Serphen dan yang lainnya juga menyadari kehadiran sosok tersebut. Menatapnya, mereka tidak tahu apakah yang di samping mereka tersebut adalah manusia atau makhluk aneh lainnya. Sekilas, dia terlihat seperti manusia yang menggunakan jubah panjang berwarna hitam dengan kerudung yang menutupi kepalanya, dan juga, dua bola cahaya yang berputar di atasnya, mereka tahu itu adalah sihir. Penyihir, kah?
Sosok misterius itu berjalan mendekat, dan para makhluk hitam yang ada seketika melompat ke belakang sambil menyeringai marah. Tapi, diam di tempat, mereka tidak menyerang membabi buta lagi seperti sebelumnya.Berhenti berjalan. Sosok misterius itu kemudian mengangkat tangan kanannya. Dari sekelilingnya, ratusan bola cahaya kecil bermunculan. Melayang terbang, bola cahaya tersebut menerangi kegelapan tempat mereka berada dengan jelas. Menekuk jari kelingking, manis dan tengahnya, sosok itu mengarahkan jari telunjuknya ke arah para makhluk-makhluk hitam yang semakin menyeringai penuh kemarahan, "Bang." Ujarnya pelan.Bola-bola cahaya yang ada seketika melesat dengan kecepatan luar biasa ke arah para makhluk hitam yang masih menyeringai penuh kemarahan.Bom! Bom! Bom!Suara ledakan terdengar jelas memenuhi tempat. Bola-bola cahaya yang mengenai para makhluk hitam tersebut mementalkan dan juga meledakkan mereka, baik itu badan maupun kepala. Beberapa makhluk tersebut berusaha untuk melarikan diri, namun usaha mereka sia-sia karena bola cahaya yang melesat terus mengejar.Mulai berjatuhan, seperti makhluk hitam yang pertama musnah akibat serangan bola cahaya, badan para makhluk hitam tersebut juga dengan cepat menyusut bagaikan terhisap ke dalam tanah hingga tidak meninggalkan bekas.Sion dan yang lainnya menatap tidak percaya apa yang terjadi. Para makhluk hitam yang mati-matian mereka lawan, musnah dengan begitu mudahnya dihadapan sosok misterius tersebut. Itu sihir, mereka yakin sekali. Tapi, bagaimana bisa dia melakulan sihir sekuat itu dengan begitu mudah?—penyihir circle delapankah yang ada di depan mereka?Cahaya yang tadinya menerangi pandangan Sion dan yang lainnya kembali menghilang saat bola cahaya yang menyerang para makhluk hitam tidak tersisa. Sumber cahaya yang tertinggal kembali merupakan obor di tangan Sion dan juga dua bola cahaya yang berputar di atas sosok misterius tersebut.Keheningan kembali memenuhi tempat, baik Sion dan kesepuluh pengawalnya tidak bergerak sedikitpun menatap sosok misterius yang kembali berjalan pelan ke arah mereka.Serphen dan yang lainnya dengan sigap kembali mengelilingi Sion. Pedang mereka masih terhunus terarah pada sosok tersebut. Sosok itu memang menyelamatkan mereka, tapi itu tidak berarti mereka akan langsung mempercayainya.Berhenti mendekat dengan jarak sekitar satu meter dengan Sion dan yang lainnya, sosok misterius tersebut tetap tidak mengatakan sepatah katapun.Jarak dekat dan cahaya yang ada membuat Sion dan yang lainnya bisa melihat jelas sosok misterius itu lebih jelas. Dia terlihat jelas adalah manusia. Memiliki badan cukup tinggi dan proposional yang terlihat jelas meskipun dia mengenakan jubah panjang hitam menutupinya. Tangan kirinya memegang tali sebuah tas berukuran sedang yang tergantung di punggungnya. Namun, wajahnya tidak terlihat jelas karena kerudung yang