Share

Bab 6. Drama Memuakkan

Susan tak keluar kamar hingga pagi. Bas berkali-kali mengetuk pintu ingin masuk, tapi Susan tidak peduli. Ia tak ingin melihat wajah laki-laki monster yang telah membuatnya jatuh miskin. Ia benci dan ingin pergi.

 

Tak mampu menahan sedih, ia menenggak dua butir pil tidur dan terlelap hingga pagi.

 

Susan tersentak kaget ketika Bik Min menggedor pintu kamar.

 

“Bu, ada Neng Nesa. Katanya mau ketemu Ibu.” Bik Min memanggil berkali-kali.

 

Antara percaya dan tidak, ia mengucek mata dan menegakkan kuping meyakinkan pendengarannya.

 

“Sebentar Bik. Suruh tunggu.” Akhirnya ia yakin memang suara Bik Min yang memanggil dari luar kamar.

 

Selama menikah dengan Bas dan tinggal di rumah ini, baru kali ini Nesa mengunjunginya. Dan gadis itu datang di saat yang tidak tepat. Ia masih pengar akibat minum obat tidur, matanya setengah mengantuk, namun ia paksakan bangun dan bersiap keluar.

 

Dengan langkah diseret Susan menuju ruang tamu tempat Nesa menunggu.

 

Nesa terbelalak. Wajah Susan pucat, rambut berantakan dan mata sembab.

Ia tak pernah melihat Susan seperti ini. Biasa perempuan itu selalu tampil modis dan trendi. Nesa bahkan terkadang merasa minder saat berada di sampingnya. Kecantikan dan keanggunannya masih terpancar kuat meski usia sudah tak lagi muda.

 

Dengan kasar Susan menghempaskan tubuh di kursi.

 

“Ada apa Nes? Tumben kamu mengunjungi ibu.” Ia bicara dengan suara parau.

 

“Ibu kenapa? Kok berantakan amat.” Nesa tak tahan mengomentari penampilan sang ibu.

 

“Tidak ada apa-apa.” Susan membalas lemah. “Kamu ada apa kemari? Ibu kira kamu tidak tahu alamat rumah ini.”

 

“Tapi ibu terlihat tidak baik-baik saja.” Nesa prihatin melihat penampilan Susan yang tidak karuan.

 

Niat ingin bertanya mengenai ayah Raga, seketika tergantikan rasa penasaran melihat kondisi Susan saat di rumah.

 

“Ibu baik-baik saja. Hanya sedang kurang sehat.”

 

“Aku mau bicara dengan ibu, tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.”

 

“Ada apa? Kamu ingin bicara di kamar Ibu?” Susan menatap anak gadisnya yang tampak resah.

 

Belum sempat Nesa memberi jawaban, Bas muncul di ruang tamu.

 

“Wah rupanya ada tamu kehormatan.”

 

Ia menatap Nesa dan duduk di sebelah Susan. Susan menghindar dan pindah duduk di dekat Nesa. Bas tampak marah. Ia memandang Susan dan Nesa bergantian. Dari atas ke bawah.

Nesa merasa pandangan itu seperti melecehkan.

 

“Kamu cantik. Sama seperti ibumu. Pantas Raga tergila-gila ingin menikahi kamu.”

Ucapan Bas membuat Nesa tersentak kaget. Ia tak menyangka Bas bicara begitu di depan ibunya.

 

“Kalau dia tahu kamu anak mantan pelacur, apa dia masih mau nikah dengan kamu? Ternyata Ibu dan anak sama saja. Buah memang tak jatuh dari pohonnya,” Bas berkata dengan suara serak dan tatapan penuh penghinaan.

 

Nesa dan Susan tampak sama-sama terhenyak mendengar ucapan kasar Bas.

 

“Hei, laki-laki sial. Cukup kamu menghina aku saja. Jangan bawa-bawa anakku.” Tiba-tiba Susan bangkit dan menyerang Bas penuh kemarahan.

