Lima tahun kemudian….
Suara burung burung berkicau meramaikan suasana pagi yang mana matahari masih belum begitu naik, bayang bayang masih lembut, embun pun juga masih basah. Menandakan jika pagi belum terlalu beranjak.
“ Hoam! Seorang anak kecil yang belum genap lima tahun, terbangun karena suara kicauan burung burung yang hinggap di pohon tepat sebelah kamarnya. Ia terlihat mengucek ucek matanya yang sedikit masih mengantuk. Anak kecil itu langsung turun dari ranjangnya kemudian membuka jendela kamarnya. Whuuuus! Angin segar langsung masuk kedalam kamarnya yang lumayan besar karena ada tiga ranjang single di dalam ruangan itu. Masih ada dua anak yang masih bergelung dalam selimutnya disetiap ranjang. “ Kak Xaquil bangun, pagi akan segera beranjak, apakah kakak akan melihat pintu surga” Ucapnya sambil mengoyangkan tubuh kakaknya.Anak kecil lain mengeliat ketika merasakan tubuhnya berguncang guncang. “ Xavier, apakah kamu sudah bangun” Ucap Xaquil kemudian merentang kedua tangannya mengeliat.“ Kalau aku belum bangun, terus siapa yang sedang membangunkan Kakak” Balas Xavier kemudian beranjak ke ranjang yang ada ditengah, ia membuka selimut dan mengoyangkan tubuh gadis kecil. “ Xhaqella, bangun kamu mau lihat pintu surga tidak? Sebentar lagi terbuka dan akan menghilang” Ucap Xavier pada adiknya. “ Uuugghhh.. kak, aku mau lihat tapi aku mengantuk” Balasnya sambil mengeliat. “ Kalian cuci muka terlebih dahulu biar lebih segar, sebentar lagi kita berangkat” Ucap Xaquil dari arah kamar mandi habis mencuci muka.“ Baiklah” ucap Xavier kemudian kekamar mandi sambil membawa handuk kecil.Sambil menunggu Xavier keluar dari kamar mandi, Xaquil dan adiknya langsung membereskan tempat tidurnya. Selimut mereka lipat dengan rapi. Meskipun mereka masih anak kecil, namun mereka sudah bisa membereskan tempat tidurnya karena didikan ibunya. “ Xhaqe, cepat cuci muka, biar kakak siapkan jaket” Ucap Xaquil. Xhaqella langsung menuruti kakaknya karena jika Xaquil sudah berbicara maka harus menurut, meskipun jarak mereka hanya beberapa menitan tapi Xaquil punya jiwa pemimpin yang tinggi, apalagi didukung dengan wajahnya tegas dan terkesan dingin. Setelah mereka mencuci muka dan mengenakan jaket dingin mereka keluar dari kamarnya, kemudian berjalan beriringan menuju dapur yang ternyata ibunya sedang menyiapkan susu untuk ketiga malaikat kecil yang selalu memberinya kekuatan untuk tetap bertahan.“ Pagi Ibu” Ucap ketiga anak mengemaskan itu dengan serempak. “ Pagi juga para malaikat ibu? Wah! Kalian sudah rapi tanpa harus ibu bantu, kalian memang anak anak yang hebat” Ucap Perempuan yang tidak lain adalah Elvaretta Granne. Ya, Elvaretta Grane telah melahirkan tiga bayi kembar yang sangat lucu dan imut ini, Lima tahun lalu setelah mengambil surat perceraian, El memutuskan meninggalkan kota. ia pergi ke kota lain yang sangat jauh dari tempat mantan suaminya tinggal. dan di sinilah El tinggal bersama tiga bayinya yang lucu dan imut.“ Iya, kan ada kak Xaquil yang membantu aku Bu” Ucap Xhaqella dengan imutnya memuji kakaknya. “ Ibu, tadi Xavier yang bangun duluan kemudian membangunkan kak Xaquil” Ucap Xavier tidak mau kalah dan juga ingin mendapatkan pujian dari sang Ibu. “ Baiklah, kalian semua memang anak yang hebat semua” Ucap Elvareta kemudian mengusap kepala ketiga anaknya dengan lembut. Dan itu membuat kedua anaknya girang sambil melompat lompat kecil membuatnya semakin gemas dengan tingkahnya. Sementara Xaquil hanya tersenyum melihat kedua adiknya merasa girang. Xaquil memang lebih dewasa di bandingkan kedua adiknya. Mungkin karena keadaan yang memaksa untuk jadi peribadi yang mandiri dan juga tanggung jawab. Umur hanyalah sebuah angka bagi Xaquil.