Share

Bab 3

Thea menatap banyak orang yang berlalu lalang di rumahnya. Mereka semua pada mendirikan panggung kecil di belakang rumah, padahal taman ini tidak terlalu lebar. Di tambah lagi ada kolam renang yang akan di hias dengan lilin, dan juga tulisan yang mengambang di atas air.

Tinggal tiga hari lagi mereka akan menikah setelah itu— Ya Tuhan rasanya Thea belum siap. Dia ingin kabur dari rumah tapi kalau pun kabur, masalah tidak akan selesai yang ada malah tambah parah.

Helaan nafas keluar dari mulut Thea. Dia pun bangkit dari meja makan dan ingin menuju kamar. Tapi langkahnya terhenti saat melihat pendeta datang kerumahnya.

"Selamat pagi Pak Daniel". sapa Thea sopan. 

"Selamat pagi Thea, sudah siap?" 

Thea mengangguk dia pun menatap pintu yang terbuka. Dan Adriell yang baru saja datang dengan muka bantalnya. Mngkin dia baru saja bangun tidur dan langsung datang ke sini. 

"selamat pagi Adriell." sapa Pak Daniel pada Adriell . 

Adriell terjingkat kaget, tapi dia juga mengangguk  dan balik menyapa Pak Daniel. Walau pun masih ngantuk dan Adriell masih pengen tidur lagi. 

Mereka pun langsung naik ke lantai dua, disana ada satu ruangan televisi yang cukup besar. Biasanya di gunakan untuk menonton televisi layar lebar, jadi enggak perlu ke bioskop membeli tiket mahal-mahal. Disini juga bisa, tinggal colokin ke laptop atau membeli dvdnya. 

pelajaran pernikahan pun di mulai, mereka berdoa satu sama lain. Sampai Pak Daniel pun menjelaslan isi kitab suci pernikahan. Ini hari ke tiga dan mereka harus memiliki, sertifikat lulus belajar pernikahan untuk melangkah ke altar.

"Sekarang coba kalian bayangin. Kalian punya berapa garis disini." kata Pak Daniel menyerahkan satu kertas pada Adriell dan juga Thea.

"Lima." jawab Adriell dan juga Thea bersamaan.

Mereka pun langsung saling tatap, apa lagi Thea yang melotot sedangkan Adriell yang terlihat santai.

"Coba kalian gabungin garis yang kalian miliki menjadi satu gambaran."

Adriell maupun Thea mengangguk. Bahkan mau menggambar saja mereka harus berkelahi lebih dulu disini. Antara Thea dan juga Adriell yang akan mengaris lebih dulu. 

Sampai Pak Daniel melerai mereka dan meminta Adriell yang mengaris lebih dulu. Karena dia akan menjadi kepala rumah tangga. 

Adriell menjulurkan lidahnya pada Thea. Lalu mengambar garis tidur dan menghitung dalam hati. Dia memiliki lima garis dan Thea juga memiliki lima garis.  

Dan jadilah sebuah rumah sederhana dengan sepuluh garis. Lima milik Thea, lima lagi milik Adriell.

Thea dan Adriell pun sempat terkejut. Dia juga tidak menyangka jika garis yang mereka memiliki, akan berubah menjadi rumah yang pas tanpa sisa.

"Kalian tau , kalian ini memiliki kesamaan dan saling melengkapi. Kalian membangun pondasi rumah yang kokoh, dengan sepuluh garis tanpa sisa. Kebahagiaan akan melimpahi hidup kalian nantinya." jelas Pak Daniel.

Jujur aja Adriell maupun Thea tidak paham dengan ucapan Pak Daniel. Tapi karena mempercepat waktu mereka berdua hanya mengangguk sebagai jawahan. Apa lagi setiap pelajaran, mereka hanya membutuhkan satu jam pelajaran seperti saat ini. 

Pak Daniel langsung saja menyuruh Adriell membaca kitap suci tentang pernikahan. Secara garis besar mereka menikah di hadapan Allah. Tapi mereka tidak akan bisa bercerai sesuai perjanjian dengan Allah. 

"Baiklah kita tutup dengan doa."

Adriell dan Thea pun mengangguk mereka langsung menutup kedua mata mereka dan berdoa. Apa lagi Pak Daniel yang memimpin doa, setiap kali mereka mulai pelajaran sampai selesai pelajaran.

