Share

Chapter 03

Pagi hari seperti biasanya, Ayla menyiapkan sarapan untuk adiknya sebelum berangkat kerja. Karena hari ini Ayla mendapat giliran shift pagi.

Setelah semua selesai Ayla pun bersiap untuk segera berangkat ke tempat kerjanya. Walaupun ini masih terlalu pagi, tapi tidak menyurutkan semangatnya. Dengan naik angkutan umum, Ayla akhirnya sampai di restoran tempatnya bekerja.

"Semangat, semangat!!" Ayla menyemangati dirinya sendiri sambil mengepalkan tangannya ke atas. Wajah cerianya tergambar jelas saat ini.

Langkah kakinya kini menuju ke ruang ganti baju. Meletakkan tasnya di loker, mengambil seragam ciri khas berlogo nama restoran tersebut.

Seragam khas pelayan restoran kini telah di pakainya, pertanda jika Ayla sudah siap bertempur dengan rutinitas hariannya. Restoran masih tampak sepi, mungkin ini masih terlalu pagi untuk datang ke restoran mewah itu, hanya untuk sekedar mencicipi menu khas yang menjadi ikon restoran mewah tersebut.

Terlihat Ayla sibuk membersihkan meja, dari satu meja ke meja yang lain, tangannya sudah sangat cekatan melakukan semua pekerjaannya.

Abram yang baru datang dan memasuki restoran, melihat ke arah Ayla yang sedang sibuk. Tanpa basa-basi Abram berjalan mendekatinya. "Ay, pagi sekali sudah datang ke sini?" Tanya Abram.

Mendengar sapaan sekaligus pertanyaan dari bosnya, Ayla pun menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Abram sambil melempar senyuman khasnya. "Eh kak Abram, selamat pagi kak," sapa Ayla. 

"Hem!! Ay, tumben-tumbenan kamu datang sepagi ini," ucap Abram.

"Iya kak, sengaja datang lebih awal, karena nanti aku mau ijin keluar sebentar," jawab Ayla dengan senyum terbaiknya.

Abram mengerutkan keningnya, karena tidak biasanya Ayla meminta ijin untuk keluar. "Keluar kemana? Apa ada masalah?" Tanya Abram.

Dengan sigap Ayla menggelengkan kepalanya di ikuti gerakan tangan sebagai penanda jika tidak ada masalah. "Oh bukan, bukan kak, ini bukan masalah. Aku hanya ingin ijin keluar ke ATM sebentar kak, setelah selesai membersihkan semua meja ini," ucap Ayla dengan senyuman yang menambah kadar kecantikannya meningkat.

"Apa kamu butuh uang? Katakan saja jika kamu butuh uang, aku akan membantumu," ucap Abram semakin ingin tahu apakah Ayla ada masalah keuangan, sehingga membutuhkan uang simpanan di ATM nya.

Ayla semakin bingung dengan sikap Abram terhadapnya, "Tidak kak, tidak ada masalah sama sekali, aku hanya ingin mengeceknya saja, sudah lama juga aku tidak pernah melihat isi saldo di ATM ku kak," ucap Ayla dengan wajah riangnya.

Abram mengerutkan keningnya, kemudian mencodongkan tubuhnya ke depan, sehingga kepala Abram semakin dekat ke wajah Ayla. "Yakin tidak ada masalah?" Tanya Abram sepertinya tidak percaya dengan jawaban Ayla. 

"I-iya kak," jawab Ayla gugup. 

Mendengar jawaban Ayla, Abram menegakkan kembali tubuhnya. Kemudian menghela nafasnya.

"Ya sudah, kalau memang mau ijin keluar, tapi ingat jangan ada yang kamu sembunyikan dariku, Ay," ucap Abram memberikan ijin pada Ayla. "Aku tidak ingin melihatmu ada dalam masalah sekecil apapun, karena apapun tentang kamu, itu sangat berharga bagiku," ucap Abram mengakhiri kalimatnya. Kemudian Abram berlalu menuju ke ruangan kerjanya.

Ayla mengerutkan kening, seakan tidak mengerti akan maksud perkataan dari Abram. Karena tidak biasanya Abram tertarik dengan kehidupannya. "Memangnya apa yang aku sembunyikan sih? Kok kak Abram bicara begitu," gumam Ayla. "Terus apa coba maksud kak Abram bicara begitu?" 

Tidak ingin ambil pusing dengan sikap dan perkataan Abram, Ayla pun meneruskan kegiatannya sebelum ada tamu yang datang ke restoran. 

Dan memang dalam seminggu sekali, Ayla selalu over shift dengan temannya. Hari ini adalah hari pertamanya untuk shift pagi. Dan biasanya kalau dapat giliran shift pagi akan lebih capek dari pada shift second.

Semua pekerjaan kini telah selesai di kerjakannya, Ayla pun mengambil dompet di dalam tasnya. Kemudian berpamitan pada salah satu rekannya untuk keluar sebentar. 

