Share

Part 12 Hati Lelaki 1

MASIH TENTANGMU

- Hati Lelaki

Mobil berhenti di depan pagar sekolahan Antika. Di sana juga sudah berjajar beberapa kendaraan yang mengantarkan anak-anak ke sekolah. Momen di pagi hari yang menyejukkan mata. Di sebuah Sekolah Dasar favorit tempat Antika belajar.

"Sayang, kita sudah sampai," ujar Gama sambil tersenyum. Namun Antika cemberut. Sama sekali tidak mau memandang sang papa. Wajahnya muram sambil menarik handle hendak membuka pintu mobil.

"Sebentar papa yang bukain, nanti Antik jatuh." Gama lekas turun dari mobil. Tapi Antika sudah berhasil turun sendiri meski dengan susah payah. Kemudian menyeret tasnya meninggalkan sang papa.

"Sayang, nggak salim sama papa dulu." Gama melangkah lebar untuk mengejar gadis kecilnya yang tengah 'ngambek'.

Antika menoleh sebentar untuk menunjukkan muka cemberutnya. Gama tersenyum lantas menghampiri. Mengulurkan tangan menunggu untuk disambut putrinya.

Cukup lama tangannya tertahan di udara, tanpa memandang sang papa, Antika mencium tangan lantas kembali menyeret tasnya masuk halaman sekolah. Tidak memberikan kesempatan pada Gama untuk mencium pipinya seperti biasa.

Dia sedang marah karena pertanyaannya belum terjawab, keburu mereka sudah sampai di sekolahan. Antika tidak menyukai 'mama baru'.

Gama terus memandangi Antika yang disambut oleh teman-temannya dan mereka beriringan masuk ke dalam kelas.

Lucu dan sedih melihat Antika seperti itu. Anaknya sudah mengerti apa itu ibu baru dan ayah baru, meski belum tahu apa perceraian.

"Putrinya lagi ngambek ya, Mas," seloroh seorang wanita setengah baya, yang berdiri tidak jauh darinya. Dia juga tengah mengantarkan seorang anak laki-laki.

"Iya, Bu."

Gama memperhatikan pintu ruang kelasnya Antika yang berada paling ujung. Ruang kelas satu. Dia tidak mendapati putrinya mengintip dari sana. Antika benar-benar marah.

Tidak tahukah kalau papanya juga sedang gelisah? Gama menghela nafas panjang. Setelah berdiri beberapa saat, akhirnya kembali ke mobil dan langsung berangkat ke kantor.

Sampai di ruangannya sudah menumpuk berkas yang mesti di cek dan di tandatangani. Laki-laki berkemeja warna navy itu menghempaskan diri di kursinya. Diam beberapa saat sebelum menyentuh setumpuk berkas di atas meja.

Dia masih terbayang bagaimana cemberutnya wajah imut Antika. Wajah protes karena tidak menjawab pertanyaannya. Nanti jika mereka bertemu lagi, pertanyaan itu pasti kembali di ulangi.

Gama mengambil ponsel di saku celananya. Benda pipih yang bergetar sejak tadi. Ada beberapa panggilan masuk dan pesan dari Alita. Gama hanya menjawab singkat dan bilang bahwa dia telah sampai di kantor.

Cemberutnya Antika membuat gelisah.

***L***

Jika selama ini Dea yang gusar, tapi sekarang ganti Alita yang kelabakan. Gadis itu tidak tenang selagi belum mendapatkan kepastian dari kekasihnya. Rekan kantor juga sudah tahu tentang pertunangan dan perseteruannya dengan Dea. Andai pernikahan ini batal. Sumpah, mau di taruh mana harga dirinya.

Sedangkan Dea terlihat tenang dan sibuk dengan pekerjaannya. Tenang tampak di hadapan orang lain. Namun isi hatinya hanya dia yang tahu.

Setelah rekan-rekan kerjanya tahu semua, ia harus pandai mengontrol perasaannya. Biar yang mereka tahu bahwa dirinya tetap baik-baik saja. Toh ia dan Gama juga sudah berpisah cukup lama.

Ketika tengah sibuk dengan komputer, ponsel di sebelahnya berpendar. Masuk satu pesan dari nomer asing.

[Hai, Deandra. Sibuk pagi ini?]

Dea melihat foto profil dari si pengirim. Rupanya dia dokter Angkasa.

[Biasa, Dok. Rutinitas pekerjaan.] Emot senyum.

[Saya ingin mengajakmu lunch nanti. Bisa?]

