Share

PERNIKAHAN SEMAKIN DEKAT

Sementara Yoga tengah berbicara sengit dengan sang istri, Rista kini tengah asyik berbincang dengan mamanya.

Perempuan itu tampak bahagia begitu membicarakan kekasihnya. Tak peduli meski pria itu telah beristri.

"Apa kamu tidak salah pilih? Kamu tidak ingin memikirkan kembali keputusanmu yang tidak masuk akal ini? Kamu ingin menikah dengan laki-laki beristri? Apa kamu tidak pikirkan perasaan istrinya? Coba kamu bayangkan! Bagaimana perasaanmu, jika berada di posisi wanita yang suaminya kamu rebut paksa? Mama tidak setuju," ungkap bu Bianca tegas.

"Mama, Rista sangat mencintai mas Yoga. Lagian istri mas Yoga tidak keberatan, jika suaminya menikah lagi. Pokonya Mama harus mengizinkan kami menikah. Jika Mama tidak mau melakukannya, jangan harap Mama bisa bertemu denganku lagi di dunia ini. Lebih baik aku mati saja, daripada harus hidup tanpa mas Yoga," ucap Rista penuh penekanan dengan ekspresi wajah yang sendu. Tentu saja membuat hati mamanya rapuh.

Mata Bu Bianca membesar. Terkejut dengan ucapan sang anak.

"Nak...!"

"Pokoknya, aku harus menikah dengan Yoga," putus Rista tegas.

Bu Bianca lemah dengan putrinya itu. Wanita itu pun mengangguk. "Baiklah. Yang penting, jangan sembarangan berucap seperti itu! Maafkan Mama. Kamu anak satu-satunya Mama di dunia ini," lirihnya sambil memeluk sang putri.

Rista tersenyum licik dalam pelukan mamanya. "Walaupun Mama melarangku, aku tidak peduli. Aku akan tetap menikah dengan mas Yoga. Laki-laki dewasa yang telah membuatku susah tidur akhir-akhir ini. Persetan dengan istrinya. Yang terpenting kebahagiaanku dengan mas Yoga. Wanita itu bisa aku singkirkan dengan mudah dari rumah mas Yoga," gumam Rista dalam hati.

***

Hari terus berlalu. Tak terasa, persiapan pernikahan Rista dan Yoga sudah mulai rampung.

"Ma! Minggu depan pernikahanku dengan Mas Yoga digelar. Papa kapan pulang, Ma?" ucap Rista riang.

"Apa? Secepat itu? Mama belum tahu kapan, tapi yang pasti papa akan pulang akhir bulan ini."

Bu Bianca sebenarnya ingin menghentikan anak itu. Tapi, dia tampak keras kepala.

"Lewat telepon video saja, jika papa belum pulang. Lagian sekarang masih dalam masa pandemi, Ma. Belum tentu papa bisa pulang cepat. Jika ada penjagaan ketat dari petugas kepolisian, tentu saja papa akan disuruh putar balik."

"Nah itu lagi pandemi, apa tidak bisa nanti-nanti saja menikahnya?" tanya wanita itu seraya menatap putrinya dengan tatapan sendu. Bu Bianca kembali beralasan.

Namun, Rista justru menggelengkan kepala. "Kenapa mesti ditunda, Ma? Resepsi tetap boleh diadakan, dengan syarat tetap memenuhi protokol kesehatan."

"Jujur saja, Mama masih berat melepasmu untuk menikah. Andai saja calon suamimu masih bujangan, bukan suami orang," gumam Bu Bianca dalam hati.

"Mah! Mah! Kok malah bengong sih?"

Ucapan Rista menyadarkan Bu Bianca dari lamunannya. "Eh iya-iya maaf, Mama kurang fokus akhir-akhir ini."

"Apa sebabnya Ma, kangen sama papa ya?" ucap Rista sedikit meledek. Tak menyadari bahwa dirinyalah penyebab hati sang ibu gundah.

"Sudah pasti kangen sama papa, tetapi bukan itu masalahnya."

"Lalu, masalah apa Ma?" tanya Rista penasaran.

"Mama memikirkan kamu Rista. Mama takut keputusan yang kamu ambil ini salah."

"Mama tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Lagian laki-laki yang akan menikahiku, dia laki-laki yang baik Ma, keputusan ini tidak salah."

"Ya sudah, tetapi berjanjilah sama Mama! Kamu akan memperlakukan istri pertama suamimu dengan baik!” ucap bu Bianca memohon.

"Mama tenang saja! Aku tidak akan berbuat jahat dengannya."

"Baiklah Mama percaya sama kamu."

*******

"Diana tolong siapkan pakaian kerjaku! Hari ini aku ada rapat di kantor pusat," seru Yoga dengan wajah memelas.

"Bisa Mas, tapi bayar dulu lima ratus ribu, aku bukan pembantu, Mas."

Akhir-akhir ini, Diana sudah mulai menerapkan permintaannya. Dan jujur saja, suaminya itu tampak mulai terbebani.

"Sama suami sendiri perhitungan. Kamu mau memerasku?" ucap Yoga dengan nada membentak.

"Aku tidak memaksa kok, Mas. Jika tidak mau ya tidak masalah. Bukankah kamu yang bilang harta kamu tidak akan habis tujuh turunan, masa aku minta lima ratus ribu saja, kamu marah-marah?” sindir Diana.

"Ingat ya, Mas? Jika ingin acara pernikahanmu nanti aman, kamu harus sering-sering memberiku uang." Diana kemudian menatap Yoga dengan tatapan sinis dan senyum tipis.

‘Dengan kamu memutuskan untuk menikah lagi, itu sudah sangat menginjak-injak harga diriku, Mas. Selama ini, aku sudah tunduk sama kamu dan tidak pernah protes dengan sikap kasarmu. Tapi, apa? Kamu mencari wanita lain untuk kamu nikahi. Aku bukannya mau jadi istri durhaka Mas, ini kulakukan hitung-hitung meminta hakku yang selama ini tidak pernah kamu berikan,’ gumam Diana dalam hati.

"Ya, baiklah, ini uangnya."

"Nah begitu saja harus berdebat dulu. Tunggu sebentar aku setrika dulu bajunya," ucap Diana dengan senyum penuh kemenangan.

‘Aku akan kumpulkan uang ini. Aku akan buktikan sama kamu, kalau aku juga bisa jadi cantik, Mas,’ ucap Diana dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status