Jarak ATM dan restoran memang tidak terlalu jauh, sehingga cukup dengan jalan kaki saja. Dengan hanya  melewati beberapa ruko di samping restoran, letak ATM yang sedang di cari Ayla sudah terlihat. Pikiran Ayla kembali teringat dengan biaya magang Ferdy selama nanti di Jakarta.

"Semoga uang simpananku cukup untuk biaya magang Ferdy nanti selama dia di Jakarta," gumam kecil Ayla sambil berjalan menuju ke ATM.

Setelah sampai ke tempat yang di tuju, Ayla ikut mengantri dengan yang lain. Ada sekitar sepuluh orang termasuk dirinya yang ikut dalam antrian. Pakaian seragam restoran yang di kenakannya memang begitu menonjol di banding yang lain, sehingga mudah untuk di kenali.

Saat sedang mengantri di ATM, pandangan matanya menangkap sesosok tubuh orang yang mungkin saja di kenalnya. "Itukan .." Gumam Ayla seakan tak percaya dengan penglihatannya sendiri.

Seakan tersadar jika itu tidak mungkin, Ayla segera menggelengkan kepalanya sendiri. 'Ah, tidak mungkin itu dia, Devi bilang informasi terakhir yang di dapat, lelaki itu ada di luar negeri,' batin Ayla menepisnya.

Ayla pun kembali fokus dengan antriannya di ATM. Ayla berpikir mungkin dia salah lihat. Atau mungkin hanya kebetulan mirip saja. Toh banyak orang dengan wajah yang mirip di dunia ini, jadi tidak menutup kemungkinan jika itu juga hanya sebuah kemiripan.

Ya benar, jika Ayla merasa sedang melihat wajah sang suami yang enam bulan lalu menikahinya. Laki-laki itu sedang berjalan memasuki sebuah toko perhiasan bersama dengan seorang wanita yang bergelayut manja di tangannya.

Devi yang ingin membantu perceraiannya merasa kesulitan, karena minimnya informasi tentang siapa laki-laki yang sudah resmi menjadi suami Ayla. Seakan semua data tentang laki-laki brengsek itu raib tak berbekas.

Ayla hanya bisa pasrah menerima takdirnya. Bahkan Ayla tidak perduli lagi dengan statusnya yang kini sudah menjadi seorang istri. Yang Ayla tahu, kini dia harus berjuang menjalani kehidupan barunya bersama sang adik kesayangannya.

"Maaf mbak, apa mbak bekerja di restoran mewah di sebelah ruko dealer motor itu?" Tanya salah seorang yang ada dalam antrian di belakang Ayla sambil menepuk bahu Ayla.

Ayla menoleh ke arah orang yang bertanya kepadanya. "Iya kak, saya memang kerja di sana. Kenapa kak?" Ayla balik bertanya.

"Tidak, tidak apa-apa mbak, cuma dari berita yang saya dengar, pemilik restoran itu masih muda dan ganteng. Kaya raya lagi mbak," ucap orang itu dengan antusias. 

Mendengar penuturan orang itu Ayla mengerutkan keningnya. "Kurang tahu juga sih kak, selama saya bekerja di sana belum pernah ketemu pemilik restorannya, apalagi saya masih baru di situ," 

"Masa sih mbak? Padahal aku sering sekali ke restoran itu hanya untuk ketemu pemiliknya."

"Hem," jawab Ayla sambil menganggukkan kepalanya. "Maaf kak, udah giliran saya masuk," ucap Ayla sambil menunjuk ke arah pintu ATM.

"Oh iya iya mbak, silahkan," 

Dengan tersenyum ramah Ayla mengangguk kembali, kemudian masuk ke dalam ruang ATM. 

Setelah mengetikkan angka pin yang tertera, kini Ayla mulai melihat saldo yang ada di dalam tabungannya. "Ap-apa ini? Ke-kenapa isinya jadi sebanyak ini?" Gumam Ayla terkejut bukan main melihat isi saldo rekening yang ada didalamnya.

Kakinya seketika lemas dan gemetar. Wajahnya juga terlihat pucat. "Tidak mungkin, ini pasti ada yang salah," gumam Ayla tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

Dengan segera Ayla menyelesaikan transaksinya tanpa mengambil uang dari mesin ATM tersebut. Setelah itu Ayla keluar dari ruang ATM dengan begitu banyak pertanyaan. Wajahnya masih terlihat memucat akibat shock dengan apa yang di lihatnya di layar kaca mesin ATM.

Bersambung ...

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Aleeaaz
Apa engga dapat buku nikah sampai tdk tahu data2 suami sendiri? Uang darimana?
goodnovel comment avatar
Lady Caroline
apakah duit dari suaminya?
goodnovel comment avatar
🌹isqia🌹
mantap kira² tu duit dari siapa ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status