Share

Fakta yang Terkuak

Sebuah mobil Rolls Royce memasuki pekarangan mansion Hugo. Ternyata itu adalah mobil George dan Melda–orang tua Hugo. Mereka datang berkunjung karena ada urusan yang cukup penting.

Setelah memarkirkan mobil, George dan Melda berjalan masuk ke dalam mansion. Namun, perjalanan mereka berhenti di ruang tengah. Di sana, sudah terlihat Hugo duduk di sofa bersama Chloe.

"Ada urusan apa kau memanggil kami berdua ke sini, Nak? Dan di mana Elea?" tanya Melda beruntun. Pertanyaannya barusan membuat wajah Hugo dan Chloe mendadak muram.

"Cepat panggilkan Elea!" perintah Chloe pada seorang pelayan. Sesaat setelah itu, tidak ada yang membuka pembicaraan lagi. Sampai akhirnya, pelayan yang diutus oleh Chloe tadi kembali.

Wajah pelayan itu terlihat sangat pucat. "Nona Elea tidak ada di kamarnya, Nyonya. Saya sudah mencari ke seluruh ruangan, tapi saya tidak menemukan apa pun," ujarnya sambil mengatur napas. Semua orang yang ada di ruang tengah pun langsung terlonjak.

"Ke mana dia pergi? Oh, atau jangan-jangan... dia sudah kabur bersama selingkuhannya?!" pekik Chloe tiba-tiba.

Kening Melda pun berkerut. "Apa maksudmu? Selingkuhan apa?!" bentaknya.

"Honey, tenangkan dirimu. Tidak baik jika kau emosi seperti ini," timpal George yang sedari tadi diam saja. Pria paruh baya itu mengelus pelan pundak istrinya.

"Elea sekarang sedang hamil dan dia terbukti berselingkuh dengan mantan pengawal mansion ini. Ada seseorang yang mengirimiku fotonya tidur tanpa busana bersama pria itu," terang Chloe. Dia mencoba memengaruhi pikiran semua orang yang ada di sana.

Namun sayang, tanpa dirinya sadari, Hugo sudah lebih dulu mengutus orang untuk menyelidiki soal foto yang ditunjukkan padanya tadi. Dirinya tidak berniat untuk menuduh Elea. Namun sayang, sikap yang ditunjukkannya tadi membuat sebuah kesalahpahaman.

Rahang Hugo mengeras. Dengan langkah lebar, dia mendatangi kamar Elea dan mengabaikan Chloe yang mencoba mencuci otak orang tuanya. Sesampainya di sana, pria itu mulai mengobrak-abrik isi kamar istri keduanya.

"Elea!" panggil Hugo dengan lantang. Namun sayang, tidak ada siapa pun yang menjawab.

Kemudian, Hugo menghubungi seseorang lewat ponselnya untuk meminta bantuan mencari Elea. Setelah selesai, dia pun kembali ke ruang tengah. Netra hitam legamnya melihat sang asisten–Jay yang membawa sebuah amplop cokelat.

"Tuan, ini adalah dokumen yang kau minta. Di sana juga sudah ada flasdisk yang berisi rekaman video," ujar Jay sambil menyerahkan bawaan yang dibawanya.

Hugo menerima amplop tersebut dan mulai membukanya. Matanya seketika membelalak saat melihat isi dokumen. Di sana ada bukti chat Chloe dengan seseorang. Wanita itu meminta tolong untuk mengedit foto mantan pengawalnya tidur bersama Elea. Padahal dalam foto aslinya itu bukanlah Elea, melainkan wanita lain.

Otak Chloe seketika blank. Dia pun menjadi panik. Kepanikannya itu bertambah sepuluh kali lipat saat Jay menancapkan flasdisk ke televisi. Layar pun mulai menyala dan memutar adegan di mana Chloe menyiksa Elea.

Dia bahkan melemparkan kesalahan yang dilakukannya pada wanita tak berdosa itu. Tak sampai di situ saja, Chloe menebar fitnah mengenai Elea pada seluruh penghuni mansion. Alhasil, wanita itu pun dibenci dan tak pernah diperlakukan dengan baik.

Sementara itu, Melda langsung menitikkan air matanya. Hatinya seperti tersayat belati saat melihat Elea disuruh melakukan pekerjaan pelayan. Jika tidak becus dalam pekerjaannya, maka Chloe beserta pelayan yang lain akan menyiksanya. Dipukuli, ditampar, disiram air, bahkan sampai tidak diberi makan.

