Share

BAB 7

Celin menatap pintu rumah berwarna coklat yang ada di depannya, lalu dia langsung menekan tombol bel yang ada di samping pintu itu. Beberapa kali Celin memencet bel, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu.

“Celin?” tanya Karmel, lalu Karmel membia pintu dengan lebar. “Tumben kamu kesini gak ngasih tau dulu?”

Celin meremas tas selempangnya. “Ada yang aku mau omongin sama kakak kamu Mel!”

Karmel mengerutkan keningnya. “Soal cowok itu yah?” tebak Karmel.

Celin menganggukkan kepalanya, “Ngomong-ngomong om Hamdi ada di rumah?”

“Tadi sih ada, cuma kayaknya keluar dulu deh. Mendingan kamu masuk dulu aja, kak Mila ada di kamarnya!” ajak Karmel.

Celin pun masuk ke dalam rumah itu, rumahnya sangat luas dan megah. Jika dibandingkan dengan rumah Celin terlihat sangat jauh perbedaannya. Celin dan Karmel pun berjalan ke lantai dua tepat dimana kamar mereka berdua berada.

Celin melihat kamar dengan pintu berwarna terang, itu adalah kamar milik kakak Karmel. Celin dan Karmel pun masuk ke dalam, Kamila yang sedang enak tiduran sambil membaca novel pun sedikit terkejut melihat Celin datang ke kamarnya. Segara Kamila merubah posisinya menjadi duduk. Celin duduk di samping Kamila, sebelum duduk tak lupa Celin menutup pintu dengan rapat. “Ada apa?” tanya Kamila.

“Celin katanya mau ngomongin soal cowok itu!” ujar Karmel.

Mata Kamila langsung berninar-binar. “Apa kamu udah berhasil buat gagalin perjodohan aku?” tanya Kamila tidak sabar mendengar jawaban dari Celin. “Serius?”

Celin terdiam, dia juga sangat kebingungan bagaimana dia menjelaskan kepada Kamila. “Ah… Jadi bingung!”

“Kenapa kamu bingung Lin? Kamu gagal?” tanya Kamila.

Celin menghela nafasnya. “Dibilang gagal enggak dibilang rencana kita lancar juga enggak!”

“Terus maksud kamu itu gimana?” tanya Karmel geram.

“Gini…. Aku emang beberapa kali udah ketemu sama cowok itu dan kalian harus tau kalau cowok yang bakalan dijodohin sama kamu itu….. Manajer hotel aku!”

Karmel yang sedang minum minuman yang tidak jauh ada diatas meja pun yang langsung menyemburkan minumannya tersebut. “Kamu serius Lin?” tanya Karmel dan Celin hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Karmel membersihkan sisa air yang ada disekitar bibirnya. “Aku sama sekali gak nyangka kalau dia adalah manajer kamu Lin!”

“Yang mau dijodohin sama aku itu manajer kamu?” tanya Kamila dengan tatapan tidak percaya.

“Iya, aku juga sama sekali gak nyangka kalau lelaki itu adalah pak Adimas, dia anak CEO hotel aku!”

“Terus-terus gimana tampang dia? Ganteng atau jelek?” tanya Karmel.

Kamila langsung menepuk pundak Karmel, tentu saja tindakan Kamila itu membuat Karmel merasa kesakitan. “Apa itu sekarang penting?”

“Kan aku cuma penasaran aja kak!” gerutu Karmel sambil mengusap-ngusap pundaknya yang terasa sangat sakit.

“Aku akui dia itu ganteng, tapi bukan itu masalahnya!”

Kedua orang itu pun menatap Celin. “Jadi apa masalahnya?”

“Gini… aku kan udah berusaha untuk menggagalkan perjodohan itu, aku udah beberapa kali berusaha tapi dia tetap menolak. Tapi malam tadi, dia itu ngajak aku ketemuan dan disana dia bilang kalau dia akan membatalkan perjodohan ini jika aku mau berpura-pura menjadi pacar dia selama satu bulan!”

“Kalau begitu rencana kita lancar dong, kamu tinggal turutin aja kemauan dia. Masalah selesai kan?” ucap Karmel.

