Share

Bab 3 : Perkenalan

Namika mengedipkan matanya dan menatap langit-langit kamar. Ia akan pergi bersama Aruna hari ini dan itu membuat jantungnya tak bisa berhenti berdebar. Bagaimana mungkin dia bisa mempercayai orang dengan sangat mudah?

Tante Mutia mungkin akan memarahinya karena Namika mudah mempercayai orang. Tentu saja itu karena Namika pernah dikhianati oleh orang-orang yang dia percayai.

Gadis itu mengerutkan keningnya. Lagi pula dia hanya akan berada di sini selama tiga bulan. Apa yang akan laki-laki itu lakukan? Mengambil uang atau barangnya? Silahkan. Namika tidak peduli.

Tapi tentu saja Namika akan merasa sedikit kesal karena itu adalah uang pemberian orang tuanya. Terlahir dari keluarga yang lebih dari berkecukupan membuat Namika merasa jika dia sedikit boros.

Ia bangkit dan membersihkan dirinya dengan cepat. Ia menggunakan baju lengan panjang dan celana pendek. Ia menyemprotkan parfum ke pergelangan tangannya dan mencoba meyakini dirinya bahwa dia sudah terlihat baik.

“Kenapa aku sampe segininya cuma gara-gara jalan sama dia ya?” gumam Namika kecil. Dia merasa sedikit malu karena dia terlalu memperhatikan penampilannya.

Namika mengambil sebuah snack dan memakannya dengan asal-asalan. Setidaknya maag yang dia miliki tidak akan kambuh ketika dia sedang bersama Aruna. Itu akan terasa sangat memalukan.

Gadis itu dapat mendengar sebuah ketukan dari pintu villa yang menembus ke pantai. Dengan jantung yang berdebar, Namika membuka pintu itu. Ia pun langsung melihat Aruna dengan baju yang agak berbeda dari biasanya.

Pipi Namika memerah. Sepertinya bukan hanya dia yang memperhatikan penampilan kali ini. Aruna tersenyum dan Namika merasa jika dia ingin pingsan ketika melihat senyuman itu.

“Mau pergi sekarang?” tanya Aruna dan Namika mengangguk dengan cepat. Dua remaja yang baru beranjak dewasa itu pun berjalan berdampingan.

Namika dapat melihat beberapa orang yang sedang berjalan. “Pantai di sini sepi banget ya? Kalo di kota pantainya enggak ada yang sepi. Makanya kadang enggak nyaman aja gitu.”

Aruna terkekeh. “Yah, ada sesuatu yang membuat orang jarang tertarik dengan pantai ini. Bahkan orang lokal juga jarang pergi ke sini.”

Mata Aruna memiliki warna seperti biru laut. Yang menyebalkan, Namika juga menyukai warna biru. Bertambahlah satu alasan kenapa Namika menyukai Aruna.

Namika kemudian mengalihkan pandangannya ketika Aruna tampaknya menyadari bahwa Namika melihatnya. Walaupun hari masih pagi, Aruna bisa merasakan cahaya matahari yang menyengat kulitnya.

“Di sini memang panas banget kalau lagi musim kemarau. Bawaannya pasti pengen mandi terus,” kekeh Aruna ketika melihat Namika yang menutupi wajahnya.

“Kamu kayaknya udah terbiasa ya?” sahut Namika. Keduanya menatap satu sama lain selama beberapa saat dan Aruna mengalihkan pandangannya.

Laki-laki itu mengangguk kecil. “Aku emang tinggal di sini. Kadang-kadang aku balik ke kota sih kalau Sirius butuh bantuan.”

Tanpa Namika sadari, mereka tiba di sebuah lokasi yang terdapat hamparan bunga. Mulut Namika menganga. “Aku baru tau di sini ada tempat kayak gini. Ini ada yang membudidayakan ya?”

“Kurang lebih begitu. Tapi di sini bukan milik siapa-siapa, jadi aku sering main ke sini. Aku kadang ketiduran di gazebonya sih,” ujar Aruna. 

Ia menarik tangan Namika dengan lembut dan naik ke atas gazebo. Namika kemudian bisa melihat ombak yang berjalan ke pesisir pantai. Ombak itu kemudian pecah dan kembali ke laut.

Tempat itu memang berada di tebing, dan itu membuat pemandangannya menjadi lebih indah. Aruna memperhatikan ekspresi Namika dengan wajah datar. Gadis itu terlihat sangat takjub.

“Sebenernya aku pengen renang di sini, tapi ombaknya keras banget. Belum lagi ini kayak langsung ke laut. Apalagi pasirnya warna hitam. Jadi mikir-mikir kalau mau renang,” desah Namika.

“Aku bisa jaga kamu kok,” ucap Aruna tenang. Namika menatap laki-laki itu dan sedikit tersentak ketika ia melihat Aruna dengan fisik yang berbeda. Namun sedetik kemudian hal itu kembali berubah.

Namika berusaha menyembunyikan keterkejutannya. “Mungkin minggu depan aku bakal coba buat berenang di pantai. Lagi pula aku punya banyak waktu di sini sebelum aku pindah.”

Aruna hanya menjawabnya dengan gumaman. Namika meminum air yang dia bawa dan memotret pemandangan di hadapannya. Benar, pemandangan yang ia maksud adalah Aruna.