"Baiklah sampai ketemu besok, di jam yang sama ya. Saya permiai dulu." kata Pak Daniel.

"Iya Pak, terima kasih."  kata Thea dan juga Adriell. 

Pak Daniel pun pergi Adreill langsung keluar lebih dulu dan menuju kamar Thea. Thea yang tau pun langsung menghentikan langkah Adriell yang mau masuk ke kamarnya seenak jidatnya itu. 

"Lo mau ngapain?" tanya Thea menahan lengan Adriell. 

"Mau tidur." jawab Adriell cuek. 

"Ya tapi itu kan kamar gue. Lo kan bisa pulang tidur di kamar lo." 

Adriell mendengus, "Gue ngantuk lo mau gue di jalan kenapa-napa? Kalau gue tabrakan terus lo jadi janda belum waktunya mau lo?" 

Thea mencibikkan bibirnya sebal apa lagi ini. Perasaan dari kemaren yang di bahas janda mulu. Lagian enggak ada yang mai jadi janda, tapi kalai Adriell tabrak terus mati, tandanya pernikahan ini enggak jadi kan?

"Dari kemaren lo bilang janda-janda mulu, perasaan suka banget lihat gue jadi janda" 

"Ya kan janda lagi di depan. Udah gue mau tidur." 

Thea menghentakkan kakinya saat melihat Adriell masuk ke kamarnya. Padahal tadi dia berniat ingin balik tidur lagi, atau rebahan nonton Drakor tapi sayangnya ada Adreill jadi enggak bisa rebahan. 

*****

Thea memutuskan pergi ke mall bersama dengan Aqilla. Tadi sih bareng Mami juga tapi di tengah jalan, Mami malah ketemu Mamimya Adriell. Dan mereka pun langsung pergi sendiri, katanya mencari sesuatu yang bagus untuk acara nikahan kita.

Fan akhirnya Thea pun memutuskan pergi dengan Aqilla. Untung aja tadi Aqilla ikut coba kalau tidak, udah di pastiin Thea akan kayak orang hilang di mall segede gini.  

Jangan tanyakan Adriell, dia tadi udah bangun, udah makan, di ajak ngemall langsung saja dia bilang gue ngantuk mau tidur lagi, lo kalau mau pergi, pergi aja sendiri .  

Dan yah di sinilah Thea dan juga Aqilla. Di salah satu salon ternama style korea yang cukup ramai. 

Katanya ini salom langgangan Mami. Suudah di pastikan kalau tempatnya mewah begini, harganya juga pasti mahal banget. Tapi mereka juga bisa homecare kenapa harus ke mall coba? 

"Loh Mami kamu enggak ikutan The?" kata pemilik salon ini Tante Ella.

"Tadi ikut kok Te, terus ketemu sama Tante Maria, jadi nya keluar sendiri-sendiri." jelas Thea.

Ella mengangguk dia pun langsung mengerjakan perintah Damara. Tadi sebelum Thea ke sini, Damara sempat telepon kalau anaknya mau kesana. Dia mau menikah jadi harus memanjakan diri dari ujung kaki sampe ujung rambut.

Dan sekarang rambut lurus Thea harus di keriting gantung agar terlihat cantik. Di tambah lagi perawatan kuku kaki dan juga tangan, lulur, relaksasi dan masih banyak lagi yang Thea lakukan di sini bersama dengan Aqilla.  Mengingat Aqilla harus mendampingi Thea saat menikah nantinya. Dia ingin sahabatnya ini menjadi saksi pernikahan mereka.  

"Te ini jerawatnya eggak di coblos kan?" tanya Thea.  

Akibat periode bulanan jerawat Thea jadi keluar dua. Satu di dagu , satunya lagi di kening. Ini masih merah dan sudah di pastikan kalau di coblos akan berdarah bukan nanah. Lagian wajar kok setiap perempuan memiliki hormon begini. Yang enggak wajar itu kulit mulus, putih, licin, tanpa jerawat.

Ella meneliti jerawat yang baru saja muncul, dan masih peradangan. Kalau di coblos juga bakalan sakit. Jangankan di coblos di pegang aja pasti sakit banget rasanya. 

"Di laser aja ya, kita facial dulu enggak usah di coblos." kata Tante Ella.

