Rasanya begitu gila. Ternyata aku masih suka sama Jessen. Aku memukul lagi kepalaku kemudian mencubit pipiku kasar.
Val sadar!!!
"Eh bego, kau kenapa?" Kata Jessen.
Aku menghentikan tingkah lakuku.
"Kalau kau pukul terus kepalamu, kau jadi tambah bego." Hina nya.
Aku melihat Jessen sambil tersenyum. "Eng... Gak apa."
Kami pun berjalan bersama.
***
Di parkiran.
Kak Rio melajukan kereta nya. Ke arahku dan berhenti tepat di sebelahku. Dia membuka penutup helmnya dan mengarahkan pandangan ke arahku. "Naik Val." Ucap kak Rio sambil tersenyum.
Aku mengangguk dan hendak naik.
Jessen menarik kerah belakang bajuku. "Jangan naik." Jessen lirik tajam Kak Rio.
Aku melepaskan tangan Jessen. "Apaan sih Jes, cuma naik kereta doang." Aku kembali naik ke kereta kak Rio. Setelah aku naik Jessen juga ikutan naik.
Aku sedikit memutarkan badanku ke belakang melihat Jessen. "Apa sih? Kita udah kaya cabe-cabean tau
Mata ini rasanya berat sekali, ngantuk...Aku berusaha keras membuka mataku yang berat ini. Tapi seberapa kerasnya aku membuka mataku, mata ini terus terpejam.Hari ini pelajaran matematika. Ya, matematika!Rasanya sangat sebal. Udah kemarin belajar matematika di bentak Jessen melulu, sekarang belajar matematika lagi. Ini rasanya ngak adil.Suara guru sudah bergema samar-samar di telingaku, semakin tak jelas. Aku benar-benar tidak konsentrasi lagi. Aku melipat kedua tanganku di meja dan menundukkan kepalaku di sana. Tidur sebentar akan membantu.Posisi ini sebenarnya sangat tidak etis untuk tidur. Tapi ntah kenapa aku tidur begitu lelap.Kedubrak"Eh copot." Latahku keluar seketika sesaat seseorang memukul keras mejaku."Valen! Udah nilai kamu selalu rendah, malah tidur lagi di kelas!" Jerit wanita paruh baya yang sedari tadi mengajar.Aku menundukkan kepala menyesal. "Ma maaf Bu." Kataku pelan.Wanita itu menunju
Aku menghirup aroma nasi goreng yang ada di hadapanku sambil menutup mata meresapinya. "Mm..."Aku membuka mata perlahan. Aku memandang Jessen yang ada di hadapanku. Tatapannya sangat tajam.Aku mengerutkan dahi. "Biasa aja dong." Aku melilitkan mie baksoku dengan garpu dan menyantap nya.Dia melipat kedua tangannya di meja. "Sayang."DegAku ngak salah dengar kan?... Sayang?!Aku buru-buru menelan makanan yang baru kulahap tadi dan meminum teh manis."Blah blah blah..." Aku kepanasan karena meneguk teh panas.Aku kembali melihat Jessen, dia tak bergeming."K kau... Maksudnya... Hah?" Kalimatku masih terbata-bata.Aku masih mengipasin lidahku yang kepanasan.Apa dia ingin aku jadi pacar yang uwu apa gimana?Tunggu, kok aku jadi panikan gini ya... Apa kubalas aja?"I ya... Sa sayang." Aku grogi.Dia malah terkekeh singkat. "Heh.""Sayang kalau kau ngak makan bakso pake saus dan ke
Aku melihat ke arah jam dinding di depan kelasku, 5 menit lagi pulang. Ck, lama banget sih, udah muak nih.Aku tak menghiraukan guru yang mengajar di depan kelas, aku udah sangat bosan. Rasanya gila sih aku masih ngak fokus belajar, padahal minggu depan aku ujian.Untuk menghilangkan rasa jenuhku aku menyoret-nyoret buku sele-seleku.KringggBel pulang pun berbunyi. Aku pun langsung membereskan buku pelajaranku dan kembali duduk dengan rapi."Berdiri!" Kata Jhon ketua kelas kami.Serentak kami berdiri."Beri salam.""Selamat siang pak." Ucap kami serentak."Ya." Pak Sudarmi pun pergi meninggalkan kelas.Murid-murid kelas juga beranjak dari kelas setelah pak Sudarmi pergi. Begitu pun aku.Tessa lagi ada keperluan dengan guru jadi aku hari ini pulang sendiri.DrettPonselku bergetar, kulihat nama setan di layar ponselku. Aku pun mengangkat panggilannya."Ha.""Jumpai aku di parkira
Aku sedikit kesal lihatnya, tapi karena aku sudah terbiasa dengan perilakunya yang seperti rambu lalu lintas yang cepat berubah-ubah jadinya aku tak terlalu marah.Aku melihatnya memakan mie buatanku. Cara makannya sangat estetis sekali, mungkin karna faktor wajah juga sangat mendukung. Jadi muncul di benakku suatu pertanyaan. "Jes." Panggilku.Jessen menggerakkan bola matanya ke arahku."Kau pernah pacaran ngak sebelumnya?" Pertanyaan yang tiba-tiba, tapi aku cukup penasaran dengannya."Kenapa?"Aku melipat kedua tanganku di atas meja makan. "Ngak apa... Cuma kepo aja."Jessen berhenti melihatku dan kembali menyantap mienya.Aku melentikkan jariku, menyadarkannya bahwa jawabannya masih gantung, walaupun aku tau lentikkan jariku tak berbunyi. "Jawab dong."Dia kembali mengarahkan bola matanya ke arahku. "Kalau ngak penting ngak usah di tanya.""Ck, penting tau." Aku mengerucutkan bibir kesal."Kau yang pertama." S