Dea terperanjat dengan pesan yang baru saja masuk. Ajakan makan siang bersama. Apa dokter yang super sibuk itu ada waktu? Sebab dokter Angkasa merupakan dokter spesialis yang memiliki banyak pasien. Hampir setiap hari di tempat prakteknya penuh pasien yang mengantri. Dia dokter terkenal yang memiliki beberapa pasien dari luar kota.

Jika sesibuk itu dia menyempatkan mengajak untuk makan siang, rasanya kasihan jika harus ditolak. Sebenarnya dia juga sudah beberapa kali bertemu dengan dokter Angkasa meski tidak sengaja. Orangnya sangat ramah.

[Makan siang di mana ,Dok?]

[Terserah kamu, maunya di mana? Tentukan tempatnya, nanti saya akan datang ke sana.]

Dea masih termenung menatap layar ponselnya. Ada rasa bimbang. Statusnya sebagai seorang janda, membuatnya kembali berpikir ulang untuk melakukan pertemuan dengan lelaki di luar.

[Apa saya perlu menjemputmu?]

Buru-buru Dea mengetik balasan.

[Tidak perlu, Dok. Saya akan pergi tapi mengajak teman.]

[Oke, nggak masalah. Tentukan tempatnya, ini mau saya tinggal dulu untuk visit pasien.]

Dokter Angkasa bukan laki-laki pertama yang mengajaknya ketemuan setelah dia tanpa pasangan. Ada beberapa kenalan yang ingin menjalin hubungan lebih serius. Tapi Deandra membatasi diri. Jujur saja, hatinya masih tertinggal pada sosok cinta pertamanya.

Namun jika sekarang Gama telah menentukan pilihan. Dea bisa apa. Bahkan sebentar lagi mereka pasti akan segera menikah. Bukankah ia juga harus meneruskan hidup. Empat tahun setia menunggu Gama berjuang kembali, nyatanya sekarang laki-laki itu telah memutuskan untuk segera menikah dengan perempuan lain. Bermakna, dirinya sudah tidak ada lagi dalam hidup laki-laki itu.

Saat pekerjaannya agak longgar, Dea menghampiri meja Hani.

"Ada apa?" tanya wanita berhijab abu-abu yang tengah sibuk dengan layar komputernya.

"Nanti ikut aku makan siang di luar, Han."

Hani memandang sahabatnya.

"Dokter Angkasa ingin mengajakku lunch."

"Habis itu, kenapa kamu mengajakku. Pergilah sendiri. Semoga ini akan menjadi awal yang baik buatmu." Hani turut menaruh harapan.

"Apaan sih. Kami hanya makan siang saja."

"Awalnya memang begitu. Aku yakin dokter yang pernah kamu ceritakan itu pasti sedang jatuh cinta padamu."

Dea tersenyum kecil di sudut bibirnya. Masih ada rasa bimbang. Sebab ini terlalu awal untuk menyimpulkan.

"Aku sudah bilang kalau akan mengajak teman. Dokter Angkasa nggak mempermasalahkan. Kamu ikut ya!"

Melihat wajah memohon dari Dea, akhirnya Hani mengiyakan. Mungkin Dea memang masih butuh teman untuk pertemuan pertama kali ini. Tidak mengapa dia ikut. Semoga ini akan menjadi awal yang indah untuk sahabatnya.

"Jangan ragu lagi. Aku dah stalking akun dokter itu. Keren tahu. Tampan pula." Hani berapi-api memberikan penilaian. Berharap sekali Dea segera move on dari Beruang kutub yang coolnya minta ampun itu.

Jujur saja, Hani suka lelaki yang cuek. Tapi peka. Tidak seperti Gama yang kakunya tidak main-main. Katanya sayang, tapi egonya juga setinggi langit.

"Mau janjian di mana?" tanya Hani.

"Dekat sini saja, Han. Hari ini aku bawa motor soalnya."

"Oke," jawab Hani. Kemudian Dea kembali ke mejanya. Melanjutkan pekerjaan yang harus selesai hari itu. Kejar target menjelang akhir tahun begini. Laporan juga harus segera selesai.

Namun tak dipungkiri kalau pikirannya tengah berputar-putar. Sudah berapa kali ia menghindar dari lelaki yang berniat menjalin hubungan serius dengannya. Ada juga seorang dosen, teman dari kakaknya.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
smngat Dea.... km hrs move on.... km past bisa...
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
gpp Dea. kalopun kamu belum bisa menerima dokter Angkasa, minimal berteman dulu. siapa tahu kalian nanti cocok
goodnovel comment avatar
miss calla
Ayo move on deandra, bener move on itu susah tapi kamu itu sgt berharga, gapantas sama gama yg gatau ngehargain kamu..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status