Thea mengangguk dia pun langsung menyeret Aqilla masuk ke dalam kamar. Disana ada empat brankar yang di sekat dengan tirai berwarna pink. Tapi berhubung tempat tidur Thea dan juga Aqilla sebelahan, Thea meminta Tante Ella untuk membuka tirai samping brankarnya, yang langsung tertuju pada tempat tidur Aqilla. 

"Lo perasaan enggak mau banget jauh dari gue." kekeh Aqilla.

"Takut aja lo biasanya ninggalin gue, kan kadang lo usil."

"Kalau masalah gini gue lagi gak mau usilin lo. Malah gue kepo, habis nikah lo berdua mau ngapain?"

Pertanyaan yang tidak enak pun terdengar di telinga Thea. Reflek dia pun langsung memukul Aqilla yang di sampingnya dengan tongkat, entah apa namanya yang ada di sampingnya.  

Aqilla yang di perlakukan seperti itu pun tertawa kecil. Apa lagi mukanya di masker, dia enggak bisa tertawa lebar karena masker itu bisa saja mengeras dan retak . 

"Jangan tanya itu, duh kuping gue." jawab Thea pelan.

Maskernya mulai mengering apa lagi tadi udah ,di laser. Dan entah di apakan lagi sama Tante Ella tapi yang jelas kulitnya jadi lebih kenyal dan juga lembut.

"Selesai," kata Tante Ella berbinar, "Tuh kan cantik" pujinya.

"Tante bisa aja, Tante juga cantik."

"Kamu pake perawatan apa, kok bisa pori-pori kayak gini enggak kelihatan." tanya Ella.

Ya dia juga heran kenapa pori-pori Thea sama sekali tidak terlihat disini. Kebanyakan remaja sekarang sudah memakai skincare buat mutihin wajah, tapi malah ngebuat pori-poro terbuka lebar dan juga kulit menjadi tipis. Akibat pengelupasan yang tiada henti, tapi hasilnya memang bagus . 

"Aduh lupa Te biasanya yang beliin Mami, Te." jawab Thea.

"Wah kalau urusan sama Mami kamu maa, aku enggak sanggup deh." kekeh Tante Ella dan membuat Thea tertawa kecil.

"Aelah Te palingan pake tepung beras sama susu beruang."kekeh Aqilla.  

Tante Ella semakin tertawa sedangkan Thea malah melotot dan menyiku Aqilla agar diam. Hingga mereka pun berpamitan pulang, setelah tagihan di bebankan ke Mami Thea. Lumayan lah hemat uang jajan disini, kalau ke salon mahal Mami yang bayarin.

Maklum anak sekolahan belanja make up aja masih di sponsori orang tua. Belum bisa cari duit sendiri.  

******

Setelah puas keliling mall dan juga belanja Thea dan  Aqilla, memutuskan pergi ke salah satu resto jepang yang kata Aqilla disini paling enak shusinya.

Sambil menunggu pesanan Thea pun mengeluarkan sepotong baju, yang tadi di pilihkan oleh Aqilla.  

Baju ini model crop di tambah ada pita di bagian kiri yang cukup besar. Aqilla juga mengambil satu rok dan juga jaket jeasn berwarna kunyit pula.

"Bagus kan pilihan gue." kata Aqilla bangga.

"Bagus apaan, ini crop Qil yang ada pas gue pake duduk aja punggung gue kelihatan."

"Ck , rok lo tinggin oon. Ya ampun The lo jangan katrok dong, baju begini masak lo enggak bisa pake sih." omel Aqilla. 

Bukannya enggak bisa pake cuma kan Thea itu suka sekali dengan baju yang panjang. Dan terlihat besar agar kulitnya bisa bernafas. Tapi ini bajunya masalahnya setengah perut, terus di paduin sama rok item, bagus sih bagus cuma kalau duduk gimana? 

"Dih apaan sih ngatain katrok." jawab Thea dengan mulut yang mengerucut.

"La elo sih susah banget di bilangin."

"Iya deh iya, gue pake besok. Kita jalan lagi pas lo pulang sekolah." 

Aqilla mengangguk, selama satu minggu ini mungkin dia akan repot dengan thewa.  