Celin menghela nafasnya, “Masalahnya bukan Cuma itu Mel!”

“Terus apa dong?”

“Kalian berdua tau kalau aku itu kerja sama dia, lalu bagaimana kalau dia tau kalau aku nipu dia? Bukan cuma itu aja, kalian berdua juga tau kalau orang tua aku itu punya hutang ke rentenir dan mereka memberi kami waktu untuk membayar hutang itu seminggu sedangkan waktunya tinggal beberapa hari lagi lalu perjanjian aku dengan Kamila itu setelah aku menggagalkan perjodohan aku baru dapat uang!” setelah itu Celin menundukkan kepalanya, dia merasa sangat pusing dengan apa yang ada didalam pikirannya.

Karmel dan Kamila saling bertatap-tatapan lalu tatapan mereka kembali kepada Celin yang masih menundukkan kepalanya. “Kalau begitu, aku anggap kamu berhasil menjalankan misi kita Lin!” ujar Kamila.

Mendengar ucapan Kamila tersebut membuat Celin langsung menegakkan kepalanya lagi. “Tapi Mil, dia mengundur waktunya satu bulan. Bagaimana kamu bisa menganggap kalau semuanya berjalan dengan lancar?” tanya Celin.

Kamila tersenyum lalu dia sedikit menggeser badannya mendekat pada Celin. “Yang terpenting dia sudah setuju kalau dia bakalan membatalkan perjodohan ini, lagian menurut aku yah dia juga gak bakalan ngenalin kamu. Buktinya pada saat kalian bertemu pun dia sama sekali gak tau kalau kamu adalah karyawannya kan?” Celin menganggukkan kepalanya. “Kamu tenang aja, karena aku bakalan membayar uang yang aku janjikan sama kamu buat membayar hutang orang tua kamu Lin!”

Celin menatap Kamila dengan tatapan dalam dan sendu. “Maaf Mil, aku tidak bermaksud untuk seolah-olah menagih!”

Kamila menggelengkan kepalanya. “Enggak kok, lagian itu kan udah janji aku sama kamu Lin dan kamu sudah menjalankan tugas kamu dengan lancar, jadi aku wajib untuk menepati janji aku!”

Celin menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Kamila. “Makasih yah Mil!”

“Tapi kamu udah ngasih tau kalau kamu setuju sekarang?” tanya Karmel.

Celin pun teringat kalau dia sama sekali belum menjawab pertanyaan Adimas. Dia pun segera mengeluarkan ponselnya dia berniat untuk memberitahu Adimas. “Ini aku mau ngasih tau dia dulu!”

“Yaudah lo telepon dia dulu gih!” usul Kamila dan Celin pun langsung menurutinya.

((((

Celin sampai sore pun masih berada di rumah kedua temannya, dia memang berniat akan menghabiskan waktu di rumah ini. Walaupun hanya tiduran dan diam di kamar setidaknya Celin bisa ngobrol dan saling berbagi cerita dengan mereka berdua.

Lalu tak lama kemudian, pak Hamdi papah dari Kamila dan Karmel pun masuk ke dalam kamar Kamila.

“Mila!” panggil pak Hamdi.

“Iya pah?” tanya Kamila.

Pak Hamdi menatap Celin. “Loh ada Celin, kamu kapan kesini nak?” tanya pak Hamdi.

Celin pun berjalan menuju arah pak Hamdi lalu dia mencium tangannya. “Dari tadi om!” jawab Celin.

Pak Hamdi mendekat kepada Kamila dan menunjukkan ponsel yang sedang dia pengang. “Barusan Adimas nelepon papah, dia minta izin untuk membawa kamu jalan-jalan malam ini dan dia juga akan datang ke sini!”

Mereka bertiga langsung terkejut, terutama Celin. “Ah….. Adimas gak…. Ngasih tau aku pah!” jawab Kamila ragu.

“Gak apa-apa, yang penting kamu temenin dia mala mini dan jangan lupa dandan yang cantik! Papah masih ada urusan dulu!” pak Hamdi pun keluar dari kamar.

