Di dalam jet, saat perjalanan pulang, Albert tak henti-henti menatap jarum yang bergerak di jam tangannya.
"Dasar, gadis manja. Kali ini, apa lagi yang membuatnya bertingkah." Albert menggeram pelan, namun kata-kata itu masih terdengar dengan jelas di telinga Lucy.
"Siapa yang di maksud oleh Tuan Muda? Itu tidak mungkin Ny. Monic kan? Jika itu Ny. Monic, Tuan tidak akan meninggalkan rapat penting seperti tadi hanya demi menemuinya. Siapa gadis yang Tuan maksud? Aku harus mencari tau informasinya nanti." Lucy begitu penasaran dengan ucapan Albert. Lucy merasa saingannya bertambah satu orang lagi, setelah Monica.
Karena cuaca bagus pagi ini, mereka sampai dengan cepat. Seorang sopir sudah menunggu di bandara.
"Lucy, kembali lah ke perusahaan menggunakan taxi. Aku akan pulang ke mansion terlebih dahulu." Titah Albert lantas segera masuk ke mobil, tanpa perlu menunggu jawaban dari Lucy.
"Pulang ke mansion? Apakah gadis yang Tuan Muda sebut t
Olivia tidak bersemangat lagi hari ini. Bahkan, ia tidak mengikuti satu pun kelasnya hari ini. Olivia merenungi apa saja yang telah terjadi pagi tadi, semua terasa begitu cepat. "Bagaimana dia bisa menganggap itu seakan bukan lah hal yang penting untuk kuketahui?" Olivia berbicara pada bayangannya di cermin. Setelah kejadian menggemparkan pagi tadi, Albert memutuskan untuk kembali ke kantor pusat. Di kantor, para karyawan sudah biasa melihat wajah kaku dan dingin Albert. Meskti tidak pernah dijawab, para pekerja akan tetap menyapa atau memberi hormat saat mereka melihat Albert. "Lucy, apa kau sudah membereskan masalah di London pagi ini? Jangan lupa, beri tau mereka kembali bahwa aku mengundang mereka dalam peresmian cabang hotel yang akan di laksanakan dua hari lagi. Sebagai permintaan maafku atas kejadian pagi ini, segera kau kirim undangan beserta sebotol anggur tahun 1940." Albert memerintahkan Lucy untuk menyelasaikan urusan itu. "B
Diam-diam, Mike merekam momen itu. Lalu mengirimnya kepada Albert. Semenit kemudian, Albert mengirim pesan. "Untuk apa kau mengirimiku video itu? Aku tidak peduli apa yang di kerjakannya, aku lebih peduli pada dapurku. Jangan sampai dia membuat dapur atau mansionku hancur, Mike." Balasan dari Albert membuat Mike tertawa pelan. "Tuan, aku yakin anda sangat peduli pada Nona Muda. Jika tidak, anda tidak akan mengirimiku pesan seperti ini." Bathin Mike sambil terus memperhatikan gerak gerik Olivia dari kejauahan. "Mike, kemari lah." Panggil Olivia, membuat Mike sedikit terkejut. "I-iya, Nona." Jawabnya gugup. "Kenapa kau hanya berdiri di sana sejak tadi? Apa yang kau pikirkan?" Tanya Olivia saat Mike sudah berada di depannya. "Maaf, Nona. Saya hanya mengawasi anda. Karena dapur adalah salah satu tempat yang berbahaya untuk anda." Ucap Mike, membuat Olivia sedikit heran. "Berbahaya? Bagaimana dapur bisa di sebut berbahaya? Ini hanya tempat
Olivia bergerak dengan malas dari posisi tidurnya. Tapi, kenapa ia merasa ada benda berbulu di tangannya. Dengan cepat Olivia membuka mata. "Oh My God. Kenapa aku bisa tidur dengan pria sombong ini?" Olivia berkata dalam hatinya dengan perasaan kaget yang tidak terbayangkan. Perlahan-lahan Olivia mengangkat sebelah tangannya yang bersandar indah di atas dada Albert. Setelah berhasil, ia memukul tangan itu dengan tangannya yang lain. Kepalanya masih menyuruk di bawah ketiak Albert. Olivia mencoba bergerak pelan, berusaha turun dari kasur sebelum Albert bangun. Saat kaki Olivia menyentuh lantai, suara bariton Albert membuatnya terkejut dan terdiam bagai patung pada posisinya. "Mau kemana kau, isteri kecilku?" Tanya Albert yang ternyata sudah bangun sejak tadi. Dia sengaja diam dan memperhatikan tindakan Olivia yang konyol. "A-aku.. aku akan mandi. Aku ada kelas pagi ini." Jawabnya terbata-bata. Lalu dengan cepat berlari masuk ke kamar mandi.