Pesanan mereka  pun datang dan mereka melahapnya dengan pelan. Sesekali bercerita apa saja yang Aqilla lakukan di sekolah. Tak lupa juga dengan vidio mesum yang menyeret nama Thea dan juga Adriell yang masih di bicaran di sekolah. 

"Gue pindah sekolah aja lah, malu gue nanti masuk-masuk masih aja di bully sama mereka semua." kata Thea takut.

"Lo tenang aja, lagian yang masih ngebahas itu tuh gengnya Siska. Cewek yang suka sama Adriell calon laki lo, lainnya maa udah cuek-cuek bebek kok." kata Aqilla. 

Thea masih saja diam mendengar ucapan Aqilla. Disini mendengar gosip apa aja yang ada di sekolah. Kalau saja Thea punya fhoto kakak kelas itu, udah di pastiin Thea akan menyeret mereka berdua untuk mengaku di depan kedua orang tua mereka jika itu bukan Thea dan juga Adriell.  

"Lagian mereka juga udah sadar kok, semua orang juga pernah ngelakuin itu. Tapi biasa aja soalnya kita enggak tau jadi santi aja."

Thea mengangguk mungkin benar apa yang di bilang Aqilla. Semua orang pernah melakukan, hanya saja mereka menutupi. Tapi kalau udah nyebar gini apa harus menikah? Itu buat orang yang pernah melakukan, kalau yang engak kayak Thea dan Adriell?

"Kok enggak adil ya." gerutu Thea pelan.  

"Haa apaan The, lo omong apaan?" tanya Aqilla yang tidak terlalu mendengar ucapan Thea

"Eh engak kok, lanjut makan gih ntar kita pulangnya kemalemen lagi." 

Aqilla mengangguk dia pun langsung melahap shusi miliknya yang tinggal beberapa. Begitu juga dengan Thea yang langsung melahapan shusinya dengan santai, sesekali menatap sekeliling tempat makan ini. 

Sedang asik makam malam bersama dengan Aqilla. Tiba-tiba saja Adriell datang Bersama temannya.

"Thea." panggil Adriell.  

Thea menoleh kaget, dia pun langsung bediri dan menghampiri Adriell.

"Lo ngapain disini ?" tanya Thea bingung.  

"Yang harusnya tanya itu gue bukan elo. Lagian lo katanya ke mall sama Mami, kok di sini sama Aqilla?" 

"Tadi sama Mami terus Mami ketemu sama Mami lo di mall. Jadi gue di tinggal berdua doang sama Aqilla di mall. Lagian kita ke sini juga makan kali laper."

"Terus lo pulang naik apa?" 

"Taksi lah apa lagi, gue enggak bawa mobil. Tadi semobil sama Mami."

"Rerus Mami kemana?"

"Enggak tau, ah cerewet lo." 

Thea kembali ke tempat duduknya semula, dan menatap Aqilla yang sudah menghabiskam makannya. Sekarang giliran dia yang menghabiskan makanannya dan Aqilla yang menunggunya. 

"Pulang bareng gue aja lo." kata Adriell duduk di samping Thea.

"Iya." 

Adriell mengangguk dia pun langsung menganggu acara makan Thea, dan membuat Thea mendengus . ladahal dia juga udah pesen tadi bareng Galang.

"Lo udah pilih gaun belum?" tanya Adriell. 

"Udah warna biru kata Mami."

"Kok biru sih, gue aja pilih putih."

"Ya kan tinggal di ganti aja. Lagian Mami yang pilihin buat resepsi biru, kalau buat ke greja putih."

Adriell mengangguk padahal tadi dia pilih warna putih. Dia ingin pernikahan di negeri dongeng, berwarna putih yang artinya suci. Karena Adriell hanya ingin menikah sekali seumur  hidup. 

Ya dia memiliki prinsip hidup cuma sekali, jatuh cinta hanya sekali, dan menikah pun hanya sekali seumur hidup. Itulah prinsip Adriell sejak dulu. Walaupun saat ini dia belum jatuh cinta pada Thea, bahkan bisa di bilang baru saja kenal dengan Thea. Tapi kita mana ada yang tau kapan kita akan jatuh cinta, dan untuk siapa kita jatuh cinta. 

Tapi perlu di ingat Adriell pernah jatuh cinta dengan wanita lain dan itu bukan Anthea.

TBC. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status