“ Baiklah kita akan ke bukit depan dulu ya Bu, ibu mau ikut kita untuk melihat pintu surga tidak” ucap Xaquil. “ Tentu ikut dong, tapi sebelum itu minum susu terlebih dahulu, mumpung masih hangat sekalian untuk menghangatkan tubuh kalian” ucap El sambil memberikan mereka segelas susu masing masing. Anak anak langsung menerimanya dengan senang hati dan meminumnya hingga tadas, setelahnya mereka langsung menaruh gelas di wastafel tempat cuci piring. “ Ibu, kita sudah meminum susunya mari kita berangkat, takutnya pintu surganya hilang karena matahari yang mulai tinggi”ucap si bungsu dengan semangat sambil melompat lompat kecil.“ Baiklah, ayo kita cari udara segar” ucap El lalu mengiring ketiga anaknya keluar dari rumah. Kemudian menuju bukit dekat rumahnya. Memang setiap pagi khususnya hari libur El selalu mengajak anaknya untuk melihat matahati terbit di bukit itu sejak mereka berumur tiga tahun. Dan ternyata anak anaknya jadi kecanduan hingga sekarang. Ketiga anaknya sangat menyukai warna langit di pagi hari maupun di sore hari. Gurat durat warna langit yang terkadang emas kemerahan atau keunguan itu yang membuat anak anaknya sangat menyukainya. Mereka menyebutnya pintu surga. Diantara embun yang masih basah, El dan ketiga anaknya berjalan beriringan menuju bukit belakang rumahnya. Di depan Xaquil memimpin jalan kemudian di tengan si bungsu Xhaqella dan di belakangnya ada Xavier. Mereka selalu menaruh Xhaqella di tengah supaya kedua kakaknya bisa menjaganya dengan baik. Gumaman lembut keluar dari mulut ketiganya mengiringi hembusan angin di pagi hari. “ Wah! Akhirnya kita sampai juga, Ibu, Kakak lihatlah langitnya pagi ini berwarna merah keemasan. Kenapa terlihat selalu indah” ucap si kecil Xhaqella dengan mata berbinar binar menatap indahnya langit di ukuf timur. Mereka tidak pernah bosan, meskipun mereka selalu menikmati matahari terbit dan terbenam. “ Itu karena pintu surga sedang terbuka, makanya keindahannya terpancar hingga melukis langit dengan sangat indahnya. Aku penasaran seperti apa indahnya surga itu” Xavier menimpalinya. “ Eh, kita harus berdoa, jika pintu surga terbuka itu artinya banyak malaikat yang keluar dari surga dan membawa rejeki untuk umat manusia” lanjut Xavier kemudian menengadahkan tangannya samabil mulut kecilnya berkomat kamit. Tidak mau ketinggalan Xhaqella juga ikut berdoa seperti yang kakaknya lakukan, sementara itu Xaquil tersenyum senang kala melihat adiknya yang menurutnya sangat lucu padahal dia juga tidak kalah lucu namun Xaquil selalu bersikap sok dewasa, kemudian ia juga ikut berdoa. Konon katanya berdoa di waktu pagi atau petang adalah doa yang terbaik.Tidak mau kehilangan momen yang indah itu, El langsung mengabadikan ketiga anaknya dalam bentuk Video di dalam ponselnya. ‘ Terima kasih Tuhan sudah mengirimkan tiga malaikat kecil ini untuk mewarnai hidupku, aku berjanji akan membuatnya bahagia terus’ batin El.Namun terkadang hatinya miris saat melihat anak gadisnya yang sangat mirip dengan seseorang yang telah ia kubur dalam hatinya. Wajah Xhaqella mirip mantan suaminya hanya saja matanya yang seperti dirinya berwarna hijau. Sedangkan kedua anak cowoknya mirip dirinya namun matanya ikut Ayahnya berwarna biru.
