air.
Darius yang menyadari arah pikirannya langsung masuk ke kamarnya dan membanting pintu.
BRAK!
Gila! Apa yang dia pikirkan? Itu keponakannnya. Anak adiknya. Bagaimana mungkin otaknya bisa memikirkan yang tidak tidak hanya karena melihat sebuah leher jenjang? Dari belakang pula! Bahkan dia sudah sering melihat wanita telanjang saat di club malam saat bersama teman temannya dan otaknya tidak berkelana kemana mana seperti sekarang. Bahkan gadis itu masih memakai pakaian yang bisa dibilang sopan.
Morin yang sedang mengambil air kaget mendengar suara bantingan pintu. Anak itu menoleh ke pintu kamar Darius yang baru dibanting dengan bingung. Ada apa dengan omnya itu? Bukannya harusnya dia yang marah karena rencananya gagal?
Gadis itu mengedikkan bahu acuh. Biarin sajalah, toh dia sudah berhasil mendapatkan akses ke ponsel Om Darius, habis ini akan dia sambungkan ke ponselnya sendiri. Ya, itu yang dia lakukan tadi saat meminjam ponsel omnya itu. Sekarang dia akan tau dimanapun posisi omnya berada. Beruntung tadi omnya meminjamkan ponselnya, jadi dia tidak perlu mencari cari alasan meminjam ponsel omnya.
Ini adalah keahlian Morin. Gadis itu memang hobby dalam hal hal yang berhubungan dengan teknologi. Dia sudah mulai belajar meretas sejak kelas sepuluh, walau belum terlalu ahli, tapi jika hanya meretas cctv dan ponsel dia bisa. Karena itu juga dia memilih kuliah jurusan teknik informatika untuk memperdalam keahliannya.
Untuk ponselnya sendiri tentu saja masih menyala. Jadi setelah ini dia tidak akan tidur sampai ponsel mereka terhubung dan dia bisa melacak dimanapun posisi om tersayangnya untuk membuat pertemuan pertemuan tidak disengaja lainnya.
Besok pagi dia sudah harus mengatur agar barang barangnya dikirim dari tempat Jisoo kesini agar omnya tidak bisa mengusirnya lagi.
Yah rencana yang satu gagal tapi yang lain berhasil. Tidak ada yang tidak bisa bagi Morin.
****
Pukul delapan pagi Darius sudah bersiap untuk berangkat ke kantornya. Saat keluar dari kamar, dia tidak melihat Morin. Mungkin gadis itu masih jetlag karena gadis itu bilang dia baru tiba kemarin lusa. Jadi dia tidak tega untuk membangunkan Morin untuk mengantar gadis itu ke tempat Gavin. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang lebih cepat hari ini, nanti sore saja dia mengantarkan Morin ke tempat Gavin. Setelah menyiapkan sarapan untuk gadis itu, Darius berangkat ke kantor.Tidak lama setelah pintu apartemen ditutup, Morin keluar dari kamarnya. Gadis itu sebenarnya sudah bangun dari jam tujuh, tapi dia tidak berani keluar kamar. Dia tidak mau diseret Darius pagi pagi ke tempat Jisoo, tidak ada alasan bagi Om Gavin untuk tidak mengangkat teleponnya saat Darius menghubungi di pagi hari seperti ini.Morin tiba di London lima hari yang lalu, tapi dia sengaja tidak mencari Darius dari saat dia tiba. Hari ini adalah waktunya Jisoo dan Om Gavin kembali ke Jakarta. O
Darius kesal setengah mati. Dia menyadari kalau dia sudah masuk jebakan keponakan bandelnya. Selain harus mengurus keponakannya selama di Inggris, nanti dia juga harus mengantarkan anak ini pulang tanpa cacat* sedikitpun, atau dirinya akan habis oleh ibunya. Dan sekarang dia harus tahu apa yang sebenarnya membuat anak itu memaksa tetap disini.“Apa yang kau inginkan Morin?” tanyanya. Matanya menyipit curiga menatap keponakannya.“Melihat kampus tempat aku kuliah. Kan barusan Morin sudah bilang” jawab Morin polos sembari mengerjapkan bulu matanya. Padahal dalam hatinya sudah deg deg-an melihat cara Darius melihatnya.“Yang sebenarnya Morin?” kalimat itu lebih mirip tuduhan daripada pertanyaan.“Tentu saja sebenarnya” Jantungnya sudah seperti mau copot melihat ekspresi dingin Darius.“Aku tahu ada yang kau rencanakan” sekarang suaranya-pun sedingin cuaca di luar.“Kan sudah aku
Darius tidak menolak saat Morin menggandeng tangannya yang membuat gadis itu senang, padahal sebenarnya Darius tidak mempermasalahkan hal itu karena masih menganggapnya anak kecil yang sedari dulu suka menggandeng tangannya.Saat menunggu lift, Morin yang sudah penasaran sedari tadi akhirnya bertanya“Bagaimana cara om menemukan aku?”“Tentu saja dari GPS tracking yang kamu pasang di ponsel om” itu adalah tracking dua arah, jadi kedua belah pihak bisa saling memantau.“Om tahu?” mata Morin membelalak kaget. Darius yang melihat reaksi keponakannya menjadi bingung.“Bukannya memang kamu sengaja memasang itu untuk memberi tahu saya dimana posisi kamu. Agar saya bisa mengetahui dimana mencari dirimu?” tanyanya.Morin hanya diam. Tidak mungkin dia mengakui kalau GPS itu dia pasang untuk memata matai omnya. Malah sekarang omnya berpikir dia memasang GPS itu karena takut menjadi anak hilang di negara
