Hari hari Kanna dilalui dengan penuh kekosongan. Kanna yang sekarang bukanlah Kanna yang dulu. Kanna yang sekarang bahkan tak pernah tersenyum lagi. Tak ada cahaya indah yang menerangi iris diamond pink miliknya. Yang ada dimatanya hanya kebencian yang semakin besar. Kanna dulu yang sangat menyenangi belajar bahkan kini selalu melewatkan pelajarannya.
Walaupun ia yang dulu tak menyukai aturan apapun, namun Kanna yang dulu bahkan tak memiliki niat sedikit pun untuk melanggar at
"Putri Kanna, apa yang kau ...." Ratu Isabella sedikit tersentak begitu pula dengsn seluruh orang ysng berada di sana termasuk sang raja."KUBILANG DIAM KALIAN!!!" Suara lantang Putri Kanna membuat seluruh orang terdiam dan di saat yang bersamaan gelas yang sedari tadi di genggamnya itu pun ikut memecahkan keheningan.
Kanna berjalan dengan langkah gontai menyusuri lorong istana. Setetes demi setetes darahnya mulai berjatuhan ke lantai berkeramik putih dengan motif mawar di tengahnya. Ia terus berjalan tanpa arah. Hingga akhirnya langkah kakinya terhenti di sebuah ruangan dengan pintu berukirkan simbol kerajaan berwarna putih biru itu.Kanna menempelkan tangan kirinya di salah satu daun pintu itu. Kini irisdiamond pinknya mulai berkaca-kaca. Tangannya mulai merosot dan memegangi gagang pintu ber
Setelah beberapa menit bersiap. Kini Kanna telah siap dengan seragamnya. Disampirkannya tas di bahu kanannya dan melipat coatdi tangan kanannya untuk memutupi tangannya. Kanna pun berjalan keluar kamarnya.Sebelum benar-benar meninggalkan kamarnya, ia memperhatikan seluruh isi kamarnya. Berharap album foto itu ada di suatu tempat di sudut kamarnya. Namun, hasilnya nihil. Ia tak menemukan apapun. Akhirnya keluar dari kamarnya dengan kecewa. Ia pun menutup pintu kamarnya dan m
Kanna bersandar di pintu berwarna merah muda itu. Diangkatnya tangan yang sedari tadi terus memegang setangkai bunga mawar tadi.Dihirupnya aroma mawar yang masih segar itu. Diantara wewangian bunga mawar itu, gadis mungil itu juga mencium aroma yg sangat familiar baginya. Ia pun tersenyum, senyum yang sarat akan makna.
Kini Kanna telah sampai di perpustakaan milik sang ibu yang letaknya tak jauh dari taman kerajaan lebih tepatnya di antara taman mawar milik sang ibu. Ia mengelilingi perpustakaan tua itu.Ia pun berhenti disalah satu bingkai foto. Kanna membawa bingkai foto itu ke meja dan di arahkannya padangannya tepat ke arah foto dirinya dan sang ibu. Kanna mulai meletakkan kedua tangannya di meja itu tepat di atas album foto itu dan membaringkan kepala di atasnya.
Darah segar mulai mengaliri telapak tangan dan kakinya. Kanna berlari terus tanpa henti. Hingga sebatang pohon yang tergeletak di jalannya itu membuatnya tersandung dan jatuh.Bruuk!"Aaakh!" teriak Kanna. Kini ia sudah tak sanggup
"Ya. Dia adalah sang rembulan." Kanato menghela napasnya. Kanna yang sedari tadi tak mengerti apa apa hanyaa memperhatikan keempatnya yang hanya berbisik. Kanato menghampiri Kanna."Percayalah pada dirimu. Maka kau akan membuka segel yang selama ini mengurungmu. Kami akan mengulur waktu, pikirkan keputusanmu." Ucapan Kanato membuat Kanna bingung.Ia terus berpikir, ia takkan bisa melakukannya. Dia hanyalah seorang putri biasa. Namun, melihat perjuang keempat orang itu yang entah darimana yang tiba-tiba saja menolongnya bahkan rela mengorbankan diri mereka hanya demi dirinya. Lalu dia hanya akan diam saja melihat mereka yang berkorban seperti itu.Tidak. Jangan lakukan itu. Kalian tidak harus mengorbankan diri kalian untukku, gumam Kanna. Tiba-tiba suara seorang gadis menyadark
Merasa ada yang memperhatikan, kelimanya pun langsung segera pergi dari sana. Begitu pula Niel. Dia membawa Putri Kanna kembali ke dalam perpustakaan itu. Niel meletakkan Kanna, di atas sebuah tempat tidur yang berada tepat di atas perpustakaan rahasia itu. Dibaringkannya dengan perlahan tubuh Kanna.Awalnya Niel ingin membawa Kanna kembali ke kamarnya namun, karena mereka sedang diawasi jadi Niel tak mungkin membawa Kanna kembali ke istana. Tak ada yang menyadari bahwa Kanna belum kembali ke kamarnya. Untunglah, mata-mata tadi tidak melihat ada Kanna di sana, sehingga Niel bisa terus berada di samping Kanna sampai dia sadar besok.Niel terus memperhatikan sosok yang tengah tidur di hadapannya itu. Wajahnya yang sangat damai, meneduhkan hati Niel. Baru kali ini Niel bisa memperhatikan gadis itu dengan seksama. Matanya tak sengaja menang