“ Doa apa yang kakak panjatkan pada Tuhan” tanya Xhaqella yang penasaran ketika melihat kedua kakaknya juga berdoa. “ Itu rahasia antara aku dan Tuhan” jawab Xaquil dan Xavier serentak. “ Ish! Masa sama adik sendiri main rahasia rahasiaan, ingat lho pintu surga masih terbuka itu artinya malaikat masih berkeliling. Bisa juga dia sedang bersama kita sekarang ini” ucap Xhaqella tetap berusaha. “ Tahu tidak kenapa langit berwarna seperti ini ketika di pagi hari atau sore hari” tanya Xaquil pada kedua adiknya. “ Tentu saja itu karena pintu surga terbuka” ucap Xhaqella yang di setujui oleh Xavier dengan mengangguk anggukkan kepalanya. “ Betul, tapi lebih tepatnya itu dikarenakan sinar matahari yang menyinari bagian bawah awan yang serat air. Dan juga posisi matahari masih rendah, sinar matahari akan melewati lebih banyak molekul atmosfer dan memantulkan warna biru. Cahaya biru yang terus menerus di pantulkan kemudian hilang dan yang tersisa cahaya dengan Panjang gelombang terpanjang yaitu cahaya merah” ucap Xaquil dengan gaya seperti orang dewasa menjelaskan pada anaknya, sedangkan kedua adiknya hanya melongo mendengarnya. Begitu pula dengan El yang semakin kagum di buatnya dengan tingkah anak anaknya.“ Wah, anak ibu terlihat sangat pintar semua, apakah di sekolah kamu mendapatkan pengertian itu Xaquil” tanya El penasaran karena biasanya anak anaknya selalu bertanya padanya.El senang anak anaknya yang pintar, bahkan di umur yang belum genap lima tahun mereka sudah bisa membaca dan juga mengerti banyak hal, tapi ia juga sedih jika anak anaknya terlalu dewasa di usia dini. “ Wah, ibu tidak tahu saja apa yang Kak Xaquil lakukan di sekolah, dia selalu berada di perpustakaan saat jam istirahat. Dan jam bermain, dia membawa buku seperti ini” ucap Xavier sambil memeragakan Xaquil. “ Iya, Kak Xaquil itu seperti laki laki dewasa saja”ucap Xhaqella sambil memainkan rambut panjangnya yang ditiup oleh angin. “ Tentu saja aku laki laki dewasa dan harus pintar segalanya untuk menjaga kalian dan juga ibuku” ucap Xaquil dengan muka datarnya. Dan itu membuat El merasa gemas dengan anak sulungnya, terkadang ia merasa anak sulungnya itu lebih mengemaskan dibanding kan dua adiknya. Apalagi jika sudah bergaya sok menjadi pria dewasa. “ Ibu jadi gemes” ucap El seraya menangkap tubuh kecil Xaquil kemudian menciumnya sampai puas. Xaquil memang yang paling tidak mau diciu
Sean tengah berdiri di balkon kamarnya sambil memandang hamparan luas di bawah sana, dulu di tempat itu ditanami berbagai bunga yang selalu bermekaran, namun beberapa tahun terakhir ini bunga bunga itu tidak lagi terlihat hidup. Mungkin karena pemiliknya tidak kembali lagi makanya bunga bunga pun ikut mati.“ Sudah lima tahun dia menghilang tanpa jejak sejak kejadian itu” ucapnya sambil menatap kosong hamparan depannya. Ia merasa kehilangan El yang sangat dicintainya karena kebodohan yang dia buat. Benar apa yang diinginkan oleh El dan juga Dareen dulu, jika dirinya akan hidup dalam penyesalan seumur hidupnya. Hingga kini Sean masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri, bagaimana dia bisa begitu bodoh memperlakukan El seperti sampah. Andai saja dulu dia tidak mengusir El malam itu, El tidak akan mengalami penghinaan itu. Andai saja ia mau memberikan kesempatan pada El untuk membuktikan jika itu bukan dia. Andai… dan andai yang kini memenuhi pikiranya selama lima tahun terakhir ini.To
