Kejadian itu membuatnya hingga ia masuk kedalam sangkar kelab malam. Benar-benar hari yang sungguh sial."Kenapa semua orang kejam padaku? Hanya Mama yang baik padaku, hanya Mama yang ngertiin aku. Dan hanya Mama yang tau keadaanku." lirih Verlyn.Tok tok .Verlyn buru-buru menghapus air matanya dan beranjak membukakan pintu."Nak Verlyn?" ucap Gaston yang sudah berdiri diambang pintu."Iya, adaapa?" balas Verlyn dengan sopan. Walaupun Gaston pernah berbuat kasar padanya, Mamanya mengajarkan agar ia tak membalas kekejaman seseorang."Ayo, makan malam dulu. Sudah saya siapkan." ucap Gaston dengan nada lembut."Saya lagi tidak selera makan tuan." Verlyn berniat menutup pintunya namun dicegat oleh Gaston."Ayo makan!" perintah Gaston dengan tegas."Tapi saya tak selera makan." kekeuh Verlyn.Gaston menarik tangan Verlyn dengan paksa. Ia menyeret Verlyn menuju meja makan."Makan!" titah Gaston."Tap--""Makan Verlyn." potong Gaston.Dengan malas, Verlyn mengambil sepotong roti dan selai
Olivya tak ada henti-hentinya menatap kagum ponsel-ponsel yang terpajang di kaca pameran. Ia tahu, ponsel disini pasti harganya sangat fantastik dan ponsel disini hanya ada satu-satunya, maksudnya tak terjual di toko lain manapun."Vya, ayo cepat pilih. Sebentar lagi aku ada pekerjaan." ucap Mad."Kita ke toko ponsel lain saja, Mad." ucap Olivya."Why?" tanya Mad."Disini pasti harganya sangat mahal, Mad."Mad mengacak rambut Olivya dengan gemas. Gadisnya ini memang bukan cewek matre yang hanya menginginkan hartanya. Bukan, Bukan Olivya yang ingin dengan Mad, tapi Mad yang ingin dengan Olivya."Jika kau mau, aku bisa membeli tokonya untuk dirimu." balas Mad."Selalu saja sombong." ketus Olivya."Kalau begitu, aku akan menghabiskan uangmu dengan membeli ponsel yang paling mahal disini." goda Olivya. Sebenarnya ia tak ingin melakukan ini, namun ia hanya ingin menguji Madrick. Tapi jika benar dibelikan, keberuntungan berpihak padanya."Silahkan nona Vya." balas Mad."Excusme," panggil Ol
Mad berjalan memasuki perusahaannya dengan gaya angkuh. Wajah dinginnya membuat siapapun menduga bahwa ia adalah pria kejam tak berbelas kasih."Tuan?" sapa Gaston dan beberapa pengawal dibelakangnya."Dimana dia?" tanya Mad."Dia sudah berada diruangan bawah tanah tuan." Mad berjalan lebih dulu dan langsung diikuti oleh Gaston dan beberapa pengawal."Kalian gunakan lift lainnya." ucap Mad kepada semua pengawalnya.Mad berjalan memasuki lift dan menuju lantai bawah tanah.Saat sudah sampai diruangan bawah tanah, Mad melihat dua orang yang tengah terikat dikursi. Wajah mereka penuh luka lebam dan goresan-goresan disekujur tubuhnya."Katakan, apa kesalahan kalian?" tanya Mad mencoba memancing dua orang ini.Dua orang ini tak kunjung membuka suaranya dan itu membuat Mad semakin emosi.PyarrSuara bantingan yang cukup keras. Mad membanting botol kosong yang berada didekatnya dan membuat serpihan kaca itu menyebar kemana-mana."Apa kalian bisu, heh? Apa gunanya mulut kalian?!!" bentak Mad.
