Ponsel Athalia berdering, itu panggilan dari nomor tidak dikenal. Kening Athalia berkerut, siapa orang yang menghubunginya tengah malam.
"Halo." Athalia memilih untuk menjawab panggilan itu. Mungkin saja itu sesuatu yang penting.
"Ah, Baskara. Lebih dalam... Ya, ya, seperti itu."
Tubuh Athalia menegang. Ia jelas mengenal siapa pemilik suara itu. Shylla, apakah wanita tidak tahu malu itu menghubunginya hanya untuk memberitahu bahwa sekarang ia sedang bercinta dengan Baskara?
Setelah itu Athalia mendengar suara erangan Baskara yang jelas ia hafal. Ia bercinta dengan pria itu selama tujuh tahun, tidak mungkin ia tidak mengenali suara itu.
Athalia merasa sangat jijik dengan Shylla dan Baskara sekarang. Tidak menunggu lebih lama, ia memutuskan panggilan itu.
Sepertinya Shylla dengan sengaja ingin menyakitinya, sayangnya Athalia harus mengecewakan Shylla karena ia tidak tersakiti sama sekali. Ia bahkan dengan sukarela menyerahkan Baskara pada Shylla. Wanita itu tampaknya sangat menyukai barang bekasnya, jadi ia akan membiarkan wanita itu menikmatinya selamanya.
Namun, tidak dipungkiri bahwa Athalia merasa marah. Ia marah pada dirinya sendiri karena telah begitu percaya pada bajingan seperti Baskara.
Ia menghabiskan waktunya dengan melakukan hal bodoh. Dahulu ia selalu percaya jika Baskara tidak pulang ke rumah karena lembur bekerja atau melakukan pekerjaan ke luar negeri.
Siapa yang tahu bahwa sebenarnya itu hanya alasan Baskara agar bisa berhubungan dengan wanita simpanannya.
Athalia tersenyum hambar. Ia mengasihani dirinya sendiri yang bahkan tidak bisa mencium kebohongan pria yang tidur di sebelahnya.
Berhenti menyalahkan dirinya sendiri, Athalia menghubungi Lalunna. "Di mana kau sekarang?"
"Kediamanku."
"Temani aku minum."
"Baik."
"Club malam terbaik di kota."
"Aku akan segera ke sana."
Athalia memutuskan panggilan itu. Ia turun dari ranjang, mengganti gaun tidur sutranya dengan sebuah dress selutut yang bergaya sopan.
Athalia mendengus sekali lagi, hidupnya tampaknya memang sangat membosankan dan selalu berjalan di garis yang lurus.
Lihat saja, ia bahkan tidak memiliki gaun malam yang terbuka. Ia selalu membeli pakaian yang sopan. Alasannya adalah karena Baskara. Ia tidak ingin Baskara dikritik dengan penampilannya yang tidak baik.
Athalia tidak ingin lagi menjalani hidup yang seperti itu. Ia harus pergi untuk bersenang-senang mulai dari sekarang. Hidupnya telah ia habiskan untuk mengabdi pada seseorang yang salah.
Besok ia harus mengatur ulang isi lemarinya. Membeli lebih banyak gaun terbuka untuk menyenangkan dirinya sendiri.
Athalia mengambil sepasang sepatu hak sembilan senti meter lalu mengenakannya. Kaki panjangnya terlihat sangat mempesona.
Setelahnya ia menyapu wajahnya dengan riasan tipis. Lalu mengenakan anting dan kalung untuk melengkapi penampilannya malam ini.
Athalia merasa puas dengan pantulan dirinya di cermin.
Meraih kunci mobilnya, Athalia keluar dari kediaman mewahnya dan Baskara.
Jalanan malam ini cukup sepi, hanya dalam waktu sepuluh menit mobil yang Athalia kendarai sampai di parkiran club malam yang terletak di jantung kota.
Athalia keluar dari mobilnya. Ia melangkah menuju ke pintu club malam yang dijaga oleh dua pria bertubuh kekar.
Suara musik dengan volume keras menyapa Athalia ketika ia masuk ke dalam club. Seperti biasanya, ada ribuan manusia di dalam sana. Athalia bergerak ke arah bartender. Ia mengambil tempat duduk yang kosong lalu memesan minuman.
