part 21POV MilaEnam tahun berikutnya."Sayang, ayo bangun, bangun sayang Mimi."Aku membangunkan Caca bidadari kecilku, setiap pagi aku mengantarnya sekolah, rambut panjangnya kuikat dan sangat cantik, setiap hari dan setiap saat aku memperlakukannya seperti putri kandungku."Masih ngantuk, Mi." Caca sepertinya malas bangun."Ayo bangun sayang Mimi, kita harus ke sekolah," ucapku sambil menggendongnya ke kamar mandi."Caca kenapa Mil?" tanya Mas Bayu melihatku menggendong Caca."Masih ngantuk, Mas," jawabku.Setelah mandi dan memakai seragam TK, Caca kuantar ke sekolah. Sedangkan Mas Bayu juga sudah siap-siap ke kantor. Hidupku terasa indah, apa yang aku inginkan sudah didapatkan. Tante Dona benar, aku harus melakukan apapun idenya demi tercapainya yang aku inginkan."Mi, nanti pulang sekolah kita beli es krim, ya?" ucap Caca saat kami diatas mobil menuju ke sekolahnya."Iya sayang," jawabku dan mengecup kepalanya.Melihat mata Caca. Aku teringat Luna, mata mereka sangat mirip, aku
part 23Pov Ibu tiri Luna (Tante Dona)Putraku punya selera yang bagus, gadis ini sangat cantik dan terlihat berkelas, dari penampilannya pasti anak orang kaya."Oh, Lani. Nama yang bagus," ucapku menanggapi wanita yang dikenalkan Rio padaku."Mi, gimana?" Rio terlihat senang. Matanya memperlihatkan betapa dia sangat mencintai wanita bernama Lani ini."Ayo, kita duduk dulu." Aku mengajak Lani duduk di ruang tamu, sementara itu pembantuku sudah meletakkan minum di atas meja."Ayo diminum Lani," ucapku, dan minum dalam cangkir di atas meja diambilnya dan meneguk sedikit.Lani menatapku dengan senyum cantik, sementara itu putraku menatapnya seakan tidak ingin melepaskan Lani, selama ini aku tidak pernah melihat putraku mengenalkan wanita kepadaku, dia sibuk kuliah dan menggapai cita-citanya."Kamu tinggal dimana, Lani?" tanyaku seperti pertanyaan umumnya orang baru berkenalan."Di komplek Melati jalan Sutomo, Tante," jawab Lani lembut.Setahuku itu termasuk komplek elite, tidak salah lag
part 25"Caca, Mama tidak suka kalau kamu dekat-dekat dengan Wanita tadi," ucap Mila kepada Caca yang sedang duduk di sampingnya sambil menikmati es krim pemberian Lani."Tante Lani namanya, Mama," ucap Caca polos."Iya, si Lani itu!" Mila terlihat sangat kesal."Tapi Tante Lani sangat baik, Mama. Aku dibeliin es krim, kata Tante itu aku sangat cantik." Caca tersenyum senang mengingat saat dia mengobrol dengan Lani."Pokoknya Mama tidak suka kalau kamu dekat dengan wanita tadi!" Mila tidak bisa mengontrol emosinya saat Caca memuji kebaikan Lani.Caca menangis mendengar teriakan Mila, es krim di tangannya tidak dimakan lagi, air matanya mengalir dengan isakan yang berusaha ditahannya."Maafkan Mama, Sayang. Mama tidak bermaksud untuk memarahi kamu, Mama cuma takut kalau kamu tidak sayang lagi sama Mama." Mila menghentikan mobilnya di tepi jalan dan langsung memeluk Caca dengan penuh penyesalan."Tapi Tante Lani benaran baik, Ma. Aku di tolongnya yang hampir tertabrak mobil, saat menung
part 27Caca merasa sangat senang di dekat Lani, Lani berhasil merebut hati gadis kecil itu, dan bahkan Caca memanggil Lani dengan sebutan Bunda, Bayu yang menyaksikan keakraban mereka, ikut senang dengan hati berbunga-bunga."Ayo, kita beli boneka," ucap Lani menggendong Caca keluar restoran."Asyiikkk aku digendong," ucap Caca kegirangan."Lan, Caca sudah besar kenapa digendong?" kata Bayu tidak enak kalau Lani kerepotan."Aku suka melakukannya, Mas," jawab Lani tetap menggendong Caca.Saat mereka ke luar restoran, Caca masih erat di gendongan Lani, mereka tertawa riang seperti Ibu dan anak. Beberapa orang yang lalu lalang menyaksikan mereka seperti keluarga bahagia."Ayo kita ke seberang jalan," ucap Lani."Caca, biar Papa yang gendong, kasihan Bunda Lani capek tuh," ucap Bayu, dan Caca langsung berpindah ke pundak Bayu, dan mereka menyebrang jalan karena toko jual boneka ada di seberang restoran."Aku mau yang ini, Bunda," ucap Caca menunjuk boneka Doraemon."Oh, jadi anak Bunda s