Namika menjadi semakin bertanya-tanya dengan asal-usul Aruna. Namun tentu saja Namika tidak akan menemukan jawabannya. Aruna bahkan tidak mengetahui siapa orang tuanya.

“Pasti banyak cewek yang suka sama kamu,” celetuk Namika tiba-tiba. Namika merasa kemampuan membaca pikirannya seperti nonaktif dan itu membuatnya tak mempedulikan pandangan orang lain terhadapnya.

Aruna tersenyum kecil. “Pasti banyak juga sih cowok yang suka sama kamu. Kamu enggak punya pacar ya?” tanya Aruna balik.

Namika tertawa kencang. “Yah, enggak banyak tapi ada aja sih. Kalau untuk pacar, mungkin kamu akan tahu alasan kenapa aku enggak punya pacar,” jawab Namika dengan senyuman penuh makna.

Mereka tahu jika mereka menyembunyikan rahasia dari satu sama lain. Namika juga berniat untuk memberi tahu Aruna tentang kekuatannya. Lagi pula dia akan pergi dari negara ini.

Aruna mengambil sebuah selimut yang ada di sana dan melipatnya sehingga berbentuk seperti bantal. Ia kemudian menepuk bantal itu untuk mengajak Namik ikut merebahkan badannya.

Namika menelan ludahnya dan merebahkan badannya. Angin pantai yang terus berhembus membuat Namika mersa mengantuk. Di sisi lain, Namika merasa dia sedikit pusing karena terus terkena angin.

“Kamu.. mau balik?” tanya Aruna ketika melihat Namika yang memijat kepalanya sendiri. Namun gadis itu menggeleng pelan. Dia ingin menikmati waktu bersama Aruna walaupun badannya sedang tidak enak.

Aruna mengambil tas yang dibawa Namika dan mengambil sebuah kain pantai lalu memakaikannya ke Namika. “Aku yakin kamu bakal terbiasa kalau udah tinggal di sini selama sebulan.”

Namika hanya mengangguk dan tanpa sadar ia tertidur. Aruna menatap perempuan di hadapannya dengan lekat. Dalam sekali lihat saja Aruna tahu jika Namika bukanlah orang biasa. 

Namun ada banyak orang-orang seperti mereka dan Aruna tidak tahu Namika merupakan bagian apa. Mungkin saja gadis itu juga tidak tahu jika dia bukanlah manusia biasa.

Tapi dengan keberadaan Mutia, Aruna meragukan hal itu. Hanya menunggu waktu sampai mereka berdua mengetahui identitas masing-masing.

Mata biru Aruna menatap Namika dengan lekat. Tanpa sadar tangannya sudah mengambil sehelai rambut Namika. Rambutnya terasa sangat lembut dan itu membuat Aruna tak ingin melepaskan tangannya.

Beberapa menit pun berlalu. Namika dapat merasakan tangan seseorang yang mengusap kepalanya. Ia sudah lama tak merasakan hal itu. Sejak orang tuanya pergi ke Kanada, Namika lupa bagaimana rasa sentuhan orang tuanya.

Namika membuka matanya dengan pelan dan ia menyadari jika Aruna lah yang melakukan hal itu. Laki-laki itu tersenyum miring dan Namika tertawa kecil ketika melihat itu.

“Kayaknya kamu punya hobi tersembunyi ya?” tanya Namika sambil mengusap matanya. Aruna tetap tak melepaskan tangannya dan itu membuat jantung Namika semakin berdegup kencang.

“Mungkin bisa dibilang gitu. Aku bener-bener kesepian selama tinggal di sini. Jadi yah, aku senang karena punya orang yang menemani aku.”

Namika tertegun sejenak ketika mendengar hal itu. Aruna terdengar sangat kesepian. Gadis itu ingin bertanya namun dia tahu jika hal itu sudah menyangkut privasi Aruna.

“Kayaknya kita harus cari makan dulu deh. Aku laper banget. Kamu ada rekomendasi makanan enak di dekat sini enggak?” tanya Namika sambil mengalihkan pembicaraan.

“Boleh. Aku jarang beli makanan sih, tapi mungkin aku tahu tempat makan yang cocok dengan seleramu.”

Namika mengerutkan keningnya sejenak. “Jangan bilang kamu mikir kalau aku ini rich kids yang enggak mau makan di pinggir jalan? Aku bakal makan apa pun selama makanan itu memang layak untuk dimakan.”

Well, jujur waktu pertama kali aku ngelihat kamu, aku mikir kalau kamu itu anak orang kaya yang manja banget. Apa lagi kamu bilang kalau kamu bakal tinggal di Kanada. Siapa sih orang yang enggak berpikir gitu?”

Kedua remaja itu pun berjalan dan Namika dapat melihat beberapa orang di pantai. Sepertinya pantai ini tidak sesepi yang dia pikirkan. Tapi ia terkejut ketika Aruna tiba-tiba menarik tangannya.

Namika hendak bertanya namun kepalanya tiba-tiba dipenuhi oleh beberapa pikiran dari orang-orang itu. Aruna melihat ekspresi Namika dan ia tahu jika gadis itu mengetahui sesuatu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status