(Author P.O.V)
Ayuni terbaring lemah di ranjang klinik, entah berapa lama dia tertidur. Saat membuka matanya, dia merasakan sakit di seluruh badannya. Pandangannya menyapu seisi ruangan, dia melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukan waktu dini hari. Kemudian dia teringat kembali peristiwa kemarin sore, yang terkunci di gudang hingga sampai Jodi menemukannya. Dia melihat pada sosok di sampingnya yang sedang tertidur begitu pulas, punggungnya bersandar pada sebuah kursi. Ayuni tersenyum, wajah rupawan seperti pahatan indah itu sedang tertidur dengan mulut menganga, walaupun begitu masih saja terlihat tampan, pikirnya. Dia tidak berani untuk mengganggu tidur nya.
Kemudian dia teringat dengan anak dan ibunya yang pasti menunggu dengan khawatir. Dia pun mencoba bangkit, tapi tulang rusuknya terasa sakit, "Akh...!"
Sejurus kemudian Jodi terbangun karena mendengar seruan Ayuni.
"Kenapa? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanyanya.
"
(Author P.O.V)"Apa?"Rasa penasaran Ayuni semakin bertambah. Siapa orang itu? Dan apa maksudnya memberikan begitu banyak makanan kepada mereka?"Tadi pagi aku di antar Om Dokter ke sekolah, naik mobilnya yang bagus. Mereka semua kagum dan teman-temanku bertanya, siapa orang itu? Ku jawab saja calon Ayahku," cerita Yasmin begitu semangat. Hal itu malah mengingatkan lagi Ayuni kepada Jodi."Yasmin! Kau tidak boleh mengatakan itu Nak!" Ayuni tidak senang dengan yang di ucapkan anaknya. Ini bisa menjadi masalah baginya dan juga Jodi."Kenapa?" Yasmin mendelik."Sayang, Om Jodi memang baik sama kita, tapi dia belum tentu akan menjadi Ayahmu Nak." jawab Ayuni."Oh aku baru tahu, Om Dokter itu bernama Jodi. Tapi kenapa Bu dia gak bisa jadi Ayahku?" Rupanya Yasmin baru tahu nama Jodi sesungguhnya."Bukan tidak bisa. Dalam hidup tidak semua yang kita inginkan akan terwujud, begitupun dengan semua yang kita takutkan,
(Author P.O.V) Ayuni tercengang dengan kedatangan tamu yang tak diundang itu, hati dan pikirannya menjadi gelisah. "Pak Badrun? Ada apa kemari?" tanya Ayuni, yang langsung memeluk anaknya. Lalu memerintahkan anaknya untuk masuk, "Yasmin masuk ya, tunggu bersama Nenek!" Anak itu merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan ibunya dia ragu, namun akhirnya menuruti perintah ibunya. Ayuni tahu kedatangan Badrun, pasti berhubungan dengan kejadian di gudang dan percakapannya dengan Pak Burhan tadi siang. Mungkinkah dia datang semacam ingin menuntut balas? Seperti yang dilakukan oleh sekelompok wanita tadi di pabrik. Celakanya dia langsung mendatangi ke rumahnya saat malam hari. Ayuni mulai gentar, dia berkata, "Aku tidak memfitnahmu, aku hanya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi ketika di gudang kepada Pak Manager." Badrun menyeringai, "Ayuni santai saja lah dulu! Aku belum mengatakan maksud dan tujuanku kemari. Tapi kau sud
(Author P.O.V) Tersiarnya kabar tentang Badrun yang mengalami kecelakaan secara tidak wajar menjadi buah bibir di desa, itu karena Badrun sendiri yang menceritakannya kepada orang yang menemukannya di jalan setelah kejadian. Ada sebagian yang mengutuk kejadian itu, namun tidak sedikit yang merasa bersyukur karena dia telah mendapatkan balasan atas kesewenang-wenangannya selama ini. Warga desa bertanya-tanya siapa pelaku yang membuat Badrun sampai harus melakukan operasi di kedua kakinya itu. Sama dengan pemikiran warga lain, Ayuni pun merasa penasran. Dia sempat merasa curiga ketika teringat dengan kata-kata Jodi yang dia dengar ketika mengancam Badrun, mungkinkah ini ada hubungannya? Tapi bukankah Jodi bersamanya ketika kecelakaan itu terjadi. Tetapi dia menepis kembali prasangka itu, lagi pula dengann sikap dan kelakuan Badrun selama ini pasti tidak sedikit yang membencinya atau menaruh dendam padanya. Karena hari ini libur bekerj