Sementara itu yang dibicarakan kini sedang berada di sebuah kota yang tampak sangat asri, masih terlihat keaslian alamnya. Dengan begitu banyaknya pohon pinus yang berderet deret di sepanjang jalan. Memang di kota ini ada hutan pinus yang sangat besar, itu membuat udara di kota ini tampak sangat bagus. Kota yang sangat menenangkan, tidak heran jika temannya merekomendasikan untuk mampir ke kota ini supaya bisa menghilangkan stress yang ia rasakan bertahun tahun.Daren tampak duduk di sebuah tempat makan yang didominasi dengan kayu warna coklat yang diukir dengan sangat indah dan tampak mengkilap. Meskipun terlihat sederhana, namun terkesan mewan menurut pandangan Daren. Baginya ukiran yang berada di dalam rumah makan ini sangat rumit dan pastinya dilakukan oleh seorang ahli.Sambil menikmati secangkir kopi Daren melihat jalanan yang ada di depannya, beruntungnya ia duduk di tempat yang sangat pas. Ia bisa melihat banyaknnya orang berlalu lalang melakukan aktivitas masing masing.‘ Ba
Hari senin hari yang sangat malas untuk Sebagian orang, entah itu untuk bekerja ataupun anak anak sekolah, mungkin karena masih terbawa suasana liburan weekend kemarin, jadi membuat Sebagian orang merasa sangat malas sekali. Begitu pula dengan gadis kecil yang masih bergelung di dalam selimut meskipun kakaknya sudah mengoyang goyangkan tubuhnya.Namun dia tetaptidak terganggu sama sekali.“ Xhaqe bangun hari sudah siang, nanti kita terlambat kesekolahnya” ucap Xavier yang tengah membangunkan tuan putri Xhaqella. Memang gadis kecil itu paling hobi banget untuk tidur. Jika hari senin ada saja dramanya supaya tidak pergi kesekolah. Ia lebih suka membantu ibunya di rumah.Karena tidak bangun bangun, Xavier langsung menemui kakaknya yang kini sedang menyiap baju adik adiknya dan juga memeriksa tas sekolah mereka. Xaquil ini memang benar benar memainkan peran seorang ayah dari dua anak.“ Kak Xaquil, itu adik tidak mau bangun, aku jadi malas padanya. Kenapa dia selalu saja menyusahkan dan m
“ El!!” Teriak laki laki itu saat melihat El yang berdiri mematung, sama terkejutnya, kemudian langsung memeluk El dengan erat. “ Ternyata kamu ngumpet di sini, tahu tidak? aku mencarimu hingga membuat aku hampir mati” ucapnya dan tidak terasa dia menitikan air matanya. Orang yang ia cari selama ini, kini berada di dalam dekapannya. Setelah ini dia tidak akan membiarkan El pergi lagi. El kini membeku di dalam pelukan pria itu, ia sendiri masih bingung dengan pertemuan yang mendadak itu, padahal selama ini El merasa senang karena tidak ada satupun orang dari masa lalunya yag tahu keberadaanya. El sendiri sengaja untuk menghilang dari orang orang masa lalunya. Bukan karena apa? Ia hanya ingin hidup dengan lembaran baru tanpa harus mengingat lagi kebelakang, karena masa lalunya adalah kepahitan yang ia alami. El sendiri terkadang masih trauma dengan kejadian malam itu, di mana dia di hakimi oleh orang orang yang buta akan kebenaran. Meskipun El mampu mengatasi semua masalah, namun