Ia tidak khawatir jika kejadian terakhir terulang lagi ketika ia mabuk, karena kali ini ia mengajak Lalunna untuk bergabung dengannya.
Lalunna memiliki toleransi cukup baik dengan alkohol, jadi wanita itu bisa menyelamatkannya ketika ia sudah mulai kehilangan kesadaran dirinya.
"Athalia." Suara itu disertai dengan tepukan di pundak Athalia.
Athalia melihat ke samping, ia menemukan Lalunna di sebelahnya. Sahabatnya itu mengenakan dress ketat tanpa lengan berwarna merah. Lalunna terlihat seksi dan menggoda.
"Apa yang terjadi?" tanya Lalunna. Ia memberi isyarat pada bartender untuk memberikannya satu cangkir minuman. Lalunna sudah menjadi anggota VIP club malam itu, jadi bartender sudah sangat hafal pesanan Lalunna.
"Sebelum aku berangkat ke sini, aku menerima panggilan dari nomor tidak dikenal, dan ternyata itu adalah simpanan Baskara. Tahu apa yang aku dengar?" Athalia menjeda kalimatnya. Lalunna terlihat penasaran. "Suara percintaan antara Baskara dan simpanannya."
Lalunna berdecih sinis. "Aku pikir wanita itu sengaja menghubungimu agar kau tahu bahwa Baskara bersamanya."
"Tepat sekali."
"Aku masih tidak menyangka pria seperti Baskara bisa melakukan hal seburuk itu. Kau tahu sendiri Baskara merupakan gambaran suami sempurna idaman banyak wanita. Ckck, bisa-bisanya dia bermain api di belakangmu." Lalunna selalu merasa jengkel jika membahas Baskara.
Ia benar-benar membenci siapa saja yang membuat sahabatnya sedih.
"Semua orang bisa berubah, Lalunna. Kita hanya perlu menjadi pintar untuk mengenali perubahan mereka." Athalia menyesap minumannya.
Lalunna mengkhawatirkan Athalia, ia memperhatikan wajah sahabatnya dengan seksama. "Kau baik-baik saja, bukan? Jika kau membutuhkan bantuanku untuk mengirim simpanan Baskara ke neraka aku pasti akan membantumu."
Athalia tertawa geli. "Aku sangat berterima kasih atas kesetia kawananmu. Hanya saja aku tidak ingin melakukan hal bodoh terhadap simpanan Baskara. Wanita itu tidak terlalu penting untuk mendapatkan perhatian dariku."
"Tapi dia merebut suamimu."
"Jika Baskara tidak ingin maka perselingkuhan mereka tidak akan terjadi. Semua salah Baskara."
"Baiklah, lupakan saja tentang pasangan sampah itu. Mari kita mabuk malam ini. Jangan pulang sebelum mabuk, okay?" Lalunna mengangkat gelasnya.
"Okay!" Athalia juga mengangkat gelasnya, mengadu gelas itu dengan milik Lalunna.
"Mau turun ke lantai dansa?" tanya Lalunna.
"Ya, ayo." Athalia meninggalkan tempat duduknya, ia melangkah bersama dengan Lalunna ke lantai dansa.
Beberapa pria yang melihat Athalia dan Lalunna tidak tahan untuk tidak mendekati mereka. Dua wanita cantik tanpa pasangan, bukankah terlalu sia-sia jika dibiarkan.
"Nona, butuh teman?" Seorang pria bertanya pada Lalunna dengan suara keras yang diredam oleh musik yang berputar.
"Tidak, terima kasih." Lalunna menolak dengan halus. Ia memang memiliki kehidupan yang bebas, tapi ia tidak membiarkan sembarang pria menjadi temannya. Lalunna juga mewakili Athalia, malam ini Athalia tidak ingin berkencan dengan pria mana pun.
Masih cukup sulit baginya melakukan itu secara sadar.
Dari lantai atas, seseorang tengah memperhatikan Athalia yang berjoget di tengan keramaian. Meski ada banyak orang di sana, orang itu masih bisa mengenali Athalia.
Ada perasaan marah di dalam pria itu mendapati Athalia di club yang diisi oleh banyak penjahat kelamin. Tempat seperti ini terlalu berbahaya untuk Athalia.
Pria itu sesekali mendengarkan ucapan pria di sampingnya, tapi ia tidak mengalihkan pandangannya dari Athalia.