(Author P.O.V) Jodi berada di sebuah ruangan di klinik dia baru saja memeriksa seorang pasien, setelah pasien itu meninggalkan ruangannya, Jodi menoleh ke arah ponsel yang sejak tadi berdering. Dia membaca sebuah pesan di ponselnya lantas langsung menelpon seseorang. "Ada kabar apa?" tanyanya, tampak dia mendengarkan dengan serius penuturan seseorang di balik telpon. "Apa kau tahu alasannya? Mengapa secara tiba-tiba?" Jodi kemudian bangkit dari kursinya, melangkah ke arah jendela dengan tetap ponsel di gengamannya, "Baiklah, secepatnya cari semua tentang masa lalunya itu. Dan satu lagi bawa ke hadapanku orang yang telah mengakibatkan Ayuni terkunci di gudang!" Ia lalu menutup ponselnya, sorot matanya yang tajam menjadi suram. Yasmin dan Bu Ratih sedang berada di halaman rumah, tampak Yasmin sedang bermain bola karet sendiri. Kecuali di sekolah, dia memang sudah terbiasa bermain sendiri ketika di rumah. S
(Author P.O.V) Jodi meninggalkan gudang dengan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia marah besar dengan Jefri yang mencoba mengancamnya menggunakan Ayuni. Dan satpam itu, sungguh pandai bersandiwara. "Jefri, aku tidak akan membiarkan ini. Kau berani menyeret Ayuni dalam perselisihan kita, jika begitu caranya akan aku tunjukan siapa aku sebenarnya," Jodi berbicara sendiri di balik kemudinya kilatan matanya menunjukan suatu kesungguhan dan kemarahan. Dia tiba di sebuah gedung apartement di tengah kota, kemudian dia turun dari mobil dan masuk menuju lantai sepuluh. Dia mencoba menyingkarkan kemarahan yang ada dalam dirinya agar terlihat wajar. Setelah sampai di depan pintu yang di tuju dia mengetuk pintu, tak lama seseorang membukakan pintu untuknya. "Jodi! Sayaang kamu datang!" Pekik seorang wanita cantik menghambur memeluk Jodi, dia tampak menggunakan gaun tidur berbahan sutra yang sedikit memperlihatkan belahan dadanya,
(Authot P.O.V) Bramantyo!!! Ayuni mengerutkan keningnya, seingatnya ibunya tidak pernah menyebut nama itu di depannya. Mungkinkah seperti dugaannya bahwa ibunya pernah bekerja dengan pemilik pabrik sebelumnya? Atau ini hanya sebuah kebetulan saja? Dia menutup laptopnya dan mencoba untuk tidak memikirkn segala hal yang menyangkut pemilik pabrik. Tugasnya hanya bekerja saat ini, dia kembali kepada pekerjaannya yang lain. Tiba-tiba dia menerima sebuah pesan di ponselnya, sebuah pesan tanpa nama. 'Aku akan menejemputmu nanti selepas kau bekerja.' Ayuni melihat riwayat pesannya yang terdahulu dan dia bisa mengetahui jika pesan itu berasal dari Jodi. Dia tersenyum simpul memikirkan perlakuan Jodi kepadanya, mereka menjadi dekat dan menjadi sepasang kekasih itu adalah hal yang menurut Ayuni sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan tapi ini benar nyata. Tapi dia ragu apakah semua ini akan berjalan baik-baik saja? &
(Author P.O.V) "Bagaimana kau bisa tahu kalau dia pelakunya? Apakah orang itu kau?" Ayuni bertanya dengan menatap kedua manik cokelat Jodi. "Maksudmu?" Jodi tampak keheranan dengan pertanyaan Ayuni mencoba mencari tahu apa yang ada dalam pikiran Ayuni. "Beberapa hari yang lalu, dia meneleponku dan meminta maaf padaku awalnya aku tidak mengerti dengan maksudnya, dia mengakui jika dirinya adalah orang yang mengunciku di gudang atas perintah seseorang yang dia juga tidak mengenal orang yang memerintahkannya," Ayuni mengatakn dengan sedikit bergidik. "Lalu?" tanya Jodi penuh selidik. "Dia terdengar seperti sangat ketakutan, dia mengatakan sekelompok orang mengejarnya dan meminta padaku agar orang-orang itu tidak mengejar dan melukainya, dia melakukan itu hanya karena tergiur dengan uang yang di tawarkan padanya, untuk itu dia memohon agar aku mengatakan kepada orang yang mengejarnya untuk tidak berbuat sesuatu padanya
(Author P.O.V) "Aku Ayahnya!" Ungkapan Bram cukup membuat Jodi terkesiap, kata-kata yang tadi sudah ia siapkan untuk di lontarkan kepada Bram seketika hilang begitu saja. "Kau bisa mengerti bukan bagaimana kekhawatiran seorang ayah kepada putrinya?" kata Bram, yang membuyarkan sikap terpegun Jodi untuk beberapa saat. Jodi lalu memandang laki-laki itu kemudian mengatakan, "Apakah kau mengira dia akan senang menerima kehadiranmu secara tiba-tiba? Aku sedikit khawatir tentang itu." Jodi berpikir, Ayuni yang memiliki kepribadian cenderung tertutup tidak akan mudah menerima seseorang dalam hidupnya, terlebih lagi menerima kehadiran seseorang yang selama ini tidak diketahui namun memiliki peran penting atas hidupnya. Ayuni hanya mengetahui ayahnya telah tiada dan tentu hanya ada satu ayah dalam hidupnya. "Aku tidak akan memaksanya untuk menerimaku, aku memang bersalah telah menelantarkannya, aku hanya ingin meng