Waktu terus berjalan dengan cepat, tidak terasa hari sudah siang, El yang masih bertukar cerita dengan Daren kini menyadari jika ia sudah harus menjemput anaknya di sekolah. Karena Ariana hanya bisa mengantar di waktu pagi saja, untuk pulangnya El sendiri yang akan menjemputnya.“ Ren, aku tinggal sebentar tidak apa apa yaa, sekalian bantu aku jaga toko. Jadi aku tidak perlu menutupnya” ucap El pada Dareen.“ Memangnya kamu mau kemana? Apa aku saja yang pergi untuk membantu kamu” ucap Daren menawarkan diri pada sahabatnya, ia merasa kasian setelah mendengar apa yang dilalui oleh sahabatnya.“ Aku harus menjemput anak anakku, sudah waktunya pulang. Anak anakku tidak akan sembarangan ikut orang yang tidak dikenalnya meskipun kamu mengatakan teman aku” ucap El tersenyum.“ Hum, baiklah aku akan jaga toko kamu, aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan anak anakmu” ucap Daren penasaran dengan anak El, sejak tadi mengobrol, namun El tidak mengatakan sedikitpun bagaimana dia menikah lagi da
“ Ibu, apakah tante Ariana sedang ada di sini? Kenapa tokonya buka atau ibu lupa untuk menutupnya” ucap Xaquil dan membuat kedua adiknya juga menengok dan langsung menganggukan kepalanya. Mereka juga penasaran kenapa tokonya buka.“ Oh itu, ada teman ibu yang dari tempat jauh datang jadi ibu minta tolong pada dia, kalian masuk dulu nanti kalian bisa kenalan dengan teman ibu” ucap El yang kemudian mendapatkan anggukan dari Xavier dan juga Xhaqella. Namun tidak dengan Xaquil yang tampak memikirkan sesuatu.‘ Teman ibu siapa? Bukankah selama ini Ibu tidak punya teman selain tante Ari, dan juga ibu tidak pernah menceritakan jika punya teman yang sangat jauh tinggalnya. Ibu hanya bercerita jika kakek dan neneknya sudah berada di surga’ batin Xaquil sambil jari jari mungilnya mengetuk dagunya berkali kali.“ Masuk dulu sayang, Ibu tahu pasti kamu penasaran kan, lebih baik masuk ganti baju dan nanti ibu kenalkan pada paman” ucap El yang sangat hapal anak sulungnya memang tidak puas dengan j
Dareen sangat senang melihat ponakan yang baru datang ini, meskipun terkesan dingin namun entah kenapa ia sangat menyukainya. Ia kemudian langsung tersenyum lebar untuk menyambut bocah mungil itu. namun ia terkejut saat melihat bocah itu terkejut saat melihat dirinya. Bahkan anak itu sampai membuka mulutnya membentuk huruf O dengan mata yang lebar menatapnya.“ Paman kamu kan yang…“ Apakah kamu pernah mengenal paman sebelumnya” ucap Daren penasaran dengan bocah itu, tidak hanya Daren tapi juga Elvaretta yang juga terkejut melihat reaksi anaknya saat melihat Daren, seperti sudah pernah bertemu sebelumnya. Begitu juga dengan kedua saudaranya.“ Xaquil,apakah kamu pernah bertemu dengan paman Daren” tanya El menuntut jawaban dari anak sulungnya.“ Oh… Eh… he..he.. belum Bu, aku hanya terkejut ternyata ibu punya teman yang keren seperti ini,Paman namaku Xaquil dan aku sangat menyukaimu” ucapnya dengan senyuman yang lebar memperlihatkan deretan giginya.El hanya bisa menghela napas dengan