Semoga feelnya dapat ya, maaf kalau ada yang nggak sesuai pas acara pernikahannya🙏
Abiyya berjalan menuruni anak tangga. Pagi ini merupakan hari kembalinya Abiyya untuk bekerja setelah mengambil hari libur beberapa hari setelah menikah. Berbeda dengan Jeffin yang keesokan harinya sudah bekerja kembali karena katanya ada masalah yang sedang diurus.Kesibukan Abiyya untuk menghabiskan hari-harinya kemarin hanya tidur, makan, berjalan mengitari rumah, menyiram bunga-bunga di taman, juga membereskan barang-barang yang perlu di tata. Meskipun bosan, Abiyya tetap menikmatinya. Apalagi Jeffin yang selalu pulang larut setelah dirinya tidur.Kemarin, Jeffin mengajaknya untuk berangkat bersama dan tidak menerima penolakan. Sekarang Abiyya sedang berada di dapur, menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Jeffin sekalian. Meskipun mereka hanya menikah karena sebuah kesepakatan, tetapi Abiyya akan berusaha untuk menjadi istri yang baik.“Mau bikin kopi nggak?” tanya Abiyya ketika Jeffin mendudukkan dirinya di kursi meja makan.“Nggak perlu,” jawabnya sambil mulai menyendokkan nasi go
Abiyya merenung. Memikirkan apa yang akan dilakukannya di sini selama satu minggu. Apakah hanya akan ada di dalam kamar? Entahlah Abiyya tidak mau terlalu pusing memikirkan itu. Abiyya akan menikmati apa saja yang akan terjadi. Bolehkah Abiyya berharap jika Jeffin akan mengajaknya jalan-jalan?Plak. Abiyya menepuk pipinya. Kemudian membatin, memikirkan apa kamu Abiyya? Mana mungkin coba. Tapi mungkin aja kan.“Kenapa kamu?”“Hah? Nggak. Nggak apa-apa.”“Aneh.”Abiyya tidak membalas perkataan Jeffin. Abiyya memilih bermain dengan ponselnya. Terkadang Abiyya lupa kalau sekarang dia memiliki ponsel yang mempunyai banyak kegunaan.Seperti sebelumnya, Abiyya memilih untuk menonton konten-konten dari grup yang ia cari tahu beberapa waktu lalu. Banyak sekali konten yang ternyata mengundang tawa. Tanpa sadar Abiyya tersenyum sendiri saat menontonnya bahkan sesekali tertawa kecil. Hal itu menarik perhatian Jeffin yang kini mengalihkan pandangannya menatap Abiyya.“Abiyya?”“Ya?” jawab Abiyya s
Setelah makan malam, Abiyya dan Jeffin duduk bersama di atas tempat tidur. Abiyya memperhatikan Jeffin yang kembali sibuk dengan pekerjaannya. Entah apa yang sedang diperiksanya yang pasti semua berkaitan dengan perusahaan. Jeffin yang menyadari Abiyya tengah memperhatikannya, menoleh. Membuat Abiyya langsung memalingkan wajahnya gugup karena ketahuan sedang memperhatikan Jeffin. Jeffin yang melihatnya hanya tertawa kecil. Wajah Abiyya terlihat lucu. “Kakinya masih sakit?” tanya Jeffin seraya menatap Abiyya lembut. “Hmm, baik kok,” jawab Abiyya. “Lain kali nggak usah dipaksain kayak tadi.” “Ih, orang dianya nyebelin gitu. Mana kayak suka sama kamu lagi, padahal kan udah punya suami,” balas Abiyya kesal. “Cemburu?” “Hah? Enggak, siapa coba yang cemburu, maksudnya dia udah suami kok bisa gitu sih,” jawab Abiyya cepat. “Yakin nih nggak cemburu?” goda Jeffin. “Enggak kok,” balas Abiyya sambil memandangi langit-langit kamar karena Jeffin yang sekarang tengah memperhatikannya. “Oke
Seorang pria dengan kaos oblong dan celana jeans belel berjalan tidak tentu arah. Wajahnya terlihat sangat kusut. Matanya berkeliaran mencari seseorang yang seharusnya bisa membantunya untuk membayar hutang-hutangnya. Perempuan yang di angkat oleh orang tuanya dan menjadi adiknya itu sekarang entah berada di mana. Sudah lama ia mencari tetapi belum membuahkan hasil.Yasa, nama pria itu. Merutuki dirinya karena sampai dua kali kecolongan saat gadis itu kabur darinya. Saat pertama kabur, gadis itu kembali dengan sendirinya. Tetapi untuk kedua kalinya, Yasa tidak bisa menemukan keberadaannya sampai sekarang.“Arghh!” Yasa mengacak rambutnya kasar. Menyesal karena niatnya buruknya tidak bisa tercapai.Kini Yasa hanya bisa luntang-lantung di jalanan. Sebab rumah peninggalan orang tuanya sudah di ambil oleh orang-orang yang memberinya pinjaman. Sampai waktu yang di tentukan, Yasa tidak bisa mengembalikan uang yang dipinjamnya sehingga seperti inilah hidupnya sekarang. Saat ini Yasa hanya in