"Aaaaa..." Jeritku shock melihat apa yang telah di lakukan Jessen. "Gilaa..." Tambahku dengan suara yang lebih kencang.Badanku seperti di goyang-goyangkan, semakin lama semakin kuat. "Non... Non bangun... Non!" Aku membuka mataku, bernafas terengah-engah."Non ngak apa?!" Raut wajah bibi tampak panik.Aku masih coba menyadarkan diriku. Melihat keadaan di mana aku sekarang. Tunggu, aku di kamar?. "Bi, aku. kok. di. kamar?" Aku masih mencoba memahami keadaan ini."Tadi kau tertidur di lantai waktu kau berjalan ke kamarmu setelah kita belajar tadi." Ujar Jessen yang dari tadi berdiri bersender di kusen pintu kamarku.Aku menggelengkan kepala menyadarkan diri.Astaga... Kok bisa aku bermimpi mesum dengan si Jessen sih!Valen, kau, harus, cuci otak!Aku memukul pelan kepalaku. "Astaga."Bibi masih memperhatikanku kuatir. "Gimana perasaan non sekarang? Non sepertinya sangat kelelahan."Aku menggelengkan kepala. "Ngak a
Aku membuang wajahku yang sesaat cengo lihat perbuatannya yang manis. Aku tak akan baper lagi kali ini. Huh!"Jessen, sikapmu tak akan membuatku baper lagi." Ucapku bangga.Dia mengerutkan keningnya tersenyum sinis. "Memangnya udah berapa kali aku buat kau baper? Kok aku tak terasa?"Dia berkata seperti itu seolah-olah aku adalah orang yang baperan plus keganjenan tingkat dewa sama dia. "Dasar fuckboy!" Aku mendorong tubuhnya keras, walaupun seperti itu badannya hanya sedikit tertolak ke kanan."Aku bukan fuckboy." Ucapnya datar.Kan emang dia fuckboy! Ngak ngaku lagi. Udah Val, sabar aja."Iya, kau ngak fuckboy." Aku memutar bola mataku malas.Jessen kembali ke posisi awalnya -bersender pada bahu kursi dan menghadap depan-.Aku melihat ke arah kiriku, terlihat ada ayunan yang menganggur. "Naik ayunan yuk." Ajakku ke Jessen.Dia berdecak. "Kau saja."Aku menarik tangan Jessen sambil bangkit berdiri. "Ayolah Jes, m
Tok tok tok"Non, non... Makan dulu non... Dari tadi siang non tidur mulu. Non..." Panggil bibi dari belakang pintu kamarku.Ahr... Aku merenggangkan badanku baru terbangun dari tidurku, aku mendudukkan diriku dan beranjak ke pintu kamar dan membukanya. "Iya bi." Aku pun langsung berjalan ke meja makan di ikuti oleh bibi yang langsung menyediakan makanan di meja yang di hadapanku sekarang. "Ini non. Silahkan di makan."Tak banyak bicara aku langsung makan."Non dari tadi bibi perhatikan kok lemes amat non? Sakit ya non?" Bibi kuatir akan keadaanku.Aku melihat bibi sambil berusaha tersenyum. "Ngak bi, cuma kelelahan aja bi." Aku kembali memakan makananku. Setelah selesai aku kembali beranjak ke kamarku.Tak dapat di pungkiri hari ini terasa sangat mengesalkan. Apa coba si Jessen?! Kenapa tiba-tiba ngajak putus? Masa cuma gara-gara salah ucap dia langsung begitu!Kalau semakin kupikirkan rasanya semakin geram saja.Aku menutup p
Aku melap hidungku yang berair dengan tissu."Kau flu." Kak Rio memperhatikanku kuatir.Aku menggelengkan kepala. "Ah enggak kak. Palingan sebentar lagi sembuh."Kak Rio tersenyum. "Jadi makin suka kamu deh."Bibirku menjadi ternganga, aku menggelengkan sedikit kepala menyadarkan diri. Aku mengorek sedikit telingaku yang tak gatal. "A apa kak?"Raut wajah kak Rio yang tersenyum berubah menjadi kaku. "Em. maksudnya. Aku suka semangat kamu belajar. Hehe."Aku meng-oh ria dan kembali membahas soal yang ada di hadapanku.Selang beberapa saat kak Rio mulai bicara membuatku menoleh ke arahnya. " Em, aku beli minum dulu ya. Minum aku udah habis."Aku mengangguk setuju. Dia pun bangkit berdiri dan pergi.Saat ketika aku kembali membahas soalnya kepalaku terasa sangat sakit, apakah ini faktor terlalu memporsir belajar? Ntahlah, tapi rasanya sangat berdenyut. Aku masih mencoba berfikir untuk menjawab soal, tapi rasa sakitnya semak