Albert menanggalkan handuk yang melingkar di pinggangnya sejak tadi, sehingga benda panjang yang mengeras itu terasa berada di paha Olivia. Dengan gelengan, Olivia masih berusaha untuk menolak. Kedua tangannya di satukan di atas kepala dan di tahan Albert dengan sebelah tangannya. Albert dengan ganas mencumbu Olivia. Antara penolakan dan menerima, entah mana yang kini di berikan oleh tubuh mungil Olivia. Dengan satu tangannya, Albert mengarahkan terong jumbo miliknya ke sela pangkal paha Olive. Menggesek-gesek benda tumpul itu di sana. Setelah merasakan sesuatu yang mulai basah di sana, Albert memasukkan terong jumbo miliknya dengan sekali hentakan keras. "Aaakkkhh.." pekik Olive tak tertahankan. Seiringi dengan mengalirnya air mata di sudut pipinya. "Sial. Ternyata gadis ini benar-benar masih perawan." Albert merutuk dalam hatinya, setelah menyadari ia baru saja merobek paksa keperawanan Olivia. "Jangan menangis. Nikmati saja, itu han
Setelah selesai sarapan, dengan sedikit drama akhirnya Olivia berangkat ke kampus diantar oleh Mike dan tentu ada Albert juga di dalamnya. Selama perjalanan, mereka memasang aksi diam. "Ingat, ini hari ketiga. Apa kau sudah mengakhiri hubunganmu dengan kekasihmu itu?" Albert memecah keheningan. Olivia mendadak teringat akan hal itu. Dia terlihat gelisah sekarang. Olivia sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga lupa menjawab pertanyaan Albert. "Apa kau tuli?" Teriak Albert dengan wajah yang kesal. "Em.. apa boleh aku meminta waktu lagi? Aku belum sempat memberi tau Tristan. Bagaimana kalau sampai akhir pekan ini?" Olivia memasang wajah memelasnya di depan Albert. "Jangan pernah menyebut nama pria lain saat sedang bersamaku. Ingat itu!" Albert marah saat mendengar Olivia menyebut nama Tristan dengan sangat lembut. "Tapi, aku hanya menyebut nama Tristan karena... Hhmmmpp.. Hmmpp..." Belum sempat Olivia menyelesaikan kalimatnya, bibir Alber
Olivia tidak memiliki teman di kampus ini. Karena ia terkenal tomboy, dia tidak terlalu suka bergaul dengan teman wanita. Di kampus ini, hanya Tristan satu-satunya yang dekat dengannya. Selama kelas berlangsung, Olivia sama sekali tidak fokus mendengar materi yang di berikan Dosen. Pikirannya terbang entah kemana. Banyak hal yang di pikirkannya saat ini. Salah satunya, bagaimana cara memberi tau Tristan untuk menyudahi hubungan mereka. Olivia tidak ingin memberi tau pernikahannya dengan Albert. Setidaknya, bukan untuk saat ini. Tristan terus mengamati sikap Olivia. Dia yakin, ada sesuatu yang Olivia sembunyikan dari dirinya. Tapi sepertinya, Olivia belum siap untuk memberi tau padanya hal apa itu. Setelah kelas berakhir, tak terasa sudah jam satu siang. Kelas Olivia sudah selesai untuk hari ini. Jadi, dia berniat untuk langsung pulang ke mansion. Dia masih belum menemukan bagaiman cara untuk memberi tau Tristan. "Mike, jemput aku sekarang." Ol
Tristan masih termenung di tempatnya terduduk. Meski mobil Albert dan Olivia telah lama meninggalkan tempat itu. Tristan seperti kehilangan akal saat ini. Dia tidak tau harus berbuat apa dan akan pergi kemana. Pikirannya buntu, saat teringat dengan kata-kata yang diucapkan Albert padanya tadi. "Olive, aku sangat berharap semua ini tidak serius. Kuharap kau akan menjelaskan ini kepadaku besok." Akhirnya Tristan menuju mobilnya, dan meninggalkan kampus dengan hati yang masih penuh dengan kegundahan. Sudah jam dua siang, saat Albert dan Olivia memasuki mansion. Olivia yang masih kesal dengan sikap semena-mena Albert, masuk dengan wajah yang cemberut. Olivia langsung menaiki anak tangga menuju ke kamar. Albert hanya mengikuti dari belakang. "Aku tau kau masih anak kecil, tapi jangan bersikap kekanak-kanakan seperti itu." Tegur Albert saat masuk kamar dan membuka jasnya. "Aku memang masih anak kecil, lalu mengapa pria tua sepertimu tertarik untuk men
Olivia mendengkus kesal mendengar perkataan Albert. Sementara Jane meninggalkan mereka dengan senyum dan hati yang bahagia. "Tuan, semoga kau bisa benar-benar membuka hatimu pada Nona Olivia. Agar kenangan buruk di masa lalu itu bisa hilang dari ingatanmu." Ucap Jane dalam hatinya. Jane sudah merawat Albert sejak kecil, jadi dia tau seluk beluk kehidupan Albert di masa lalu. Albert makan dengan lahap. Olivia baru sekali ini melihatnya makan dengan porsi yang banyak. Olivia makan hanya sedikit, sekedar pengganjal lambungnya saja. "Kenapa kau makan sedikit sekali? Apa makanan ini tidak ada yang sesuai dengan seleramu?" Tanya Albert saat selesai makan dan membersihkan sudut bibirnya dengan sapu tangan. "Aku diet!" Jawab Olivia singkat dan ketus. "Kau memang harus diet. Kau tau berapa berjuangnya aku mengangkat tubuhmu yang berat itu ke lantai atas?" "Ka-kapan kau melakukannya?" "Saat kau tertidur di dapur." "Salahmu se