Malam semakin larut. Athalia masih berada di club dengan kesadarannya yang sudah mulai hilang. Namun, Athalia masih enggan untuk meninggalkan club. Ia terus minum ditemani oleh Lalunna.
"Athalia, kau sudah sangat mabuk. Ayo aku antar kau pulang." Lalunna meraih tubuh Athalia. Seperti yang Athalia perkirakan, Lalunna menyelamatkannya dari berakhir dengan pria tidak dikenal.
Lalunna sedikit mabuk, tapi ia masih cukup sadar untuk mengantar Athalia kembali ke kediamannya. Mungkin ia tidak akan menyetir, ia akan memanggil taksi agar tidak membahayakan keselamatan orang lain.
Keluar dari club malam, Lalunna menahan berat badan Athalia. Sesekali Athalia hampir terlepas dari pegangannya.
"Lalunna." Suara berat itu membuat Lalunna melihat ke samping.
"Kanaka." Lalunna sedikit terkejut menemukan seseorang yang ia kenali di club ini.
"Berikan Athalia padaku."
"Apa?" Lalunna merasa ia salah dengar. Mungkin efek dari minuman yang ia konsumsi tadi.
"Berikan Athalia padaku."
"Kau mengenal Athalia?"
"Ya." Kanaka kemudian mengambil alih Athalia dari Lalunna.
Lalunna tercengang sejenak. Ia jelas tahu bahwa Kanaka enggan bersentuhan dengan wanita. Namun, saat ini bukan hanya bersentuhan, Kanaka merangkul Athalia.
Seumur hidupnya, ia tidak pernah melihat Kanaka melakukan hal seperti ini pada seorang wanita. Ia mungkin tidak begitu dekat dengan Kanaka meski ia dan Kanaka masih memiliki hubungan kekeluargaan. Namun, ia cukup tahu apa yang sangat dibenci oleh Kanaka.
"Kau tidak akan berbuat buruk pada Athalia, kan?"
"Lalunna, apa kau pikir aku akan menjualnya? Aku punya banyak uang," seru Kanaka.
"Kanaka, Athalia wanita baik-baik."
"Aku tahu," seru Baskara. "Aku menyukai Athalia."
"Kalau begitu kau bisa membawanya." Lalunna menyerahkan Athalia sepenuhnya pada Kanaka. Ia merasa bahwa Kanaka akan lebih bisa menjaga Athalia daripada dirinya.
"Kalau begitu kami pergi." Kanaka menggendong Athalia setelah anggukan Lalunna.
Lalunna masih merasa apa yang terjadi barusan tidak nyata. Keluarga Rajendra telah mencarikan Kanaka wanita cantik dari berbagai belahan dunia dengan latar belakang yang baik, tapi siapa yng menyangka jika Kanaka ternyata tertarik pada Athalia.
Lalunna tidak berpikir bahwa Athalia tidak sebanding dengan wanita-wanita yang dicarikan oleh keluarga Rajendra, tapi ini hanya sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Sangat bagus, Athalia. Kau mendapatkan tangkapan yang besar." Lalunna merasa sangat senang untuk sahabatnya. Setelah dikhianati oleh Baskara, Athalia mendapatkan Kanaka.
Siapa di dunia ini yang bisa menyinggung Kanaka? Baskara bahkan bukan apa-apa.
Lalunna merasa sangat senang sekarang, Athalia akan menjadi bagian dari keluarganya.