part 29Pov Ibu tiri Luna.Semalaman aku tidak tidur menunggu Rio sadarkan diri dari pingsan setelah mabuk, dalam keadaan setengah sadar dia terus menyebut nama wanita itu. Apa hebatnya Lani sehingga membuat putraku tidak bisa berkutik, cinta dan karir sukses putraku tidak membuatnya puas hingga mengakhiri hubungan setelah putraku mantap ingin berumah tangga dengannya."Uuhh Mimi." Rio terbangun dan menyadari aku duduk di kursi di samping tempat tidurnya."Kamu sudah bangun, ayo kamu mandi, Mimi tunggu di ruang makan," ucapku dan langsung melangkah ke pintu."Tunggu Mi."Aku membalikkan badan setelah Rio menghentikan langkahku."Ada apa Rio?" tanyaku berdiri menatapnya."Aku ... aku diputuskan Lani, Mi."Suara Rio terdengar bergetar seperti menahan sedih hatinya, kenapa putraku selemah ini, ini sangat menyakitkanku."Masih banyak wanita yang ingin menjadi istrimu, bahkan lebih cantik dan menarik, kamu tenang saja, Mimi akan carikan yang lebih dari Lani." Aku berusaha membuat putraku s
part 31Pov Bayu.Aku langsung ke luar kamar saat mendengar ada keributan, suara Mila sangat lantang dan bahkan mengganggu tidur siangku, dan yang lebih membuatku kesal, aku juga mendengar suara putriku menjerit kesakitan. Ternyata ini ulang Mila, tapi kenapa Lani ada di sini juga?“Lani, Caca, kalian tidak apa-apa?” Aku menarik tangan Lani dan Caca agar berdiri. Kulihat Caca dan Lani terlihat sangat teraniaya ulah dari Mila. Kapan Mila bisa berubah dengan sikap kampungannya, huh! Aku kesal melihat cara bicaranya berteriak-teriak dan terlihat memalukan.“Terimakasih Mas Bayu,” ucap Lani setelah berdiri dan wajahnya seperti menahan sakit.“Kamu tidak apa-apa Sayang?” tanya Lani menatap Caca dengan mimik wajah cemas.“Aku tidak apa-apa, Bunda Lani,” jawab Caca.“Mila! Yang kamu lakukan sudah sangat keterlaluan! Kamu juga menyakiti Caca.” Aku tidak bisa menahan amarahku karena Caca juga ikut terjatuh di lantai.“Oh, jadi kamu membela wanita iblis ini?! Aku ini istrimu Mas!” jawab Mila de
part 33Sakit sekali tanganku diplintir Lani, aku tidak bisa bergerak atau melawannya, saat kulihat wajahnya, dia tersenyum jahat memandangku, tidak terlihat sifatnya ini di wajah ayunya. Uh! Sial!“Bagaimana Tante? Apakah kamu masih ingin mendorongku?” Lani bersuara sangat tenang meskipun tangannya masih memelintir tanganku.“Lepaskan aku!” teriakku bertambah muak melihat senyum jahat di bibirnya.“Jangan coba-coba mendorong atau menyentuhku lagi! Kalau tidak wajah tuamu itu aku hancurkan!”Ancaman Lani membuat nyaliku sedikit menciut. Aku berusaha melawan dan dia juga berusaha memelintir lebih keras.“Lepaskan aku.” Suaraku sedikit pelan.“Apa?” tanya Lani seperti pura-pura tidak mendengar.“Lepaskan aku!” Dengan kesal aku berteriak agar dilepaskan.“Oke.” Lani langsung melepas tanganku, tapi setelah melepas tanganku dia mendorong tubuhku hingga tersungkur ke lantai.“Aduh!” lututku sakit terbentur lantai.“Ops! sorry Tante, aku tidak sengaja,” kata Lani seperti tidak disengaja.“Ka
part 34Pov Mila"Dasar wanita iblis, berani-beraninya dia membawa Caca tanpa sepengetahuanku, makanya dia tersenyum setelah pergi dari rumahku, sial!” gumamku sambil memukul stir mobil melampiaskan kemarahanku. Kemana aku akan mencari Caca, apa yang harus aku lakukan untuk mengalahkan wanita itu, aku tidak mungkin tanya Tante Dona karena kami sedang tidak bertegur sapa.Aku terus berpikir dan berpikir, ke mana harus mencari Caca. Aku tidak mau wanita sialan itu mengambil Caca dariku, tidak akan aku biarkan! Sepertinya aku harus menelepon Mas Bayu, mudah-mudahan dia tahu di mana keberadaan Lani.“Halo Mas, Mas kamu tau di mana Caca?” Aku langsung bertanya karena tidak sabaran dengan jawabanya.“Tau,” jawab Mas Bayu di ponsel.“Jadi kamu tau di mana Caca dan tidak memberi tahuku?! Kamu anggap aku apa Mas?!” Aku sangat kesal dengan jawaban Mas Bayu.“Sudahlah Mila, kurangi ocehanmu itu, aku sedang sibuk.”“Mas! Mas Bayu, Mas Bayu!!”Brengsek! Dia mematikan ponselnya, aku belum tahu di