Share

YANG DIBERKATI

Hyun Jae menatap Yee Soo sedikit tak percaya. "Memangnya apa sih kelebihan 888 dibandingkan Malaikat maut lain?" tanya Hyun Jae penasaran. "Haduh, dia itu malaikat yang paling sadis,paling tidak bisa kompromi. Katanya, dia itu di hukum raja langit, tapi sekaligus diberi berkah. Satu-satunya malaikat maut yang pernah menang melawan raja neraka."

    Hyun Jae terbelalak, "Betulkah, bibi? Waah, pantas dia jarang sekali tersenyum dan keliatan sangat menyebalkan," ujar Hyun Jae. 

"Dia salah satu malaikat maut yang wajahnya tidak diubah oleh Raja langit. Biasanya, malaikat maut itu tidak memiliki wajah mereka saat hidup. Tapi, 888 memiliki wajahnya yang dulu," cerita Yee Soo. 

"Lalu, mengapa bibi selalu berlari jika melihat para malaikat maut? Apa bibi takut mereka membawa bibi?" tanya Hyun Jae. 

   Yee Soo mengangguk, "Seharusnya, lima tahun lalu aku dan suamiku dapat reinkarnasi. Tapi, kami tidak ikhlas sampai jenazah kami ditemukan dan dimakamkan secara layak. Kami meminta bantuan pada malaikat maut yang menjemput kami, tapi mereka tidak mau membantu. Jadi, kami melarikan diri,kami hanya ingin pembunuh kami  ditemukan dan kami dimakamkan dengan layak." 

    "Kasian sekali paman dan bibi. Sayang sekali aku ini masih kecil. Seandainya aku sudah menjadi polisi pasti aku akan membantu kalian," ujar Hyun Jae. Wajah Yee Soo berbinar seketika. 

"Benarkah? Kau akan membantu kami?" tanya Yee Soo memastikan. 

   Hyun Jae mengangguk dan tersenyum. "Tentu, aku menjadi polisi untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Jangan khawatir, jika nanti kasus bibi belum terungkap, maka itu akan menjadi kasus pertamaku," ujar Hyun sambil mengangkat dua jarinya sebagai tanda bahwa ia berjanji. Yee Soo tersenyum manis. 

"Kalau begitu aku akan menunggu sampai kau menjadi seorang polisi. Dan selama itu aku akan menghindari para malaikat maut itu supaya mereka tidak bisa membawaku," ucap Yee Soo. Hyun Jae hanya tertawa kecil. 

    "Kya, Hyun Jae! Kau sedang berbicara dengan siapa? Kau ini seperti orang gila. Bicara sendiri, tertawa sendiri. Huh, bagaimana bisa anak yang mempunyai kelainan sepertimu bisa sekolah. Memalukan!" 

    Hyun Jae menoleh, dia melihat Hana dan Kyung Mi sedang berjalan ke arahnya sambil mencibir. Keduanya adalah kawan sekelas Hyun Jae. Tapi, mereka selalu saja mengganggu Hyun Jae. Sebenarnya, Hyun Jae bisa saja membalas mereka. Tapi, ibunya selalu berpesan untuk tidak mencari keributan. 

"Tidak usah mempedulikan, jika ada yang mengganggumu, abaikan saja," demikian yang selalu di ucapkan Kim. Dan,Hyun selalu mengingat pesan ibunya. 

    Yee Soo yang melihat itu hanya memberi isyarat supaya Hyun menghindar. Hyun pun langsung membereskan kotak makan siangnya, ia bangkit berdiri dan segera melangkah pergi. Namun, tiba-tiba tangannya ditarik dengan keras sehingga kotak bekalnya terjatuh dan bekalnya yang memang masih tersisa tumpah.

"Yaa, kalian ini tidak bisakah jika tidak mencari gara- gara?!" hardik Hyun Jae kesal sambil menghentakkan tangan Hana yang mencekalnya. Ia segera memungut kotak bekalnya yang terjatuh. 

    Hyun Jae kesal sekali, karena hari itu Eun Tak khusus membuatkannya japchae dan juga kue beras. Hyun sedih karena sekarang sebagian makanan itu tumpah. 

"Kami tidak akan mengganggu kalau kau bertingkah seperti orang normal," ujar Hana sambil menendang kotak makanan Hyun Jae sehingga terlempar makin jauh. Yee Soo yang melihat hal itu tentu saja geram. Namun, tentu saja dia tidak bisa berbuat apapun untuk menolong Hyun, kecuali ....