menutupinya.Sion yang dari tadi diam membisu kemudian bersuara memecahkan keheningan yang ada. "Aku mengucapkan terima ka—"Namun, belum sempat Sion menyelesaikan ucapannya, sosok misterius tersebut menoleh kepala ke samping sambil mengangkat tangan kanan memintanya berhenti berbicara.Sion tertegun. Seumur hidupnya ini adalah pertama kalinya seseorang menyuruhnya diam, terlebih lagi, saat dia ingin mengucapkan terima kasih.Harris yang tidak tahan melihat sifat kurang ajar sosok misterius tersebut tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. "Hei!! Kau—"Sosok misterius tersebut kembali menoleh menatap Sion dan yang lainnya. Menempelkan jari telunjuk di bibirnya, dia kembali meminta mereka diam. "Shhh.."Sion dan kesepuluh pengawalnya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Kebingungan, mereka hanya dapat menatap sosok itu dalam diam.Menurunkan tangan kanannya, dia kemudian mengibas-ngibas jari jemarinya sebagai tanda ingin Sion dan yang lainnya mengikuti dirinya.Membalikkan badan tidak mempedulikan kebingungan Sion dan pengawalnya, sosok misterius itu berjalan menjauh. Namun, sadar yang lainnya tidak mengikuti, dia kembali menoleh pada mereka dan berujar pelan. "Ikut."Sion dan pengawalnya sungguh bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah mereka mengikuti sosok misterius tersebut? Mereka tidak tahu siapa dia? Musuh atau teman, mereka juga tidak tahu—dan yang penting, bagaimana dia bisa berada dalam Pergunungan Knox ini?Kriikk!!Kriikk!!Suara ringkihan aneh dari kejauhan tiba-tiba terdengar. Suara tersebut seperti ringkihan binatang, namun sekaligus juga bukan. Bagi Sion serta pengawalnya yang baru saja menghadapi para makhluk tidak dikenal, mereka tidak tahu lagi suara makhluk apa itu, dan juga—betapa berbahaya mereka."Kita akan mengikuti dia." Perintah Sion kemudian. Mereka tidak memiliki pilihan sekarang. Namun, matanya yang menatap Serphen dan yang lainnya menyiratkan meski mereka mengikuti sosok itu, mereka tetap harus berwaspada.Serphen dan yang lainnya mengangguk kepala tanpa mengucapkan sepatah katapun. Harris dengan segera membantu Alexis yang terluka. Tanpa membuang waktu lagi, mereka semua mulai bergerak mengikuti sosok misterius tersebut.Melihat Sion dan yang lainnya mulai bergerak mengikutinya, sosok itu kembali menoleh ke depan dan berjalan. Dia tidak mengatakan sepatah katapun lagi, begitu juga dengan yang lainnya, sehingga suasana menjadi sangat hening."Yang Mulia, serahkan obor ditangan anda pada saya." George mendekati Sion dan meminta obor yang ada di tangannya. Kegelapan di depan mereka sangat mencekam, obor di tangan Sion serta dua bola cahaya di atas kepala sosok misterius tersebut adalah satu-satunya sumber cahaya yang ada.Sion mengangguk dan menyerahkan obor di tangan pada George. Namun, sosok misterius itu tiba-tiba berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. Kebingungan, Sion dan pengawalnya ikut berhenti. Mereka menatap sosok itu diam, karena tidak tahu apa yang ingin disampaikan maupun dipikirkannya.Mengangkat tangan kanannya, sosok misterius itu menjentik jarinya. Beberapa bola cahaya muncul melayang di sekeliling mereka dan menerangkan pandangan. Lalu, tidak peduli apapun, dia kembali menoleh ke depan dan berjalan.Sion dan pengawalnya