Sore itu Mohzan nampak bergegas masuk ke kamar mandi. Ia baru saja selesai mengajar dikelas terakhir. Suara Mohzan menimba air dari dalam bak mandi cukup menjelaskan bahwa dirinya sedang terburu-buru.
Suara gedebak-gedebuk dari kamar mandi itu mengundang perhatian Desma.
"Ada apa dengan anak itu..? Tidak seperti biasanya dia bertingkah buru-buru seperti itu !" Gumam Desma.Nenek Aisyah juga ikutan heran. Ia memandang ke arah daun pintu kamar mandi yang sedang tertutup. Tak lama kemudian Mohzan keluar dengan menggunakan handuk sebatas pinggang kebawah. Ia bergegas masuk kekamarnya."Kenapa buru-buru Mohzan..?" Desma meneriaki anaknya dari luar kamar."Mohzan mau ngisi acara live di tv Ma... Takut terlambat mana tauan macet dijalan." Sahut Mohzan dari dalam kamar."Acara live di tv..??" Desma dan nenek Aisyah berpandangan.
Sebuah undangan tergeletak diatas meja. Desma segera memungut undangan itu dan membacanya. WajaTepuk tangan sangat meriah mengiringi kehadiran Mohzan dipanggung acara "Temu Idola". Acara itu dipandu oleh seorang laki-laki ganteng yang sangat digandrungi masyarakat tua dan muda.'Mr. Gandi' adalah nama presenter keren itu. Dia dijuluki duren mateng atau duda keren masa tenggang. 😂😂😂😂Pembaca pasti tau apa artinya masa tenggang. Masa tenggang adalah tenggang waktu mencari ganti. 🤗🤗🤗Umur presenter muda itu sedang ranum yaitu 32 tahun. Tentu saja banyak wanita yang bermimpi digandeng lelaki itu naik ke pelaminan. "Selamat datang Bang Mohzan, malam ini anda bersama saya Mr. Gandi dalam acara Temu Idola.Mr. Gandi menyalami Mohzan yang baru saja berada dipanggung acara talk show nya. Riuh gempita tepukan dan sorak histeris audien menggemuruh seakan-akan meruntuhkan gedung studio Patriot Televisi. Mohzan menerima jabatan tangan Mr. Gandi lalu melambaikan tangan kearah penonton yang berteriak memanggil namanya dan menyuarakan yel yel dukung Bang Mohzan.
"Baik, sebagai pertanyaan terakhir dari saya, apa harapan anda untuk adik-adik anda..? Mr. Gandi melontarkan pertanyaan yang merupakan pertanyaan penutup."Saya berharap mereka memiliki masa depan yang cerah dan gemilang. Dan apabila mereka sudah mendapatkan itu, saya berharap suatu saat mereka juga melakukan hal sama dengan yang saya lakukan sekarang kepada mereka, kepada orang lain !""Luar biasaaaa...!!! Teriak Mr. Gandi langsung berdiri dan bertepuk tangan. Para audien juga melakukan hal yang sama. Mereka berdiri dan bertepuk tangan.Mohzan mengikuti Mr. Gandi yang sudah berdiri. Mereka kini sama-sama berdiri berhadapan dan bersalaman."Plok..plok..plok...!!!"Tuan Junara nampak memasuki panggung dan bertepuk tangan."Anda sangat luar biasa..!!" Ia mengulurkan tangan menyalami Mohzan.Mohzan terkejut melihat sosok yang kini berdiri dan mengulurkan tangan kepadanya. Sosok Tuan Junara memang sering ia lihat di layar televisi. Duda seten
Desma dan ibu Aisyah belum bisa tidur. Mereka tidak sabar menunggu Mohzan pulang ke rumah. Tentu saja mereka ingin mendengar cerita Mohzan tentang pengalaman baru yang baru saja ia alami. Apalagi Desma, ia ingin sekali mengetahui perbincangan Mohzan dengan Junara yang sebenarnya adalah ayah kandung Mohzan."Apakah Mohzan sudah tahu kalau Mas Junara itu adalah ayahnya ?? Hmm.. bagaimana kalau Mohzan bercerita tentang keluarganya, lalu Mas Junara tahu kalau Mohzan adalah anakku. Dan Mas Juna pasti berfikir kalau Mohzan adalah darah dagingnya... Ooohhh... Bagaimana ini..??? Aduuuh... Mohzan belum juga pulang.... Jangan-jangan Mas Juna sudah membawa Mohzan pulang kerumahnya...!!! Aduh.. bagaimana ini...???" Beribu pertanyaan melintas dan bercampur baur dalam pikiran Desma. Ia berjalan hilir mudik dan terlihat sangat gelisah.Jarum jam telah menunjukkan pukul 00.15 wib. Suara sepeda motor Mohzan belum juga terdengar memasuki teras rumah. Desma dan ibu Aisyah mulai cema