    Yee Soo langsung mendekati Kyung Mi yang sedang tertawa melihat Hyun berlari kecil untuk memungut kotak nasinya. Yee Soo dalam sekali gerakan langsung merasuki tubuh Kyung Mi. Gadis itu terdiam seketika, lalu ia menghampiri Hana. Dan, plak plak plak ia menampar Hana dengan keras. 

    Hana yang sedang tertawa tentu terkejut. Ia memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan Kyung Mi. Hyun Jae yang melihat hal itu awalnya heran. Namun, saat ia melihat Kyung Mi ia langsung tau ada sesuatu yang salah. Saat melihat sorot mata Kyung Mi dan bayangan hitam dalam tubuh Kyung Mi, Hyun Jae tau bahwa Yee Soo sedang merasuki Kyung Mi. 

    "Kya,kau berani sekali menampar aku Kyung?! Apa kau mau aku adukan kau pada ayahku sehingga ayahmu dipecat?!" hardik Hana. 

"Laporkan saja, dasar anak manja! Kau ini sama sekali tidak tau diri. Sukanya mencari keributan dan gara- gara!" Suara Kyung Mi terdengar sedikit berbeda membuat Hana merasa sedikit takut. 

"Ka- kau siapa? Kau pasti bukan Kyung, si-si ... aah, hantuu!!!" jerit Hana ketakutan dan berlari menjauh. Sementara Hyun hanya tertawa melihat Hana ketakutan seperti itu. 

"Sudah bibi Yee, dia sudah pergi. Keluarlah dari tubuh itu," ujar Hyun. 

    Yee Soo pun segera keluar dari tubuh Kyung Mi. Membuat gadis itu tiba-tiba sempoyongan dan hampir jatuh. Kyung Mi yang merasa ketakutan, langsung berteriak dan berlari menjauh. 

"Dasar anak - anak nakal," gerutu Yee Soo. Hyun Jae hanya tertawa kecil. 

"Terimakasih sudah membantuku,Bi. Aku harus segera masuk kelas sekarang." 

"Belajar yang rajin ya," sahut Yee Soo sambil melambaikan tangannya pada Hyun Jae yang bergegas melangkah kembali menuju ke kelasnya. 

    Sementara itu, 888 dan 444 masih berdiri mendampingi Kim Min Jae. Namun, ia sedikit gelisah. Beberapa kali ia mondar mandir tak tentu membuat 444 pusing kepala. 

"Tidak bisakah kau diam saja, kumohon," ucap 444 akhirnya. 

"Tidak ada yang melihatku juga," sahut 888 tak peduli. 

"Aku yang melihatmu merasa pusing!"gerutu 444 kesal. 

     888 menghela napas panjang, " Sebentar lagi sore,Kim akan segera pulang. Hyun pasti akan melihat kita nanti." 

"Apa kita harus selalu membuntuti jiwa yang hendak pergi ini ke mana pun?"

888 tampak berpikir, "Sebenarnya tidak perlu,yang paling penting hanya ketika hari itu tiba,kita harus ada di sana. Supaya jiwa yang akan kita jemput tidak tersesat. Karena terkadang jiwa itu tidak sadar bahwa ia sudah berpisah dengan raganya." 

"Kalau begitu, kita kembali kepada Kim saat hari terakhir Kim. Supaya Hyun juga tidak melihat bahwa kau akan menjemput ibunya," sahut 444.

    888 tertawa kecil, sambil menepuk bahu 444.

"Aah, kau ini pintar juga ternyata, baiklah kalau begitu, kita pulang saja," sahut 888. Ia pun melangkah dengan ringan menuju keluar dari Bank tempat Kim bekerja. Dan, dalam sekejap mereka sudah berada kembali di apartemen mereka. 

     Dengan tertawa lepas, 888 mengempaskan tubuhnya ke atas sofa. 

"Kenapa hal ini tidak aku pikirkan sebelumnya, terimakasih 444. Hari ini kau sudah menyelamatkan diriku," ucap 888 senang. 444 hanya menggelengkan kepalanya sedikit kesal. 

"Sebagai malaikat maut yang terberkati sikapmu hari ini sangat menyebalkan 888," gerutu 444 sambil mencibir. Namun, 888 tidak peduli, yang terpenting baginya saat ini ia tidak ingin melihat Hyun kecewa dan sedih. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status