Setelah percakapanku dengan Mas Jaka semalam, moodku pagi ini buruk sekali. Mas Jaka pagi tadi pun tidak menegurku seperti biasanya. Mungkin dia marah karena aku tidak menyetujui idenya. Dia kira aku akan menuruti perintahnya seperti biasa. Aku akan selalu mematuhi perintahnya tetapi tidak untuk yang satu itu. Karena prinsipku tidak ingin dipoligami.Karena moodku yang buruk, aku memutuskan untuk pergi ke panti asuhan saja. Aku ingin meminta pendapat Bu Hasna sekalian menghibur diriku dari masalah ini.[Mas aku mau pergi ke panti asuhan dulu, mau melihat kondisi Bu Hasna apakah sudah sembuh]Aku mengirimkan pesan pada Mas Jaka. Sambil menunggu balasannya aku langsung bersiap-siap untuk ke panti. Selesai aku bersiap ternyata Mas Jaka belum meberikan jawabannya, aku bingung mau tetap berangkat atau tidak. Mas Jaka tidak biasanya lama dalam membalas pesan. Akhirnya kuputuskan untuk tetap berangkat saja karena kupikir Mas Jaka sedang sibuk. Lagipula aku akan pulang sebelum Mas Jaka pulan
FLASHBACK ON"Tidak Surya, kamu jangan tinggalkan ibu sendirian. Kamu harus tetap disini menemani ibu," suara tangis Arini terdengar memilukan di telinga. Namun ternyata tangis pilu itu tidak cukup untuk menggoyahkan tekad Surya yang akan pergi dari rumah."Tidak Ma, ijinkan Surya mengalah pada Danu. Biarlah dia yamg mewarisi harta Papa. Surya tidak ingin terjadi perpecahan saudara, Ma. Tolong restui Surya," jelas Surya panjang lebar.Sejak surat wasiat dari sang papa dibacakan, telah terjadi perselisihan dalam keluarga tersebut. Hal ini dipicu oleh ketidak puasan Danu yang hanya mendapat jatah warisan 30% dari aang papa. Padahal mereka berdua sama-sama anak lelaki harusnya dibagi rata.Padahal bukan tanpa sebab Damar Hadiwiryawan, sang papa melakukan hal tersebut. Alasan sebenarnya adalah karena sang papa mengetahui kecurangan yang dilakukan Danu di perusahaan. Dia sering menggunakan uang perusahaan untuk foya-foya. Tentu saja sebagai kepala keluarga dan pemilik perusahaa, Damar haru
"Maafkan Nenek, Kinan. Senadainya waktu itu Nenek tidak depresi, Nenek tentu akan langsung membawa kamu untuk tinggal bersama Nenek," ucap Nenek Arini dengan penuh penyesalan.Kinan hanya terdiam mendengar cerita barusan. Sungguh seperti sinetron yang sering ditonton oleh Mahira di channel ikan terbang favoritnya. Dia bingung harus berkomentar apa untuk menanggapinya. Dia takut salah berucap, dia takut dia hanya bermimpi. Meskipun dia sebenarnya sangat senang jika memang kisah itu meman benar. Karena itu artinya dia masih punya keluarga untuknya berbagi keluh kesah nantinya."Nenek tahu kamu pasti kaget mendengar cerita ini. Nenek sungguh minta maaf, depresi yang Nenek derita ternyata membutuhkan pengobatan hampir 3 tahun di negeri Jiran. Dan pada saat Nenek kembali ke Indonesia, Nenek kembali harus dihadapkan pada kenyataan perusahaan yang sangat kacau balau dan di ujung tanduk. Nenek harus menyelamatkan perusahaan terlebih dahulu," jelas Nenek Arini panjang lebar."Maaf Nek, Kinan b
Setelah pertemuan yang mengharukan di panti asuhan, Nenek Arini berpamitan pulang setelah bertukar nomor telpon dengan Kinan. Nenek Arini meminta Kinan berjanji untuk sering menghubunginya dan hanya dijawab anggukan saja oleh Kinan. Karena pertemuan tadi, Kinan urung bercerita tentang kejadian yang menimpa rumah tangganya kepada Bu Hasna."Huuft, belum selesai satu masalah muncul lagi fakta baru yang mengejutkan," gerutu Kinan saat di taksi online. Beruntung supir taksi online tidak mendengar gerutuan Kinan. Bisa dikira gila nanti kalau ketahuan ngomong sendiri.Kinan melihat gawainya, ternyata tidak ada satupun telpin atau pesan dari suaminya. Dia merasa semakin jauh dari suaminya. Atau suaminya memang sengaja menjauhkan diri darinya. Kinan menghembuskan nafas keras karena otaknya penuh dengan berbagai macam fakta-fakta seperti di sinetron. Dia ingin kembali hidup damai seperti dulu. Kalau boleh memilih dia ingin kembali ke masa ketika kedua orang tuanya masih hidup."Papa, mama, Ki