Pagi itu Mohzan dan Arya sudah berdiri di sebidang tanah yang cukup luas. Tanah itu baru saja mereka beli dengan uang sumbangan yang diberikan warga internet yang ikut membantu Mohzan untuk mensejahterakan kehidupan adik-adiknya.Hari ini adalah hari yang sangat dinanti oleh Mohzan karena hari ini adalah awal pertama asrama itu dibangun. Mohzan berkeinginan untuk membangun asrama untuk tempat tinggal adik-adiknya dan beberapa fasilitas lain seperti ruang belajar dan mushola. Namun karena dana belum mencukupi, Mohzan memutuskan untuk membangun asrama saja terlebih dahulu.Ditempat itu telah berkumpul delapan orang tukang bangunan dan seorang pimpinan mereka. Selain itu disudut tanah itu telah tertumpuk bahan material berupa pasir, semen, batu dan besi.Karto sebagai pimpinan proyek pembangunan asrama yang rencananya akan dibuat berlantai dua itu terlihat sedang berbincang dengan Mohzan dan Arya. Sekali-kali nampak mereka menunjuk-nunjuk ke beberapa a
"Pokoknya saya tidak mau tahu, minggu depan pertunangan Alpan dengan Ramona harus dilaksanakan ! Kalau tidak..., Kamu harus mengembalikan semua dana yang telah aku pinjamkan untuk menyelamatkan perusahaanmu !" Satya memberi ultimatum kepada Danar yang nampak tertunduk ketakutan."Iya Tuan Satya. Saya akan pastikan bahwa minggu depan pertunangan Alpan dengan Ramona kita laksanakan. Tuan Satya jangan khawatir." Sahut Danar membujuk Satya yang sudah naik pitam."Masih untung dia hanya meminta si Ramona. Huuh.. ambil saja anak itu, aku tidak peduli..!! Yang terpenting Khalista anakku selamat dari si Alpan bajingan itu." Danar bergumam dan mengutuk didalam hati.Memang kelakuan Alpan tidak mendapat simpati dari siapapun yang mengenalnya. Dia terkenal sombong dan pemabuk. Beberapa kali dirinya juga tersangkut kasus narkoba. Walaupun katanya dirinya adalah nota bene menduduki kasta dan derajat teratas di negeri ini, tetap saja tidak ada orang tua yang sudi anakn
"Hati-hati Nak..!! Tanganmu belum sembuh." Naira dan Satya memapah Alpan memasuki kediaman mereka. Dibelakang mereka Astuti mengikuti dengan wajah cemas. Ia sangat mengkhawatirkan cucu kesayangannya itu.Diruang makan Sudarta dan Junara baru saja selesai makan malam. Mereka nampak berbincang seputaran bisnis properti dan televisi.Kedatangan Alpan beserta Naira, Satya dan Astuti menghentikan obrolan mereka."Alpan, kamu sudah boleh pulang..?" Junara bertanya pada keponakannya yang nampak sedang dipapah oleh Naira dan Satya menuju ke kamarnya.Alpan tidak menjawab pertanyaan Junara pamannya itu. Naira dan Astuti juga melengos kesal. Mereka bertiga mengantarkan Alpan sampai kedalam kamar.Setelah mengantarkan putranya ke dalam kamar, Satya mendatangi Junara dan Sudarta yang nampak melanjutkan perbincangan mereka."Kalian masih berbincang dengan santai sementara anakku sedang mengalami musibah !" Tiba-tiba Satya data
"Baik Khalista, hari ini pelajaran sudah cukup. Semoga apa yang telah kamu pelajari bisa selalu diingat sampai ke sekolah." Ucap Mohzan sambil tersenyum menutup proses belajar mengajar ditempat les miliknya. Hari ini Khalista datang seorang diri tanpa Ramona. Menurut Khalista, Ramona tidak ingin melanjutkan sekolah karena sebentar lagi akan menjadi istri Alpan pewaris tunggal keluarga Sudarta yang kaya raya. Sebenarnya Mohzan meragukan semua yang dikatakan Khalista. Tapi ia merasa tidak punya hak untuk ikut campur urusan keluarga orang lain. Mohzan hanya membathin dalam hati. Ada sesuatu yang hilang yang ia rasakan dihatinya. Apakah itu ? Mohzan sendiri belum bisa menterjemahkan perasaannya itu. Karena hal itu baru pertama kali ia rasakan seumur hidupnya. "Setelah ini Bang Mohzan mau kemana..?" Khalista merasa waktu bersama Mohzan terlalu singkat. Ia ingin lebih lama lagi bersama dengan lelaki yang telah merebut hatinya itu. Tapi Mohzan tetaplah Mohzan. Pemuda yang s
Ayo mulai berdoa..! Rangga coba kamu yang memimpin doa !" Perintah Arya kepada Rangga dan anak-anak lain yang bersiap untuk menyantap paket makanan dari Khalista. Seperti biasanya sebelum makan mereka memang diwajibkan berdoa terlebih dahulu.Rangga segera membaca doa dan yang lain mengikutinya. Setelah selesai berdoa mereka menyantap makanan dengan lahap."Terima kasih Khalista, kamu sudah mau berbagi dengan kami disini." Kata Mohzan mulai membuka paket makanan yang diberikan Khalista. Sebenarnya hatinya tidak nyaman menerima pemberian Khalista, tapi ia tidak enak untuk menolaknya.Sebelum sempat menyentuh makanan itu telepon genggam Mohzan berdering. Foto Soraya muncul dilayar HP nya menandakan bahwa Soraya yang sedang melakukan panggilan telepon. "Halo Assalamualaikum Raya..!" Mohzan menjawab voice call Soraya."Uuuh, perempuan itu ternyata sering menelpon Bang Mohzan. Kurang ajar... Atau.... apakah mereka berdua sudah b