Tangan Hugo langsung mengepal kuat. Tatapannya pun beralih pada Chloe yang berdiri seperti kutu mati. Wajah wanita itu pucat pasi.

"Ti–tidak, ini adalah kesalahan. Kau tahu, dia sela–" (ucapan Chloe terpotong karena seseorang menyerobotnya).

"Dia apa?! Dia yang selalu kau pukuli dan kau fitnah begitu?!" bentak Hugo cepat. Seumur hidup, baru kali ini dia memarahi wanita yang dicintainya. Ah, sekarang mungkin tidak.

Hugo mengusap wajahnya kasar. "Aku selalu memercayaimu, Chlo. Tapi, mengapa? Mengapa orang yang kucintai tingkahnya malah seperti iblis?!" imbuhnya lagi.

Sebelum Chloe menjawab, tiba-tiba saja Melda langsung menghampirinya dan menampar pipinya kuat. Kesabaran wanita paruh baya itu sudah habis karena amarah. Sedari awal, Melda sebenarnya tidak terlalu setuju jika Hugo dan Chloe menikah. Namun, untuk menghargai keputusan sang putra, dia rela merestuinya.

"Dasar pelacur! Sedari awal aku tidak setuju jika putraku harus menikahi orang picik sepertimu! Dan sekarang, semuanya sudah terbukti. Cepat kau pergi dari sini dan bercerailah dengan Hugo!" bentak Melda.

Chloe langsung menangis sesenggukan. Dia kemudian bersimpuh dan memohon di bawah kaki mertuanya. Namun, Melda langsung menendang wanita itu sampai dirinya terduduk di lantai.

"Kumohon, Hugo. Kau mencintaiku, kan? Kau tidak akan menceraikanku, kan? Aku janji akan jadi istri yang baik untukmu setelah ini," lirih Chloe.

Hugo hanya bergeming tak menjawab. Keterdiamannya itu malah membuat senyum sinis terukir di bibir istrinya. Chloe pun langsung terkekeh sambil menangis.

"Atau jangan-jangan kau sudah cinta pada orang kampungan itu? Jawab aku, Hugo!" imbuh wanita itu kembali.

"Kalau iya memangnya kenapa?!" balas Hugo yang sudah jengah. Dia kemudian melenggang pergi untuk mencari Elea.

Namun sebelum Hugo pergi, pria itu kembali berkata, "Ketika aku kembali ke mansion ini nanti, pastikan wajahmu sudah tak terlihat lagi di tempat ini."

Setelah kepergian sang suami, tangan Chloe langsung terkepal kuat. Hatinya sudah diselimuti oleh api kebencian yang membara. Dia membenci semua orang, termasuk Hugo dan juga Elea. Dirinya juga bertekad untuk menghancurkan mereka semua suatu saat nanti.

***

"Ah, sial!"

Hugo mengumpat saat melihat lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Namun, pria itu memilih untuk tidak peduli dan malah menerobosnya.

Saat ini, hati dan pikirannya sangat tidak tenang. Dia marah, sedih, kecewa, sekaligus khawatir. Satu-satunya tujuan yang ada di pikirannya sekarang hanyalah rumah Elea dulu.

Setelah sampai, Hugo langsung menerobos masuk tanpa memberikan salam apa pun. "Elea! Elea!" panggilnya sambil berteriak.

Namun yang keluar bukanlah Elea, melainkan seorang gadis cilik yang mirip sekali dengan Elea kecil. Dia adalah adik kandung Elea.

"Paman mencari siapa? Kak Lea sudah tidak pulang beberapa minggu ini. Kata ayah, kakak sedang bekerja di luar kota," ujarnya.

Mendengar itu, Hugo langsung mendesah kasar. Dia tidak menjawab perkataan tersebut dan malah langsung pergi. Sungguh, dirinya tidak tahu tempat yang sering disinggahi Elea, mengingat dia tidak pernah dekat dengan wanita itu. Selama ini, Hugo hanya menganggapnya sebagai bayangan. Sekarang, hanya ada penyesalan di dalam hatinya.

"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah berhenti mencarimu, El. Aku akan mengarungi seluruh dunia sekalipun untuk menemukanmu," tekad Hugo dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status