 

Nesa terpana menyaksikan adegan itu. Ia tak menyangka ibunya menikah dengan monster keji dan tidak tahu sopan santun. Ia lebih kaget saat melihat keganasan Susan menyerang Bas yang berusaha menghindari pukulan-pukulan di tubuhnya. Perempuan setengah baya itu tampak kalap dan berteriak-teriak marah.

 

“Dasar jahanam. Kamu yang memohon aku menikahi kamu. Kamu rampok uang penjualan apartemenku. Kini kamu seenaknya menghina aku dan anakku.”

 

Entah setan apa yang sedang merasukinya, Susan menubrukkan tubuh ke tubuh Bas dan menarik-narik rambut pria itu dengan liar.

 

Bas berusaha membalas serangan Susan, namun ia tidak bisa bergerak. Nesa berusaha menarik tubuh ibunya. Ia berteriak-teriak memisahkan Susan dari Baskoro yang kewalahan mendapat serangan dadakan Susan.

 

"Sudah. Hentikan. Kalian berdua. HENTIKAN!”

 

Susan terkejut mendengar teriakan Nesa. Seketikaia menghentikan serangannya. Ia tersengal-sengal. Wajahnya merah padam karena marah yang teramat sangat.

 

Bas mengayunkan tangan ingin memukul Susan, namun dengan sigap ditangkap oleh Nesa.

 

“Jangan sekali-kali kamu memukul ibu. Aku pengacara. Aku akan jebloskan kamu ke penjara begitu kamu sentuh dia.” Suara Nesa dingin dan pelan, namun membuat Bas tertegun dan menghentikan niatnya.

 

Nesa menatap Bas tajam. “Ternyata begini cara kamu memperlakukan istri. Aku mau bawa Ibuku pergi dari sini! Kamu tidak pantas jadi suami.”

 

Bas menatap Nesa garang. “Dia istriku. Dia tidak akan keluar rumah ini tanpa seijinku.”

 

“Aku mau pergi dari sini. Aku tidak tahan tinggal dengan kamu.” Susan menangis. Ia malu pada Nesa. Ia terhina diperlakukan kejam oleh Bas di hadapan Nesa.

 

“Ayo Bu. Ibu boleh tinggal di tempatku.” Ia merangkul Susan untuk keluar. “Tak perlu bawa barang-barangmu. Tinggalkan rumah sialan ini.”

 

Bas berdiri dan menarik tangan Susan.

 

“Aku bilang dia tidak akan keluar rumah ini tanpa seiijinku.”

 

“Aku mau pergi!” teriak Susan.

 

“Tidak. Kamu tidak boleh meninggalkan rumah ini!”

 

Terjadi tarik menarik antara Nesa dan Bas. Masing-masing memegang tangan Susan. Susan berteriak kesakitan. Tiba-tiba ia terjatuh, tubuhnya roboh. Ia menjerit.

 

Nesa dan Bas terkejut. Susan terduduk dan meringis. Air matanya bercucuran.

 

Sementara itu, anak Bas, Lee tengah berkacak pinggang menyaksikan adegan yang membuat ia tertawa getir. Tak menyangka pagi-pagi justru disuguhi drama sangat memuakkan.

 

Ketiga orang yang ada di hadapannya benr-benar membuat paginya menjadi rusak. Wajahnya menyala. Dengan murka, ia bertepuk tangan hingga mengagetkan ketiga orang yang tengah berseteru itu.

 

Plok..plok…plok….

 

“Luar biasa. Aku pikir adegan begini cuma ada di drama picisan. Ternyata benar-benar nyata dengan pelaku orang-orang menyebalkan yang ada di sekelilingku.”

 

Suaranya dingin. Tatapannya menghujam ke arah Nesa dan Susan. Lalu beralih ke ayahnya yang terpaku melihat Susan.

 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status