tbc
Kanaka membaringkan tubuh Athalia ke atas ranjang besar miliknya. Pria itu tidak membawa Athalia ke hotel melainkan ke kediamannya.Kanaka melepaskan sepatu yang Athalia kenakan, lalu ia membuka dress Athalia yang kotor. Di mobil Athalia memuntahkan isi perutnya hingga mengenai baju yang dipakainya juga mengotori mobil Kanaka.Biasanya Kanaka akan membenci hal-hal menjijikan seperti itu, tapi demi Athalia, ia bukan hanya bertahan dengan bau muntahan tidak sedap Athalia, tapi juga membersihkan tubuh Athalia.Mata Athalia terbuka, ia menatap Kanaka yang saat ini berada di depan wajahnya hanya dengan jarak kurang dari dua puluh senti meter.Kedua tangan Athalia bergerak, merangkul leher Kanaka. Menariknya mendekat lalu mencium bibir pria itu. Athalia tidak sadar sama sekali atas apa yang ia lakukan. Ia hanya melihat wajah tampan Kanaka dan sayang untuk melewatkannya.Kanaka yang sedang memegang handuk hangat menengkram handuk dengan kuat, ia tidak ing
Athalia tidak memikirkan apa yang Kanaka katakan padanya beberapa saat lalu. Ia anggap pria itu hanya bermain-main dengannya.Akal sehat Athalia mengatakan bahwa tidak mungkin Kanaka menyukainya dalam artian yang sebenarnya. Pria itu mungkin hanya ingin bermain-main saja dengannya.Terlebih Kanaka juga mengetahui bahwa ia memiliki suami. Seorang pria luar biasa seperti Kanaka tidak mungkin akan berhubungan dengan seseorang yang sudah menikah.Ada banyak wanita lajang di luar sana yang bisa dijadikan oleh Kanaka sebagai teman hidupnya.Pintu ruang kerja Athalia terbuka, wanita yang tengah sibuk menyusun daftar pekerjaannya untuk R Group mengalihkan pandangannya dari berkas di mejanya ke orang yang masuk ke dalam ruangannya."Lalunna, ke mana saja kau semalam?!" Athalia menatap sahabatnya galak. Ia benar-benar mengandalkan Lalunna semalam, tapi yang terjadi ia terbangun tanpa busana di ranjang milik Kanaka.Lalunna tersenyum tanpa rasa bersala
Baskara menerima pemberitahuan dari ponselnya bahwa kartu yang ia berikan pada Athalia digunakan. Kening Baskara sedikit berkerut ketika ia melihat jumlah yang dihabiskan oleh Athalia untuk belanja di butik langganan Athalia.Apa saja yang Athalia beli dengan uang belasan juta dolar. Baskara tidak mempermasalahkan berapa uang yang dihabiskan oleh Athalia, ia hanya heran karena tidak biasanya Athalia akan berbelanja sebanyak itu.Gaya hidup Athalia sangat hemat, Baskara bahkan pernah mengeluh tentang ini pada Athalia. Baskara mencari uang untuk memanjakan Athalia, jadi ia ingin istrinya menghabiskan lebih banyak uang agar ia bisa bekerja lebih semangat untuk memenuhi keinginan Athalia.Akan tetapi, Athalia bukan orang seperti itu. Sejak kecil Athalia sudah tahu betapa kerasnya hidup. Athalia menghargai setiap sen yang didapatkannya. Itulah kenapa Athalia hanya membeli barang-barang yang ia butuhkan, bukan ia inginkan.Banyak orang menyebut Athalia wanita m
Shylla mendatangi kediaman orangtua Baskara, wanita ini hendak mengadu tentang bagaimana Athalia menghabiskan puluhan juta dolar untuk set perhiasan. Shylla tidak akan mungkin membiarkan Athalia lolos begitu saja setelah wanita itu menghinanya."Sayang, kau datang." Ibu Baskara tersenyum cerah melihat menantu keduanya yang sudah ia anggap sebagai satu-satunya menantu yang ia miliki. Sayang sekali ia belum bisa mengakui Shylla di depan banyak orang."Aku kebetulan berada di sekitar sini, jadi aku memutuskan untuk mengunjungi Mommy." Shylla bersuara lembut. Wanita ini tidak perlu melakukan banyak hal untuk mendapatkan hati ibu Baskara karena Shylla sudah memenuhi kriteria menantu idaman keluarga Baskara."Ah, seperti itu. Ayo duduklah. Kau datang di saat yang tepat. Mommy juga sendirian di rumah ini. Daddymu sedang ke luar kota untuk pekerjaan, sedangkan dua adikmu melakukan kegiatan mereka masing-masing dengan teman-teman mereka."Shylla duduk di sebelah i