sekali lagi hanya dapat menatap punggung sosok itu terkejut sekaligus bingung. Menggunakan sihir semudah dan sehebat itu sudah merupakan tanda tanya, tapi membantu mereka tanpa mengatakan sepatah katapun adalah hal lainnya, dan yang paling penting—ke mana dia akan membawa mereka?"George, simpan dan matikan obor ditanganmu. " Perintah Sion kemudian. Dia tahu sosok di depannya membuat bola cahaya untuk mereka, tapi, itu tetap tidak membuat kewaspadaan mereka menghilang. Terlalu banyak misteri yang tidak dijawab mereka akan keberadaan sosok misterius tersebut.George menuruti perintah Sion, dan sekali lagi, mereka semua kembali mengikuti dalam diam penuh kewaspadaan.Serphen yang menatap sosok di depannya penuh kewaspadaan bisa melihat hal aneh yang ada. Sosok itu bergerak tanpa ragu dalam kegelapan seakan dia sangat mengenal medan daerah pergunungan Knox yang terkutuk. Apakah dia hidup di sini?—tapi, bagaimana mungkin? Kondisi lingkungan dan juga makhluk-makhluk yang ada tidak memungkinkan manusia hidup di sini—apakah dia bukan manusia?Beberapa waktu berlalu, dan tiba-tiba saja, sosok itu kembali berhenti. Menghela napas, dia mengucapkan sesuatu. Suaranya pelan, namun terdengar jelas penuh kejengkelan. "Ahh, sialan."Sion dan para pengawalnya menatap bingung sosok tersebut. Mereka tidak tahu apa yang diucapkannya. Bahasa yang digunakannya adalah bahasa aneh dan asing yang tidak pernah didengar mereka.Membalikkan badan menatap Sion dan yang lainnya, dia kembali mengucapkan dua kata. "Ikut," dan "Lari.""Eh??" kebingungan semakin membesar dalam diri Sion dan yang lainnya. Hanya saja, belum sempat mereka bertanya, sosok itu kembali membalikkan badan dan berlari menjauh."Ap—" ujar Thermis bingung, tapi ucapannya terhenti saat dia merasakan tanah tempat mereka berdiri bergetar hebat.Kwakk! Kwakk! Kwakk!Kwakk! Kwakk! Kwakk!Kwakk! Kwakk! Kwakk!Suara aneh mengerikan terdengar dari belakang mereka bersamaan dengan getaran hebat di tanah. Tidak melihatpun, Sion dan yang lainnya tahu, ada makhluk aneh yang mendekat. Dari suara dan getaran yang ada, jumlahnya juga sangat luar biasa.Tidak membuang waktu, Sion dan yang lainnya segera berlari mengejar sosok yang telah berlari di depan mereka terlebih dahulu. Apapun yang ada di belakang mereka sekarang, mereka tidak mau menghadapinya.Berlari terus tanpa melihat ke belakang, Sion dan pengawalnya bisa merasa jelas makhluk-makhluk di belakang mereka mengejar. Suara yang ada semakin kuat, begitu juga dengan getaran di tanah tempat mereka berpijak. Sosok misterius yang ada di depan mereka kemudian mengangkat tangan kanannya dan menunjuk sesuatu di depan.Menatap arah yang ditunjuk sosok tersebut, Sion dan yang lainnya kemudian melihat pintu sebuah gua. Pintu gua tersebut tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. A