Darius segera menyelesaikan makannya dan langsung masuk ke kamarnya, tepatnya ke kamar mandi. Dia sengaja mandi dengan menggunakan air dingin untuk meredakan panas yang tiba tiba datang tadi, padahal sekarang sedang musim dingin. Dia harus mengeyahkan pemandangan pinggang ramping dan mulus Morin dari otaknya. Namun bukannya bayangan itu hilang tapi malah ditambah bayangan tengkuk dan bahu mulus Morin yang dilihatnya semalam.Darius masih berdiri di bawah pancuran air dingin. Dia bingung dengan reaksi tubuhnya sendiri. Setelah sekian lama dia hidup sendiri dan tidak pernah menyentuh wanita, mengapa baru sekarang tubuhnya bereaksi seperti saat dirinya puber? Dan mengapa harus tubuh keponakannya yang bisa membuat pikirannya kemana mana? Tiba tiba sebua
Tiga puluh menit kemudian mobil itu berhenti di lobby Volle Tower. Morin turun dan masuk ke dalam bangunan itu. Dia memperhatikan tidak ada perubahan yang signifikan dari terakhir kali dia kesini tiga tahun lalu. Dia berdiri di lobby menunggu Raymond yang memakirkan mobil.Sekali lagi penampilannya menarik perhatian orang orang disana, selain karena rambutnya yang berwarna ungu, dia juga tidak menggunakan pakaian kerja, dia lebih tampak seperti artis yang sedang mau syuting film.Suasana lobby itu agak sepi karena sekarang baru jam tiga. Tidak lama kemudian, Raymond sudah masuk ke dalam lobby dan menghampirinya.“Mari ikut saya nona” kata pria itu dan Morin berjalan di belakang pria itu dan ikut naik lift menuju ruangan omnya.Namun sepertinya hari ini
Morin hampir menangis terharu saat Darius berbisik di telinganya“Begini cara kerjanya”Eh? Cara kerja?“Jika kau menekan berlian yang berada di bagian atas, dia akan langsung merekam dan rekaman itu akan langsung masuk ke ponselku.” Darius menekan berlian itu untuk memberi contoh.Rekaman apaan?“Dan jika kau dalam bahaya. Kau bisa menarik bandulnya seperti ini dan akan ada alarm bahaya yang masuk ke ponselku dan lokasi ter-akurat-mu akan terlihat.” Darius menarik bandulnya hingga terlepas. Dan ponsel darius langsung berbunyi pip pip pip pip“Awww” ringis Morin saat anting itu ditarik paksa hingga bandulnya lepas.“Apa kau mengerti?” tanya Darius.“Mengerti apa?” tanya Morin masih syok. Otaknya sedang mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi?“Cara kerja alat ini” jawab Darius sembari menunjukkan bandul yang sudah l
deg deg degMorin menutup matanya dan semakin mendekatkan bibirnya ke bibir Darius. Morin menyentuhkan bibirnya ke bibir Darius. Seakan masih penasaran, dia mengulum pelan bibir bawah pria itu. Lalu dia merasakan pergerakan pria itu, Morin langsung melompat mundur. Untunglah dia melihat omnya mata omnya masih tertutup, dan dia langsung kabur keluar dari ruangan itu dan berlari ke kamarnya, dia takut pria itu nanti terbangun.Begitu Morin keluar dari ruangan itu, Darius membuka matanya, sekarang dia menggosok wajahnya dengan sebelah tangannya. Jantungnya masih berdetak cepat, dia terkejut dengan apa yang dilakukan Morin tadi.Sebenarnya tadi dia hanya bermaksud untuk mengistirahatkan matanya sebentar dan dia menyadari saat Morin mendekat. Dia penasaran apa yang ingin gadis itu lakukan dengan mengendap mendekatinya. Di
Morin tidak membuang waktu. Begitu sambungan telepon dengan ayahnya terputus, dia langsung berselancar di dunia maya. Tentu saja pencariannya berkisar mengenai ciri ciri pria gay, perilaku pria gay, bagaimana membedakan pria gay yang memang berperan sebagai pria dengan pria tulen asli? bagaimana cara menyembuhkan pria gay? bagaimana cara membuat pria gay kembali menyukai wanita? Terapi untuk pria gay, dan seterusnya seterusnya seterusnya…Tanpa terasa waktu terus berjalan hingga cacing di perutnya berdemo, ternyata sekarang sudah jam dua belas siang, dia bahkan melewatkan sarapannya. Sekarang buku catatannya sudah habis berlembar lembar untuknya membuat berbagai skenario cara membuktikan kalau omnya itu belok atau tidak?Karena ini adalah masalah yang sangat krusial untuk masa depannya, Morin berencana untuk ke kantor omnya nanti sore. Dia harus memperhatikan dengan seksama bagaimana omnya berinteraksi dengan stafnya. Karena memang di kantor omnya, terutama di l