Berkenalan Dengan Mahluk Hutan (17) Ke esok an harinya. Senja begitu bersemangat untuk ikut patroli dengan Bayu. Sebelum waktu sarapan, ia sudah lebih dulu berolah raga dan mengisi tas nya dengan perlengkapan gunung. "Waah kau sangat bersemangat hari ini?" Kata Sam"Tentu saja. Karena aku akan dapat bimbingan langsung dari Ketua Tim," Kata Senja meledek Sam"Haha. Bagus. Hari ini kita akan patroli di jalur lembahan dengan tebing, bukan lagi punggungan datar seperti sebelumnya, hehe. Belajarlah dengan baik muridku," Kata Sam membalas nya"Sen!" Teriak Bayu dari bangunan asrama"Coba lihat, siapa yang memanggilmu?" kata SamSenja melambaikan tanganya ke arah BayuSen dan Sam yang sedang berolahraga mendongak ke arahnya lalu berlari menghampirinya. Keduanya beradu cepat untuk sampai ke atas. Keduanya sampai dengan nafas ter engah-engah. Bayu yang melihatnya menggelengkan kepala. "Apa yang kalian bicarakan semalam?” tanya Senja"Dia hanya basa basi saja, atau mungkin memang mengecek a
Sam baru saja akan mengeluarkan peralatannya. Angin bertiup begitu kencang, dedaunan tertiup hingga saling berkatup. "Sam, sebaiknya kita turun lewat jalan lain," Kata Bayu"Apa kau takut? Ini bukan hujan, ini hanya angin," Kata Sam"Kita bawa pemula, ini terlalu berbahaya," Kata BayuSam tersenyum tipis. Ia tetap mengeluarkan tali karmantel dari tasnya. Ia ternyata sudah sangat berniat mengajari Sen. Tali dinamis dipasang pada advice rock climbing. Senja memperhatikannya dengan seksama. "Pakai seat harness dulu," Kata Sam Sam mengaitkan carabiner pada pengaman Senja. Kali ini Senja terlihat bodoh karena ia harus turun pertama kali. "Heh, ia mungkin tidak tahu bagaimana cara melakukannya," Kata Bayu"Lebih baik aku dulu yang turun," Kata Bayu"Ehm, kenapa kau begitu khawatir, Bay. Aku benar-benar jadi curiga," Kata Sam"Bagaimana cara melakukannya?" Tanya Senja bersemangat"Nah begitu dong, kamu bisa turun perlahan. Gunakan tangan kananmu untuk menahan tali ke belakang, satu tang
Bayu masuk ke kamarnya. Karena lelah mengalami banyak hal hari itu, ia langsung tidur dan melewatkan makan malam. Begitu juga Senja. Saat tengah malam, Senja biasanya akan bangun hanya sekedar untuk minum. Kali ini, ia membuka matanya, pohon rambat mengikat tangannya. Ia tak bisa melepaskannya. Senja mencari gunting atau alat appaun di sekitarnya untuk memotong pohon yang menjalar kemana saja. Karena gerakannya terbatas, ia mulai panik dan takut. "Bay! Bay! Tolong aku!" Teriak SenjaBayu yang sedang tidur di kamar sebelahnya lalu bangun dan segera datang ke kamar Senja. Tanpa pikir panjang, ia membuka pintunya yang memang tak pernah Senja kunci. "Senja, apa ini?" Tanyanya yang jugaa terkejut melihat pohon menjalar mengikat tangan Senja"Aku tidak tahu, saat aku bangun, semua ini sudah mengikatku," Kata SenjaBayu keluar kamar. Ia mengambil parang lalu menebasnya. Namun ternyata pohon itu terus tumbuh lagi. "Apakah mereka tumbuh dari tanganmu, Sen?" Tanya Bayu"Ntahlah, aku meman
"Maksud anda?" tanya Bayu"Bukankah kalian membutuhkan seorang mentor? Aku di sini untuk membimbing kalian," kata orang ituMata Senja melebar dan senyumnya mengembang. Ia sangat senang bukan kepalang, karena keinginan untuk mencari guru seolah dikabulkan. Ia hendak berdiri dan mendekatinya. Namun Bayu segera mencegatnya, menahannya untuk tetap duduk ditempat semula. "Maaf, bagaimana kami bisa percaya pada anda sebagai orang asing yang tiba-tiba mengaku akan menjadi guru?” tanya Bayu yang kemudian diikuti anggukan setuju oleh Senja. "Lihatlah siapa yang ada dibelakang ku saat ini," kata laki-laki ituKemudian munculah Afreda dan Euan yang merupakan roh pelindung Bayu. Baik Senja dan Bayu terkejut sehingga tidak ada kata-kata yang bisa mereka keluarkan saat itu. Keduanya mencoba mencerna apa yang sedang terjadi sebenarnya. 'Apakah Afreda dikendalikan oleh orang ini?''Apakah selama ini Euan anak buah orang ini?'"Hahaha, kalian berdua salah. Hahaha, roh pelindung kalian lah yang mem