Sion dan pengawalnya tidak tahu di mana mereka berada sekarang. Dunia di luar pintu gua yang mereka lihat bukanlah tempat yang mereka kenal. Cahaya matahari sore dan langit tetap sama, tetapi sekeliling mereka terasa sungguh aneh. Pohon-pohon yang ada sangat besar dan tua, bahkan banyak dari pohon, tumbuhan dan bunga yang mereka lalui adalah jenis tumbuhan yang tidak pernah mereka lihat selama ini. Udara yang ada juga sangat bersih dan segar. Tempat ini terasa seakan bukanlah lagi benua Avelon di mana mereka hidup.Berlari mengikuti pria berambut hitam bagaikan langit malam tersebut, Sion dan yang lainnya menatap lekat punggunya. Mereka yakin dia manusia, secara fisik, dia tidak berbeda dengan mereka. Kalaupun yang ada, perbedaannya terletak pada warna kulit putih bersih, garis-garis muka dan juga warna rambut serta mata."Alexis," memanggil Alexis yang ada di punggungnya, Harris menoleh menatap wajah pucat pasi rekannya tersebut. "Kau masih hidup, kan?"Alexis tertawa pelan mendengar
Alexis menggerakkan lengannya dan jari-jemarinya. Kedua matanya yang masih terbelalak sama sekali tidak dapat menyembunyikan perasaan takjud dan tidak percaya yang ada. Apakah dia sedang bermimpi? Bagaimana bisa lengannya yang telah putus dapat kembali?Menatap kembali wanita berambut hitam yang tersenyum kepadanya, Alexis tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu dia harus mengucapkan terima kasih akan keajaiban yang diberikan padanya, tapi dia benar tidak dapat menemukan suaranya.Menggerakkan tangannya lagi, telapak tangan wanita berambut hitam itu terarah pada Alexis. Cahaya hangat kembali muncul dan menyembuhkan luka-luka lainnya yang ada. Badannya yang terasa berat menjadi ringan, dan meski tidak pulih seratus persen, dia tahu, dirinya telah selamat dari pintu kematian.Menatap terus wanita berambut hitam yang telah menyembuhkan seluruh lukanya, Alexis kemudian mengucapkan terima kasih dengan ekspresi tidak percaya yang masih belum menghilang di wajahnya. Suaranya bergetar pelan. "
"Aku benar-benar bisa melihat dengan sempurna!!" berseru penuh kebahagiaan, Thermis menatap Nilla yang sedari tadi terus mengamati mata kanannya."Bagaimana bisa?" gumam Nilla pelan. Sadar akan ucapannya yang bisa mengundang salah paham, dia segera menjelaskan. "Ah—maksudku, bagaimana bisa ada kekuatan penyembuh yang bisa menyembuhkan mata seseorang yang telah hancur lima tahun lalu?"Thermis mengangguk kepala, dia mengerti kebingungan Nilla, dan bahkan sesungguhnya dia juga tidak akan percaya dengan kemampuan tersebut jika tidak melihat dan mengalaminya sendiri.Menoleh menatap George yang sedang sparing dengan Reis dan Tiffa, Thermis tersenyum. Dia bisa melihat tawa di wajah George yang terus bergerak dengan cepat dan enerjik. Sepetinya, pria paruh baya tersebut juga sangat bahagia dengan apa yang terjadi padanya. "Tapi, aku tidak peduli. Kurasa George dan Alexis juga tidak peduli," tersenyum lagi, dia menoleh pada Alexis yang duduk tidak jauh darinya. "Benar, kan?"Alexis tertawa k
Duduk mengelilingi api unggun yang dinyalakan, Tiffa menarik selimut yang diberikan Yue kepadanya. Meski berada dalam tempat terbuka pada malam hari, dia tidak merasa kedinginan sedikitpun berkat selimut yang ternyata terbuat dari bulu Fire Bear.Fire Bear.Fire Bear adalah monster sihir besar yang sangat ditakuti banyak orang. Mereka disebut Fire Bear karena mereka bisa menggunkan sihir menyelubungi seluruh tubuh mereka dengan api yng sangat kuat. Mereka juga sangat kuat dan agresif, sekali mengamuk, akan dibutuhkan satu pasukan untuk mengehentikannya. Untungnya, Fire Bear memiliki habitat yang cukup jauh dari pemukiman manusia, mereka bahkan tergolong monster yang langkah. Bulu mereka sendiri bernilai sangat tinggi dan dicari banyak orang, sebab bulu tersebut adalah bahan baku utama untuk membuat Armor tahan akan api yang berkualitas tinggi. Karena itulah, Tiffa tidak mengerti, bagaimana Ling dan Yue memiliki bulu Fire Bear sebanyak ini dan diberikan pada mereka sebagai selimut.Men