Kamila langsung menghampiri Celin. “Tadi si Adimas ngajak kamu jalan-jalan Lin?”

Celin menggelengkan kepalanya. “Enggak kok, makanya aku kaget!”

“Oke-oke gini aja, kita langsung make up Celin dan kita ubah aja tempat ketemunya!” usul Karmel.

“Oke!”

((((

Celin menatap jalanan yang ada didepannya, lalu dia menoleh ke arah belakang yang dimana masih ada kedua temannya yang memantau dirinya. Celin mengubah tempat jemputnya, walaupun sempat ada cekcok sedikit pada akhirnya Adimas menuruti kemauan Celin.

Tak lama kemudian terlihat mobil yang sangat mewah berhenti didepan Celin berdiri. Adimas keluar dari mobilnya dan lansung menghampiri Celin yang masih terpana melihat mobil Adimas. Luarnya saja sudah terlihat mewah apalagi dalamnya.

Sedangkan Adimas, dia sangat terpana melihat Celin yang memakai pakaian dress berwarna cream yang senada dengan jas yang dia pakai sekarang.

“Hey, hallo kenapa bengong?” tanya Celin sambil melambaikan tangannya didepan muka Adimas.

Adimas menggelengkan kepalanya, “Ayo masuk!” lalu Adimas pun membukakan pintu mobilnya untuk Celin.

“Jelasin dulu kita mau kemana?” tanya Celin penasaran, karena daritadi Adimas tidak menjawab pertanyaannya. Karena menurut Celin kalau hanya untuk jalan-jalan tidak perlu memakai dress yang panjang dengan lengan pendek seperti ini.

“Nanti kamu tau, sekarang kamu masuk dulu!”

Celin pun masuk ke dalam mobil itu, saat Adimas akan masuk ke dalam mobilnya Celin menyempatkan untuk memberi kode kepada kedua temannya agar mereka segera pergi dari tempat itu dan tatapan mata Celin terfokus pada paper bag yang tersimpan di kursi belakang.

Setelah menempuh perjalan selama 30 menit, akhirnya Celin dan Adimas tiba di sebuah gedung yang sangat besar dan mengah. Dilihat dari luar tampak seperti sedang ada pesta di dalamnya.

Saat membuka pintu mobil, Adimas langsung mengulurkan tangannya kepada Celin, tapi Celin tidak mengerti maksud Adimas. “Sebagai pasangan, kita harus terlihat mesra dan serasi! Tolong ambilkan kantong dibelakang kamu itu!”

Celin mengambil kantong itu dan turun dari mobil sambil memegang tangan Adimas. Benar dugaan Celin, ternyata di dalam gedung ini sedang diadakan pesta ulang tahun. Dekorasi pesta ini sangat mewah dan dihadiri oleh banyak orang. “Pesta ulang tahun siapa?” bisik Celin pada Adimas.

Tapi Adimas tidak menjawab pertanyaan Celin, dia menatap lurus kedepan hal itu membuat Celin penasaran. Tatapan Adimas tertuju pada seorang wanita yang sangat cantik dengan balutan dress pink yang sedang mengobrol dengan Reynal.

Sepertinya Reynal menyadari kehadiran Adimas, jadi dia memberitahu wanita itu.

Kemudian Adimas yang masih menggenggam tangan Celin pun mendekati wanita itu. Wanita itu tersenyum saat melihat Adimas datang. “Aku kira kamu gak bakalan datang Dim!” ujarnya.

Adimas tersenyum miring, “Bagaimana aku tidak datang, karena orang yang meminta aku datang ke ulang tahun kamu adalah mamah, Lydia!”

Lydia tersenyum, tatapannya tertuju pada Celin yang ada disamping Adimas. “Dia siapa Dim?” tanya Lydia penasaran.

Celin awalnya akan memperkenalkan dirinya, tapi ucapannya tertahan saat Adimas langsung berbicara. “Dia pacarku, namanya Kamila!”

“Hai, aku Kamila! Ini, kado buat kamu!” Celin memberikan kado kepada Lydia.

Lydia terkekeh sambil menerima kantong itu. “Aku Lydia, mantan kesasih Adimas!”

Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status