Keesokan harinya Senja dan Bayu pergi berpatroli. Bayu yang sedari malam sudah terganggu dengan pesan yang dikirim Fajar untuk Senja. Saat keluar dari kamar, ia bertemu dengan Senja yang hendak membersihkan diri. Tanganya merogoh ponsel disakunya, lalu menjulurkan benda itu ke wajah Senja. "Kali ini kamu harus buat mantan pacarmu diam, atau dia akan menggangguku sepanjang malam," kata Bayu kesal"Hahaha, maaf. Aku akan bilang tidak usah menghubungiku terlebih dahulu," kata Senja santaiMereka lihat ke kanan kiri. Suasana tampak lengang. Asrama terasa kosong tak ada seorang pun selain mereka berdua. "Hari apa ini? Kemana semua orang pergi?""Ntahlah, biasanya juga tidak begini," jawab Bayu"Apakah terjadi bencana tapi kita tidak tahu?" tanya Senja lagiKeduanya langsung berlari menuju pos utama. Disana ada seorang rekan yang sedang mengamati sebuah komputer. Seseorang sedang terbang dengan drone. "Apa yang terjadi?” tanya Bayu padanya"Aku tidak tahu. Tapi ketua tim meminta kami untu
Setelah mengeluarkan beberapa kekuatan, Bayu dan Senja mengalami kelelahan yang luar biasa. Guru Hameez mengajak mereka pergi ke sebuah tempat makan. Tempat makan yang tidak jauh berbeda dengan di dunia Senja sebelumnya. Hanya designnya lebih ke alam terbuka dan bangunannya semua menggunakan bahan alam. Restoran yang mereka datangi cukup ramai. Tak hanya penduduk asli Intezar. Tapi ada banyak manusia yang juga terlihat disana. "Guru, apakah mereka juga sedang berlatih disini?” tanya Senja"Iya betul. Lihatlah sebelah kananmu arah jam 2. Itu adalah Guru Daniya, ia memiliki dua murid. Satunya memiliki roh pelindung kelinci, sedangkan yang berambut merah ia memiliki roh palindung lumba-lumba," jelas Guru Hameez"Lalu roh pelindung milik Guru Daniya sendiri adalah?” tanya Bayu" Merpati. Lalu, coba lihat arah jam 10. Itu adalah Guru Nimra ia memiliki murid dengan roh pelindung Srigala utuh, seorang lainnya yang memiliki roh pelindung seperti Bayu," kata Guru Hameez"Ular? Jadi, aku dan
Kota Senjata Mahfus (23) Dengan menggunakan kekuatan teleportasi Guru Hameez mereka sampai di kota Mahfus dengan cepat. Kota yang cukup ramai. Guru Hameez berencana mengajak Bayu dan Sen membuat senjata. "Guru, apakah kami perlu senjata? Kami tidak memiliki musuh selama ini, untuk apa memiliki senjata?" tanya Senja"Jangan terlalu naif, disaat kalian memiliki kekuatan untuk kebaikan, maka ada kekuatan jahat diluar sana yang ikut resah dibuatnya. Itu sudah hukum alam. Anggap saja sesuatu yang akan kalian hadapi adalah kompensasi dari adanya roh pelindung dan element yang ada," kata Guru Hameez"Tidak usah menafsirkan segala yang terjadi di dunia peri dengan otak logismu. Aku yakin otakmu tidak akan kuat, Sen. Disini terlalu banyak hal tidak masuk akal, kau hanya perlu menghadapinya," kata BayuMereka sampai di sebuah rumah dengan satu orang lelaki sedang menempa besi. Ia nampak tak asing. "Ah, apakah itu Sam?” kata Senja"Hah iya, kenapa Ketua Tim ada disini?" tanya Bayu"Bukan. Ka
Ahli ramuan keluar dari ruangannya. Saat ia mendekati meja Sen dan Batu ia melihat pohon kecil dari delima tumbuh diatas mejanya. "Sejak kapan ada Pohon Delima disini?" tanya ahli ramuanAhli ramuan mengamati Sen dan Bayu bergantian. Ia jelas berpikir jika salah satu dari mereka memainkan biji delima yang hendak dijemur. "Siapa diantara kalian yang menumbuhkan biji delima ini?" tanya ahli ramuanBayu menunjuk Sen dan membuatnya nyengir ketakutan. Ia tidak paham maksud dari ahli ramuan menanyakannya. "Tolong tumbuhkan beberapa lagi, sebab di tanah Intezar sangat sulit untuk pohon delima tumbuh," kata ahli ramuan Bayu terkekeh melihat ekspresi Sen yang awalnya takut disalahkan. Kini ia tertawa karena Sen justru harus menggunakan kekuatannya untuk membantu ahli ramuan menumbuhkan Pohon Delima. "Owhya, Tuan Hameez, serbuk ini bisa jadi obat dan racun sekaligus, saat kondisi terkena air garam serbuk ini bisa menjadi sangat mematikan dan jika tidak maka akan menjadi obat," kata Sang A