Sepanjang perjalanan menuju bandara, Tama terus tersenyum bahagia, seperti anak kecil mendapatkan mainan kesukaannya. Sedangkan Nayyara hanya menahan malu karena kejadian tadi masih berputar-putar di kepalanya.
Tama masih fokus mengendarai mobil, lalu melirik Nayyara, "Kamu cepet belajar yah?" tanya Tama dengan senyum lebar nan bahagia.
Nayyara makin tersipu malu, mendengar Tama membahas kejadian tadi. "Apaan sih?!" Nayyara menjawab yang disertai pukulan ke bahu Tama.
Bukanya merasa sakit Tama malah tertawa "Hahaha".
Sedangkan Nayyara cemberut dan menata
Sepanjang perjalanan, Nayyara bersikap seolah tak terjadi apa-apa padanya, ia masih bisa tersenyum dan tertawa."Kamu jangan berpikir yang macem-macem ya..." Suara Tama lirih, lalu meraih tangan Nayyara dengan satu tangannya dan satu tangannya lagi memegang stir."Menurut kamu, apa mungkin aku ga memikirkannya?" Suara Nayyara terdengar datar sambil menatap lurus kedepan.Tama menepikan mobilnya lalu menatap Nayyara."Itu bukan masalah yang besar," dengan suara lembut Tama menenangk
Mereka menuju Kota Bunga menggunakan minibus, dengan formasi Nayyara duduk di depan bersama driver, sedangkan di kursi belakang diisi Mike dan Kavi. Sesekali Kavi menanyakan masalah pekerjaan, tapi lebih sering Mike yang mengajak Nayyara berbicara."Nay, kamu serius sama Tama?" Kata-kata Mike bagaikan tombak yang dilemparkan ke dadanya.Sepersekian detik Mike menangkap wajah murung Nayyara dengan matanya.Nayyara terdiam sambil sedikit meremas udara di tangannya. Menarik nafas panjang dan menghempaskannya
Mike dan Kavi melanjutkan perjalanan mereka untuk berlibur. Sedangkan pekerjaannya dialihkan kepada Khalingga yang didampingi oleh Nayyara.Khalingga sudah menghubungi Nayyara untuk bertemu di lokasi pada sore nanti. Ia ingin memastikan suasana bukit pada malam hari.Nayyara yang sudah di lokasi lebih dulu, memilih duduk di sebuah batu besar yang berada di bawah pohon yang sangat rindang dan teduh.Ia menatap lurus kedepan menikmati lukisan alam yang menakjubkan jajaran perbukitan yang didominasi warna hijau dari tumbuhan dan pepohonan, terselip juga pemukiman-pemukiman yang memberikan kesan tersendiri, serta hembusan angin yang mampu mengibas-ngiba
Hari ini Nayyara dan Khalingga masih harus memastikan satu hal. Yaitu kompetitor di sekitar bukit setidaknya walaupun tempat baru tapi harus memiliki daya tarik tersendiri dari tempat lain.Sebelum berangkat, Nayyara menyempatkan diri untuk berolahraga pagi menikmati udara yang sejuk di Kota Bunga. Nayyara sedikit berlari-lari kecil setelah keluar hotel.Ketika ia menoleh ke kiri, ia menangkap sosok pria bertubuh atletis yang sangat mencolok dari lainnya. Ya, pemilik tubuh itu sudah tidak asing bagi Nayyara. Dia adalah Khalingga.Terlihat Khalingga sedang berbicara kepada penjual makanan yang juga tinggal di sekitar lokasi tersebut.
Tama sangat senang melihat sang pemilik hatinya sudah berada di hadapannya. Ia kemudian meraih tangan mungil Nayyara seraya membawanya untuk menuju restoran yang berada di dalam hotel."Makan dulu, yuk..." ajak tama kepada wanita yang sedang ia genggam tangannya."Nanti aja, Bang. Kita kan harus mengantar orang tua Abang ke bandara."Nayyara ingat bahwa hari ini orang tua tama akan kembali ke kampung halaman."Kemarin Abang salah info," cengir Tama mengingat kesalahanya.
Nayyara berjalan menuju ruangan Kavi dengan beberapa map berada di pelukan. Ia mengetuk pintu, kemudian masuk ke dalam setelah Kavi memberi izin."Ini laporan hari ini, Pak." Nayyara meletakan map ke atas meja dan menyodorkan kepada Kavi."Letakan di sana!" Kavi menunjuk tumpukan map yang berada di meja."Kamu sudah memikirkan siapa yang akan menjadi sekretaris Khalingga?" Kavi memutar kursi dan menghadap Nayyara."Saya bermaksud merekomendasikan Yuni dan Galuh, saya juga akan menghubungi bagian HRD mungkin mereka memiliki kandidat dari divisi lain."
Kedatangan Pak Pranoto ke perusahaan, bertujuan untuk mengumumkan secara resmi, bahwa jabatan sebagai CEO sudah digantikan oleh anak tunggalnya.Usai dari aula perusahaan, rombongan Pak Pranoto menuju ke lantai paling atas yaitu ruangan Khalingga.Mereka sudah duduk di sofa yang berwarna hitam, sedangkan Nayyara berdiri di belakang Kavi.Merasa kondisi sudah aman, Bu Iska memerintahkan Nayyara untuk duduk di sampingnya.,"Maaf Bu, saya tidak berani."
Proses pemilihan sekretaris untuk Kavi sekaligus perpindahan jabatan menjadi sekretaris Khalingga, membuat Nayyara mendapat pagi yang lumayan merepotkan.Nayyara sudah disibukkan dengan berbagai data karyawan lama dan pelamar baru yang ingin menjadi sekretaris Kavi.Nayyara menyeleksi satu demi satu data karyawan, ia meneliti dengan seksama menyesuaikan kriteria yang diinginkan Kavi.Hampir dari setengahnya Nayyara sisihkan. Kemudian sisanya ia berikan kepada Kavi untuk memilih siapa yang akan dipilihnya untuk di interview.toktoktokNayyara mengetuk pintu ruangan Kavi, kemudian ia masuk setelah Kavi memerintahkannya."Ini data beberapa kandidat untuk menggantikan saya menjadi sekretaris Bapak."Tumpukan kertas setebal 2 cm Nayyara berikan kepada Kavi."Tinggakan di sana, saya akan mengeceknya nanti," ucap Kavi yang