Ponsel Athalia yang terletak di meja berdering. Ia meliriknya dengan malas, di sana tertera panggilan dari suaminya. Jika saja tidak diingatkan oleh panggilan itu, ia akan lupa bahwa ia memiliki suami.Sudah tiga hari sejak pertemuan terakhir Athalia dengan Baskara. Tentu saja bajingan itu lebih memilih untuk tinggal dengan Shylla daripada dengannya. Tidak, Athalia tidak berharap sama sekali Baskara akan menghabiskan waktu dengannya.Demi Tuhan, Athalia merasa begitu muak dengan Baskara. Tiga hari lalu ia semakin kehilangan rasa terhadap Baskara. Pria itu tampak sangat memikirkan perasaan Shylla, tapi mengabaikan perasaannya.Apakah itu bentuk cinta Baskara padanya? Sangat menggelikan. Athalia yakin, jika ia tidak memiliki bukti maka sepenuhnya Baskara akan percaya bahwa ia adalah seorang wanita berdarah dingin yang ingin membunuh janin dalam kandungan Shylla.Athalia memilih untuk mengabaikan panggilan itu. Hidupnya sudah cukup damai beberapa hari ini ta
Sinar matahari membangunkan Athalia. Wanita itu merasa tubuhnya seperti habis dipukuli oleh banyak orang. Kanaka benar-benar tidak memiliki belas kasihan, terus menerus menyatukan tubuh dengannya seperti tenaga pria itu tidak berkurang sama sekali.Athalia sudah bercinta dengan Baskara bertahun-tahun lamanya, tapi harus ia akui bahwa kehebatan Baskara di atas ranjang tidak bisa disamakan dengan kehebatan Kanaka. Jika Lalunna tidak memberitahunya bahwa Kanaka tidak pernah mengizinkan wanita mana pun menyentuhnya, maka ia akan menilai pria yang begitu mahir di atas ranjang itu telah tidur dengan banyak wanita."Kau sudah bangun, Athalia?" Suara berat Kanaka terdengar di telinga Athalia. Wanita yang masih terbaring di atas ranjang itu segera melihat ke arah Kanaka yang mengenakan setelan kerja berwarna abu-abu.Athalia terpesona sejenak. Semakin sering Athalia melihat Kanaka, ia merasa Kanaka semakin tampan dan seksi. Pesonanya benar-benar mematikan.
"Aku pikir kau tidak menjalankan tugasmu dengan benar, Yasa." Kanaka menatap Yasa tajam.Aura dingin yang selalu Yasa rasakan ketika ia berada di dekat Kanaka kini terasa semakin dingin, seolah kutub es dipindahkan ke dalam ruangan itu.Yasa tidak tahu di bagian mana ia tidak menjalankan tugas dengan baik, ia merasa perintah dari atasannya sudah ia lakukan dengan cepat. Selain itu harusnya hasilnya memuaskan karena pelaku perusakan galeri Athalia ditemukan dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam."Maafkan saya, Tuan. Saya salah." Yasa tidak berani mengeluh. Ia hanya bisa mengakui kesalahannya."Buat Baskara lebih sibuk lagi sampai dia tidak bisa mengurusi istrinya!" titah Kanaka."Baik, Tuan." Yasa kini tahu di mana kesalahannya. Masalah yang ia buat untuk Baskara masih tidak terlalu menyibukan pria itu sehingga masih bisa memikirkan tentang Athalia."Lalu, apa yang harus saya lakukan terhadap orang-orang yang sudah merusak galeri Bu Ath
Kepala Baskara' seperti akan meledak. Ia tidak mengerti kenapa semua rencana yang sudah ia susun dengan matang kini hancur berantakan. Proyek-proyek bernilai tinggi, yang telah ia perjuangkan dengan seluruh perhatiannya kini terlepas dari genggamannya.Ia benar-benar yakin bahwa perusahaannya yang akan memenangkan proyek-proyek itu, tapi di deti-detik terakhir, proyek itu jatuh ke perusahaan lain yang telah bersaing dengannya selama bertahun-tahun.Raut wajah Baskara menjadi sangat jelek. Ia kelelahan setelah beberapa hari menghadapi tekanan demi tekanan. Ia bukan pria lemah yang mengandalkan kekuatan orang lain untuk bertahan di posisinya, telah banyak usaha yang ia lakukan, tapi ia tidak pernah menemukan kegagalan.Namun, yang terjadi pada perusahaannya kali ini jauh lebih dari yang bisa ia tangani. Ia harus menghubungi banyak orang untuk meminta penjelasan, tapi tak satu pun dari mereka yang memberikannya jawaban puas.Ia yakin bahwa prop