Ramsdale Roosevelt tentu saja terkejut saat mendengar Ivan Jenner bersama dengan orang yang mengaku tuan Luther. Pria itu bergegas menghubungi Danil Luther, Paman Martin yang sekarang memimpin keluarga Luther di Newland.Ramsdale terlihat gugup ketika menelepon Danil, belum apa-apa keringat dingin sudah mengucur deras di dahinya.Bagaimanapun Danil merupakan sosok yang sangat disegani, ia menjadi pemimpin Mafia keluarga Luther setelah Martin menghilang dua tahun lalu.Setelah beberapa saat panggilan Ramsdale dijawab Danil. "Ada apa Ramsdale?" tanya Danil langsung diseberang telepon."T-Tuan besar Luther, saya mendengar tuan Jenner telah mempermalukan anak saya di acara ulang tahun Pak tua Vlar ....""Lalu apa masalahnya denganku? Bukankah sudah wajar kalau anakmu berbuat salah, Ivan tidak mungkin mempermalukan orang sembarangan!" Ramsdale belum selesai bicara Danil memotong sambil memarahinya."B-Bukan itu masalahnya tuan besar Luther, anak saya mengatakan kau ada orang yang mengaku me
Orang yang berada didalam mobil tidak terkejut sama sekali saat bawahan Adrian menghampirinya, dengan wajah malas pria itu turun dari mobil."Ada apa?" tanya pria itu saat keluar dari mobil."Masih bertanya kau ada apa?!" tanya bawahan Adrian sedikit membentak.SwutKlapSebuah pukulan melesat ke arah pria tersebut. Namun, ia dengan mudah menangkap pukulan itu.Duak BruakPria itu menarik tangan bawah Adrian memukul tengkuknya lalu membenturkannya ke mobil, membuatnya jatuh tidak sadarkan diri seketika.Bawahan Adrian yang satunya menggertakkan gigi ketika melihat rekannya jatuh pingsan. Ia menyerang pria itu tanpa aba-aba.SwutDuakBruakBukannya pengintai yang kena, bawahan Adrian malah terkena tendangan pria tersebut dengan keras diperut membuatnya jatuh bersimpuh dihadapan pengintai sambil memegangi perutnya."Lemah sekali ka ...." Suara pria itu tercekat ketika moncong pistol tiba-tiba menempel di kepalanya."Heeeh, aku kira mereka hanya anjing jalanan," lanjutnya sambil menole
Zarko masih tertegun ditempatnya, sebelum akhirnya ia tersadar dan segera menghampiri Martin, bertekuk lutut dihadapannya."Seingat ku dulu kau sudah mengabaikan aku saat dikejar para pembunuh bayaran Zarko!" hardik Martin."Tuan, saya bisa menjelaskan semuanya," jawabnya sambil mendongak menatap Martin.BugZarko terjungkal kebelakang saat Martin menendangnya dengan keras, membuat pria itu sedikit terkejut. Namun, ia tidak melawan sama sekali."Jelaskan? Bukankah tidak perlu dijelaskan lagi, kamu orang pertama yang aku mintai bantuan dan terdekat dari wilayah itu, tapi mengabaikannya begitu saja?!" bentak Martin sambil menatap Sinis Zarko yang masih duduk ditanah."Tuan, semua itu karena tuan Danil memfitnah anda!" jawab Zarko tegas.Ivan dan Adrian yang mendengar hal tersebut terkejut, mereka saling menatap satu sama lain, ternyata memang Danil kemungkinan ada dibalik kejadian pada saat itu.Martin tersenyum saat mendengar pengakuan Zarko, setidaknya ia memiliki titik terang siapa or
Jelas saja semua bawahan Martin yang ada di sana terkejut dengan tindakan bosnya yang tiba-tiba itu. Mereka tidak pernah menyangka kalau tuannya akan menembak Lisa dan Arhas yang merupakan bawahan setianya.Martin mendekat ke arah Arhas, ia jongkok menodongkan pistol di kepala Arhas. "Tu-Tuan apa salah saya?" tanya Arhas memberanikan diri sambil menahan rasa sakit di pahanya."Apa aku perlu menjelaskan?" Martin balik bertanya dengan suara dingin.Arhas menelan ludah, wajahnya pucat pasi melihat Martin yang tanpa ekspresi menatap dirinya. Ia tahu kalau bosnya itu sedang marah.Arhas mencoba melirik Lisa. Namun, wanita itu tidak berani buka suara sama sekali, ia hanya menundukkan kepala sambil memegangi pahanya yang terkena tembakan."Ka ....""Sayang, suara apa tadi?!" tiba-tiba terdengar suara Jesica saat Martin akan berbicara pada Arhas, membuat pria itu seketika langsung menoleh.Ivan dan Adrian sontak saja ketakutan saat mendengar suara Jesica datang, mereka lupa kalau di Mansion