Dihamparan rumput yang luas nan hijau, gadis cantik dengan gaun putih selutut, memandangi seluruh hamparan hijau yang panjang. Disini sangat bersih, tak ada sampah sekecil ataupun kecuali batu kerikil yang tertutup oleh rumput."Dimana aku?" tanya gadis kecil dengan bingung."Olivya," gadis kecil itu menoleh dan mendapati kakaknya dan juga kedua orang tuanya. Olivya memandangi dirinya, kenapa ia masih berumur 14 tahun?"Olivya, sini nak." panggil seorang ayah yang sangat Olivya rindukan."Dady, Momy, Kakak?" seru Olivya dengan senyuman yang tulus.Olivya berlari kearah mereka, semakin dekat dan semakin dekat, hingga akhirnya jatuh kedalam pelukan mereka."Dady? Momy? Oliv nggak mau ditinggal sendiri. Oliv mau ikut kalian." ucap Olivya dengan wajah yang sedih."Tidak bisa sayang, kamu harus bisa hidup tanpa kami. Ada seseorang yang sangat mencintaimu, tapi bukan itu yang Momy maksud, dia orang yang saat ini berjuang untuk Momy, Dady dan Kak Ranelly." ucap Orlan--Momy Olivya dengan sang
Brakk"Tuan, Nona Olivya mencoba lompat dari balkon kamar!" Mad yang tengah menenangkan kepalanya kembali tersentak. Secepat kilat ia berdiri dan menuju kamarnya. Ia melihat Olivya yang tengah mencoba mencoba menaiki railing balkon. Namun, kedua tangannya ditahan oleh pengawal Mad.Mad berjalan kearah Olivya. Dengan kasar, Mad membalikan tubuh Olivya hingga menatap dirinya. Tubuhnya gemetar karena tangis. "You crazy hah?!" bentak Mad dengan amarah yang meluap.Mad memberikan isyarat kepada pengawalnya untuk pergi meninggalkan Mad dan Olivya sendiri."Olivya?" Verlyn datang dengan wajah yang terkejut. Dari ambang pintu Ia melihat Olivya yang tengah berhadapan dengan Mad. Salah pengawal Mad yang baru keluar dari kamar Mad memberikan isyarat untuk meninggalkan Olivya dan Madrick berdua. Verlyn pun mengangguk dan pergi meninggalkan kamar Mad.Olivya menangis sesenggukan. Jujur, Olivya paling tak bisa jika harus dibentak. Paling tidak bisa.Mad memegang pipi Olivya dengan sedikit kasar, hi
Mad berjalan menuju dapur. Pagi-pagi sekali ia sudah bangun untuk berolah raga. Disana, ia melihat para koki yang sedang menyiapkan makanan pagi dibantu oleh para maid lainnya."Ambilkan sarapan untuk Vya, biarkan aku yang mengantarnya." perintah Mad dengan dingin."Tuan tak ingin sarapan terlebih dahulu?" tanya kepala Maid disini."Kalau aku tak minta berarti tak makan, bodoh!" balas Mad.Maid itupun mengangguk dan pergi menyiapkan sarapan pagi untuk Olivya. Sesuai perintah tuannya. Mad duduk disalah satu kursi yang ada diruang makan. Ruang makan yang mewah dan elegan."Tuan," Mad menoleh kearah sumber suara yang memanggil namanya. Mad mendapati Gaston yang tengah berlari kecil kearahnya."Ada apa?" tanya Mad dengan wajah yang amat datar."Tuan, ada seorang wanita yang ingin menjadi pembantu disini." ucap Gaston saat sudah berdiri didepan Mad.Mad mengerutkan alisnya. "Kau yakin dengan wanita itu?" tanya Mad.Gaston mengangguk dengan ragu. "Wanita itu seperti lugu sekali tuan. Jika b
"Lepasin!" Verlyn mencoba memberontak dengan mendorong dada bidang Renzo, membuat Renzo mundur beberapa langkah. Verlyn membuka pintu kamar mandi dan berhasil. Verlyn berlari keluar kamar mandi. Banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi yang menyaksikannya keluar dari kamar mandi. Verlyn menyerobot segerombolan mahasiswa dan mahasiswi itu yang sedang meneriakinya dan juga mengejek dirinya. Ia merasa hancur dan sangat hancur. Ia malu, anggapannya sekolah diluar negeri hanya ingin menambah ilmu lebih luas. Bukan mencermarkan namanya hingga luas.BrakVerlyn menangis sesenggukan dengan posisi yang terduduk. Tak sengaja ia menabrak seseorang.ByurrrVerlyn mendongak saat kepalanya diguyur oleh jus tomat. Minuman yang paling Verlyn benci baunya dan entah salah apa dia, kini ia kena guyuran minuman itu."What the fuck, what are you doing?" bentak Verlyn dengan kencang. kesabarannya sudah habis."Wow, sudah berani berkata kasar rupanya." balas Violin yang merupakan anggota Genk bullying Renzo.V
Madrick memasuki perusahaannya dengan langkah panjangnya. Semenjak ada Olivya dimansionnya, Mad lupa dengan posisinya yang juga sebagai CEO. Madrick memasukki lift khusus untuk dirinya. Ia memencet tombol lantai paling atas, yaitu ruang kerjanya.Madrick keluar dari dalam lift. Ia membuka pintu ruang kerjanya. Banyak sekali berkas yang menumpuk diatas meja kerjanya. Mad membanting bokongnya pada kursi kebesarannya. Mad melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Menunjukkan pukul dua belas siang. Madrick menghebuskan nafasnya dengan gusar. Ia mengambil satu persatu berkasnya untuk ia teliti dan juga tanda tangani.Ponselnya bergetar. Ia melihat ada pesan masuk dari Gaston, tangan kanannya.Tuan, aku izin untuk kembali kerumah. Tuan tau? Verlyn adalah putri kandungku yang selama ini aku rindukan.Itulah isi pesan Gaston. Mad hanya mengerutkan dahinya. Hal yang baru ia dengar, Verlyn putri kandung Gaston?Tak mau banyak berpikir, Mad tak peduli akan itu. Mad kembali fokus pad