Tidak ada yang aneh dalam sup daging buatan Ling. Masakannya sungguh enak. Dengan daging, kentang wortel serta sayuran yang banyak, satu mangkuk sudah cukup mengenyangkan perut Sion dan yang pengawalnya.Mengamati Ling dan Yue yang juga telah selesai makan, Sion melihat sepasang suami-istri itu sedang berbincang penuh senyum dengan Xing Xing yang tertidur pulas dalam pelukan sang ibu. Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi mereka terlihat sangat harmonis dan—dapat dipercaya. Bolehkah?—bisakah dia mempercayai mereka yang dia sendiri tidak yakin manusia atau bukan?"Yang Mulia," panggil Ophelia pelan. Dia mengerti sekali apa yang ada dalam pikiran Sion sekarang, sebab, bagaimanapun juga dia melihatnya tumbuh besar. "Hamba merasa, kita bisa meminta bantuan mereka."Sion dan yang lainnya menoleh menatap Ophelia. "Kenapa kau berkata seperti itu, Ophelia?" tanya Sion."Hamba merasa mereka dapat dipercayai." Jawab Ophelia. Kedua matanya menatap lurus Sion tanpa keraguan."Ophelia dan
Nilla kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berusaha memutar otak memikirkan cara menyampaikan keinginan Sion, dia menutup matanya. Membuka mata, dia menghapus semua gambar yang ada dan mulai membuat gambar baru. Menggambar wajah Ling dan Yue sebisa mungkin, dia menarik sebuah garis menghubungkan keduanya, lalu di tengah garis tersebut, dia menarik satu garis turun dan menggambar wajah Xing Xing."Itu kita, kan?" tanya Yue pelan. Kedua mata hitamnya menatap lekat gambar Nilla yang menurutnya sangat bagus. Tangannya menepuk punggung Xing Xing yang masih tertidur pulas meskipun mereka dari tadi bersuara. "Dan, itu gambar silsilah keluarga, kan?""Kurasa juga begitu." Balas Ling. Menatap Nilla bingung, dia tidak tahu apa yang ingin disampaikannya dengan menggambar silsilah keluarga mereka.Nilla mengangkat kepala dan menunjuk gambarnya lalu Ling, Yue dan Xing Xing. Melihat mereka mengangguk kepala tanda mengerti, dia tersenyum dan kembali menggambar sebuah silsilah keluarga denga
Ling memasuki kamar tempat di mana Yue dan Xing Xing berada. Ekspresi datar dan dingin tanpa emosi di wajahnya melembut saat melihat istri dan anaknya yang berbaring di atas tempat tidur. Berjalan mendekat, dia duduk di samping Yue sambil menatap Xing Xing yang telah tenang dan tertidur kembali. "Kau tidak akan berpikir untuk membantu mereka, kan, Yue?" tanyanya pelan tanpa menoleh pada istrinya.Yue tersenyum mendengar pertanyaan Ling. Bangkit dari tempat tidur, dia ikut menatap Xing Xing yang tertidur, "Kau sendiri," balasnya pelan. "Kenapa kau menyelamatkan mereka?""Aku hanya tidak ingin mereka mati disini dan menjadi korup," jawab Ling cepat dan menoleh pada Yue. "Itu akan sangat menyebalkan.""Begitu?" tanya Yue lagi. Mempertahankan senyum di wajah, mata hitamnya menatap lurus Ling.Ling segera melingkar kedua tangannya pada pinggang Yue. "Benar. Kau tahu betapa merepotkannya jiwa dan raga korup, apalagi mereka adalah ksatria.""Baiklah, aku mengerti," balas Yue sambil tertawa k