“Gimana, Jen?” Jeffin membuka pembicaraan dengan Ajen setelah menyelesaikan pekerjaannya. Kali ini bukan masalah pekerjaan yang membuat Jeffin duduk berhadapan dengan Ajen.Setelah mendengar cerita dari Abiyya, Jeffin langsung menyuruh Ajen untuk menyelediki apakah yang dikatakan oleh Abiyya itu benar atau hanya perasaan dari gadis itu saja. Tanpa pengetahuan Abiyya, Jeffin melakukan itu. Kata Jeffin hanya untuk berjaga-jaga saja ketika Ajen bertanya perihal itu.“Seperti yang lo bilang dari cerita Abiyya, emang ada yang ngikutin dia.”“Lo tahu orangnya?”“Bentar, gue belum selesai kasih laporannya, dengerin dulu,” jawab Ajen ketika Jeffin secara cepat langsung tanya begitu saja. “Cowok, gue nggak tahu itu siapa, atau mungkin dia ada hubungan keluarga sama Abiyya, Jeff. Gue cuma cari tahu seperti apa yang lo perintahkan.”“Oke, sekarang gue minta lo cari tahu orang itu, Jen.”“Oke, siap.”“Lo boleh pulang.”“Duluan, Jeff,” pamit Ajen.Jeffin menatap kepergian Ajen sampai tak terlihat
Hari libur seperti ini, membuat Jeffin setidaknya menyempatkan waktu untuk berolahraga dan kali ini Jeffin mengajak Abiyya. Meski mereka bersama-sama, namun tidak ada yang berbicara. Terlebih Jeffin, pembicaraan bersama Abiyya beberapa hari lalu sedikit membuat pikirannya terganggu. Bahkan sampai saat ini, Ajen belum ada kabar mengenai keberadaan Yasa.Jeffin mengajak Abiyya untuk lari pagi di taman dekat perumahan mereka. Ternyata banyak juga orang-orang yang sedang berolahraga. Bahkan ada ibu-ibu yang lari pagi bersama anak mereka. Dengan earphone di telinganya, Jeffin menikmati angin pagi yang terasa menyegarkan. Menghirup udara pagi membuatnya tenang.“Capek,” keluh Abiyya sambil meletakkan kedua tangannya pada lutut. Napasnya bergerak tidak beraturan.Jeffin yang melihat itu hanya terkekeh geli. “Ketahuan jarang olahraga kan,” ledek Jeffin yang membuat Abiyya menegakkan tubuhnya menatap Jeffin lalu berkacak pinggang.“Enak aja bilang nggak pernah olahraga. Orang capek emang mau g
Setelah Jeffin mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya akan pernikahanya dengan Abiyya dan Abiyya yang menyetujuinya, Jeffin memutuskan agar Abiyya pindah ke kamarnya saja. Awalnya Abiyya sempat menolak karena bisa saja mereka menjalani kehidupan pernikahan tanpa tidur dalam satu kamar. Namun, pada akhirnya Jeffin mampu meyakinkan Abiyya bahwa mereka hanya sebatas tidur dalam satu tempat tidak lebih.Mulai malam ini Abiyya akan tidur di kamar Jeffin. Ketika masuk untuk yang kedua kalinya, Abiyya memperhatikan setiap detail kamar yang akan di tempatinya itu. Ada rasa canggung saat Abiyya berdua dalam satu kamar. Oke, mungkin ini bukan untuk yang pertama kalinya Abiyya berada di tempat yang sama dengan Jeffin. Tetapi untuk saat ini rasanya berbeda. Apalagi bukan terpaksa karena keadaan melainkan karena keinginan mereka berdua.Abiyya mendudukkan tubuhnya di pinggiran tempat tidur sembari menunggu kehadiran Jeffin yang saat ini berada di ruang kerjanya. Meski tidak ada pemilik kamar,
Hidup seseorang memang tidak pernah lepas dari sebuah masalah. Lalu dihadapkan dengan sebuah pilihan yang mengharuskan untuk memilihnya. Entah itu pilihan karena keinginan sendiri atau karena keadaan yang memaksanya. Seperti Abiyya yang harus terlibat dengan Jeffin karena keadaannya yang memang sedang tidak baik-baik saja. Bertemu dengan Jeffin yang mungkin awalnya hanya sebagai penolongnya, namun malah berakhir sebagai suaminya.Abiyya sama sekali tidak pernah membayangkan hidupnya berakhir sebagai seorang istri dari seorang Jeffin. Pria yang berasal dari keluarga yang sangat berbanding terbalik dengannya. Tentu saja itu membuatnya sedikit tidak nyaman saat bersanding dengan Jeffin.Namun belum lama ini, Jeffin mengutarakan sesuatu yang tidak terduga. Memintanya untuk menjalani pernikahan seperti layaknya orang yang benar-benar menikah. Tanpa ada perjanjian yang seperti pada awalnya. Lalu memintanya untuk memulai semuanya sedari awal layaknya mereka memang menjalani hubungan yang seb