Saat pintu kamar ku buka ternyata Mas Jaka sedang duduk membelakangiku menghadap jendela kamar. Dia sedang memandangi tanaman mawar hias yang ku tanam memanfaatkan sisan lahan kosong di samping rumah. Lumayan untuk mempercantik lahan daripada dibiarkan kosong begitu saja."Mas Jaka," ku sapa suamiku. Meskipun aku merasa bersalah karena pergi keluar tanpa ijin darinya, tapi aku merasa senang karena bisa bertemu nenek kandungku saat di panti tadi. Dan itu cukup untuk membuatku bahagia."Hem," jawab Mas Jaka singkat tanpa menoleh kepadaku."Maaf ya tadi Kinan pergi tanpa menunggu jawaban Mas Jaka. Kinan terburu-buru ingin ke panti tadi," terangku panjang lebar."Sejak kapan kamu menjadi kasar kepada ibuku, Kinan?" tanya Mas Jaka kepadaku."Hah tunggu maksudnya apa? Kasar kepada ibu gimana sih, Kinan nggak ngerti," sahutku bingung."Tidak usah pura-pura tidak tahu Kinan. Ibu sudah menceritakan semuanya. Kamu tadi minta ijin kepada ibu dan ibu tidak mengijinkanmu pergi lalu kamu tetap neka
POV JAKADuh sial kenapa aku harus bertemu Saskia disini. Padahal niat hati ingin mencari ketenangan tapi malah bertemu dia disini. Aku sedang malas memikirkan keinginan ibu, kenapa dia ada terus di sekelilingku."Aku boleh duduk disini kan Mas? Daripada duduk sendirian mending aku temani aja, gimana?" ucapnya dengan suara yang sedikit memmbuatku bergidik ngeri."Ya terserah kamu saja, aku mau ke kamar mandi dulu," jawabku sambil ngeloyor pergi ke kamar mandi. Aku harus cepat-cepat kabur sebelum tergoda dengan rayuan Saskia.Dan aku masih tertahan di toilet, kulihat Saskia masih terus melihat ke arah toilet. Duh gimana aku bisa kabur kalau diliatin terus kayak gini. Akhirnya aku mendapatkan kesempatan kabur saat kulihat pelayan mengantarkan pesanan ke meja. Gegas aku kabur sebelum terjadi hal yang tidak kuinginkan.Aku mendesah nafas lega begitu sudah sampai di mobil dengan selamat. Fiuh akhirnya, batinku. Lalu kujalankan mobil dengan cepat meninggalkan cafe sebelum Saskia menyadari a
Kinan berjalan mondar-mandir di kamarnya. Jaka yang tidak pulang semalaman tentu saja membuatnya khawatir. Apalagi kemarin dia pergi dalam keadaan marah. Hal yang jarang sekali pria itu tampakkan selama mereka berumah tangga. Wajar saja kalau Kinan merasa gelisah apalagi ponsel lelaki tersebut juga tidak bisa dihubungi sejak semalam. Membuat Kinan merasa semakin khawatir dan merasa bersalah.Sedangkan ibu mertua Kinan hanya bermain ponsel dan tidak terlihat khawatir dengan keadaan anak lelakinya itu. Entahlah Kinan tidak begitu memperdulikan kelakuan ibunya. Karena dia takut salah berkata yang bisa mengakinatkan perseteruan lagi. Sungguh Kinan sudah merasa lelah dengan keadaan rumah tangganya sekarang. Seolah tidak ada kedamaian lagi di dalam rumah tangganya. Dia merindukan kehidupannya yang damai tanpa ada permusuhan. Tapi sekali lagi seolah takdir belum bisa berpihak kepadanya."Mbak Kinan dari tadi mondar-mandir terus pusing deh aku ngeliatnya," sindir Imel dengan sinis.Kinan han
Keluarga adalah tempat untuk pulang dalam keadaan apapun. Seberat apapun permasalahanmu maka tempatmu kembali adalah keluarga. Sekuat apapun kamu, sekaya apapun kamu suatu saat kamu akan membutuhkan kembali keluargamu untuk mengisi kembali energi yang terpakai.Sore harinya Jaka kembali pulang ke rumah buru-buru, dia begitu rindu pelukan hangat istrinya. Dia rindu belaian istrinya. Kepergiannya menyendiri telah menyadarkannya kalau dia tak ingin kehilangan istri yang sudah menemaninya selama ini."Assalamualaikum, sayang Mas pulang," Jaka mengucap salam. Dilihatnya ruang tamu begitu berantakan. Terdapat banyak remah-remahan sisa keripik kentang di meja. Bahkan bungkus bekas makanan ringan dan minuman kaleng bersoda juga berserakan di atas meja. Jaka yang moodnya masih baik tak mau ambil pusing terhadap kerusuhan di ruang tamu rumahnya. Yang ada di pikirannya, dia rindu istrinya dan ingin segera memeluknya.Saat membuka pintu kamar, Jaka tidak mendapati Kinan. Terdengar suara gemericik