Jesica dan Martin langsung menoleh ke arah suara. Martin mengerutkan kening saat melihat seorang wanita cantik dengan tergesa-gesa menghampiri Jesica. Sementara Jesica tampak tersenyum ke arah wanita tersebut."Melani!" seru Jesica tampak bersemangat."Sudah lama aku tidak melihatmu ke kantor, mentang-mentang suami kamu sekarang sudah sukses," celetuk wanita itu sambil menggenggam kedua tangan Jesica."Kamu ini bicara apa sih, aku juga mau bekerja, tapi mau bagaimana lagi ...." Jesica menghela napas panjang.Melani tersenyum simpul. "Aneh kamu ini, wanita lain akan senang tidak perlu bekerja lagi, dimanjakan sang suami," ucapnya sambil melirik Martin.Mata Melani mengedip kearah Martin, tampaknya wanita itu memiliki niat lain mendekati Jesica.Martin mengernyitkan dahi melihat Melani yang tampak mencurigakan, pria itu sudah bertemu dengan puluhan bahkan mungkin ratusan wanita yang berbeda. Jadi ia tahu hanya dalam sekali lihat saja dari sikap dan perangai Melani."Sudahlah jangan baha
Melani merupakan sahabat Jesica sejak mereka SMA. Namun, yang tidak diketahui Jesica, keluarga Melani merupakan kelompok Mafia.Wanita itu bagian dari kelompok Mafia Wolf, tapi ia tidak begitu terlibat dengan pekerjaan keluarganya, membuat Melani tidak terdeteksi saat pembantaian masal kelompok Mafia Wolf oleh keluarga Luther.Melani berencana membalaskan dendam keluarga dan rekan-rekannya, sebab itulah ia berusaha mendekati Martin setelah tahu sosok tersebut masih hidup.Sebenarnya Melani tidak memiliki niat jahat dengan Martin, ia hanya ingin bekerjasama untuk membunuh Danil yang merupakan dalang pembantaian keluarga Wolf.Wanita itu sudah tahu semuanya, jika sebenarnya Danil yang memburu Martin menggunakan nama Mafia Wolf. Namun, demi menutupi semua itu, Danil membuat seolah Mafia Wolf yang bersalah dan membantai habis mereka semua.Melani mengumpulkan orang-orang tersisa kelompok Mafia Wolf demi membalaskan dendamnya. Akan tetapi cara pendekatan dia kepada Martin tampaknya salah, s
Semua bawahan Martin menurunkan senjatanya. Namun mereka tetap waspada dengan kelompok Wolf yang berada di apartemen tersebut."Keluarlah Melani!" teriak Martin.Melani perlahan keluar dari dalam apartemen yang ditempatinya dengan mengangkat kedua tangan. Wanita itu tampak percaya dengan Martin."Aku akan bicara semua tentang siapa yang sebenarnya menyuruh kelompok Wolf untuk memburu kamu dua tahun yang lalu!" ujar Melani langsung."Kenapa aku harus percaya padamu?!" tanya Martin dingin."Karena aku juga ingin membalaskan dendam keluargaku dan aku yakin kamu juga mengincarnya Martin!" jawabnya tegas."Katakan siapa orangnya?" tanyanya lagi memastikan."Aku tidak sebodoh itu Martin, jika aku bicara sekarang bisa saja kamu menghabisi kami semua," jawab wanita itu yakin, meskipun dalam hati ia sangat cemas.Rekan-rekan Melani juga sangat khawatir, mereka takut kalau anak mantan bos mereka itu terbunuh oleh Martin. Karena terlalu nekad.Martin menatap Melani yang menunjukan wajah serius. P
Selepas mendapatkan kepercayaan Martin. Melani langsung memberitahu kelompok Wolf, kali ini mereka sudah menjadi bagian dari bawahan Martin. Mau tidak mau harus menuruti perintah pria yang merupakan pemimpin kelompok Mafia keluarga Luther sebenarnya.Melani kembali ke apartemen dimana ia dan kelompoknya tinggal."Apa kamu yakin Mel, melakukan semua ini?" tanya Susan Boyle yang merupakan orang kepercayaan Melani.Melani menghela napas. "Lantas apa lagi yang harus kita lakukan? Hanya ini caranya agar kita terbebas dari Martin, lagi pula tidak ada salahnya bergabung dengan mereka. Kita bisa menyempurnakan rencana yang sudah dibuat.""Kamu mungkin benar Mel, masalahnya sekarang bawahan Martin yang masih menyimpan dendam, apa kita bisa mempercayai mereka?" tanya Nando, orang kepercayaan Melani lainnya."Sudahlah, kalian tidak perlu khawatir, aku bisa memanfaatkan istri Martin yang merupakan teman baik ku, sekarang kalian fokuslah dengan rencana kita saja," ucapnya penuh dengan penekanan.Su