Share

6 Bawa Aku, Kak Daniel

Daniel sudah memegang tangan Wilona. "Aku ingin kamu ikut aku, Wilona."

"Bawa aku, Kak Daniel. Aku tidak mau lagi di sini. Aku tidak mau dipaksa menikah dengan orang yang tidak aku cintai." Wilona menatap Daniel penuh perasaan.

Daniel sengaja melingkarkan tangannya di tubuh Wilona sehingga kalau ada tembakan ke arah Wilona, ada tubuh Daniel yang akan melindungi Wilona.

Dengan setengah menyeret, Thomas sudah membawa tubuh Alfonso yang terus dia todong dengan senjata api di lehernya Alfonso.

Juno yang sudah mendengar suara-suara sirene polisi di kejauhan sana, mendekati Daniel dan bertanya, "minta izin untuk melakukan eksesif force, Daniel."

Daniel mengangguk. "Lakukan apa yang menurutmu baik. Aku yang akan bertanggungjawab."

Mendengar kata-kata Daniel itu, Juno mengangguk. Kemudian dia dengan handphonenya langsung mengirimkan perintah kepada pesawat tempur terdekat untuk siaga dan setiap saat, meluncur ke udara untuk membantunya.

Selain pesawat tempur, Juno yang sejak tadi sudah berkoordinasi dengan beberapa rekannya di tim IT militer, sudah meminta drone drone militer yang memang sejak tadi mengikuti dari belakang untuk mulai melakukan gebrakan mereka.

Juno langsung mengirimkan koordinat-koordinat yang harus ditembak oleh drone-drone untuk melindungi sang jenderal besar mereka bersama Wilona, Thomas dan Juno sendiri.

Sementara itu, Alfonso yang sudah mendengar suara sirine polisi di kejauhan sana, langsung berkata, "lebih baik kalian lepaskan aku. Kalian tidak akan bisa lepas dari sini. Kalian sudah mengancam seorang kepala polisi, kalian tidak akan bisa lepas dari kotaku ini!"

Mendengar itu, Thomas cuma tertawa dingin. "Kita lihat saja apa yang akan terjadi, jenderal. Yang jelas, saat ini, kamu akan menjadi jalan kami untuk keluar dari sini."

"Kalian mimpi kalau bisa keluar dari sini! Dengarlah sirene yang berada di luar itu. Itu adalah bala bantuan dari pihak kepolisian. Kalian tidak akan mampu keluar dari sini kecuali kalau kalian mampu membuat matahari memancarkan sinarnya untuk menghanguskan anak buahku dan itu sesuatu yang tidak mungkin. Huh!"

Thomas yang sudah mendapatkan bocoran dari Juno akan perbuatan Juno yang sudah memanggil angkatan udara untuk membantu jenderal besar besar mereka keluar dari sini, cuma bisa tertawa dingin. "Kita lihat saja nanti."

Saat Daniel dengan membawa Wilona sudah berhasil keluar dari pintu utama rumah ini, dia melihat ada banyak mobil polisi yang berdatangan.

"Itu mobilnya, Daniel," kata Juno sambil menunjuk ke arah mobil yang terparkir tepat di depan pintu.

"Ada banyak polisi berdatangan, bagaimana cara kita keluar dari sini, kak?" tanya Wilona dengan wajah khawatir.

"Jangan khawatir, Wilona. Kita bisa keluar dari sini," tandas Daniel. Setelah itu, dia langsung membuka pintu belakang mobil yang ditunjuk oleh Juno di mana Juno sudah duduk di balik kursi pengemudi.

Juno belum buru-buru mengemudikan mobil. Dia menunggu kedatangan Thomas yang sedang menyeret tubuh Alfonso. Juno juga melihat di kejauhan sana ke arah mobil para polisi yang mulai berdatangan.

Tiba-tiba keadaan berubah. Mobil-mobil polisi itu tiba-tiba mengepulkan asap karena ada banyak drone yang menyerang mereka.

Alfonso yang saat ini juga sudah berada di luar sambil diseret oleh Thomas sangat kaget melihat mobil-mobil anak buahnya yang berdatangan itu, kini mulai menyemburkan asap bahkan ada yang meledak.

Terjadi tembak-menembak di kejauhan sana dan ini membuat Alfonso jadi sangat bingung.

Saat ini, Thomas sudah menyeret Alfonso hingga ke dekat mobil di mana Daniel berada.

Anak buahnya Alfonso berusaha keluar dari rumah tapi tembakan dari lima buah drone, membuat mereka tidak bisa keluar dari rumah dan hanya bisa bertahan di dalam.

Daniel berbisik kepada Thomas. "Patahkan kaki polisi itu!"

Bisikan itu tidak didengar oleh Wilona yang berada dalam mobil hanya Thomas yang mendengarnya.

Thomas langsung tertawa dingin kemudian dia mematahkan kaki Alfonso sambil berkata, "ini hukuman untukmu karena berpihak kepada orang jahat."

Alfonso berteriak-teriak kesakitan sambil mengucapkan sumpah serapahnya kepada Thomas.

"AKU BERJANJI, KAMU AKAN MENERIMA AKIBATNYA! AKU SENDIRI YANG AKAN MEMENJARAKAN KAMU DAN TEMAN-TEMANMU ITU! KALAU TIDAK BERHASIL PENJARAKAN KALIAN, MAKA AKU AKAN BERHENTI JADI POLISI!" teriak Alfonso.

Thomas tertawa dingin sambil masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Juno, dia mencengkeram leher Alfonso dan berbisik, "kata-katamu akan terjadi. Kamu akan segera berhenti jadi polisi."

Setelah berkata seperti itu, Thomas mendorong dan menendang Alfonso hingga Alfonso tersungkur ke jalanan beraspal di depan rumah Wilona ini.

Juno langsung menggeber kendaraannya untuk menjauh dari tempat ini.

Alfonso yang kesakitan berteriak-teriak kepada anak buahnya yang baru saja keluar dari dalam rumah untuk menolongnya.

"Sebagian kejar mereka! Yang lain bawa aku ke rumah sakit. Kakiku sakit," ujar Alfonso sambil meneruskan sumpah serapahnya kepada Daniel dan kawan-kawannya.

Mobil-mobil polisi yang berdatangan sudah di tembak oleh drone-drone yang berdatangan.

Suara ledakan yang terjadi itu, karena tembakan-tembakan dari drone tapi drone baru menghancurkan mobil di saat para polisi yang berada dalam mobil sudah keluar semua dari dalam mobil.

Sehingga walaupun terlihat dari kejauhan ada ledakan-ledakan keras dari mobil yang meledak tapi sebenarnya tidak ada korban jiwa yang terjadi.

Walaupun begitu, drone drone militer ini masih sempat menembak ke arah kaki dari para polisi untuk memberikan efek jera kepada para polisi untuk tidak melakukan tembakan saat mobil di mana Daniel berada, melewati para polisi itu.

Saat itulah, dengan dikawal drone, mobil yang ditumpangi Daniel dan dikemudikan oleh Juno itu, melewati tempat ini dengan hanya ada satu dua tembakan yang tertuju ke arah mobil itu karena ada banyak polisi yang sudah bersembunyi atau ketakutan karena ditembak oleh drone drone itu.

Alfonso yang sudah dinaikkan di sebuah mobil polisi, kini terus menelpon anak buahnya di markas untuk menambah kekuatan buat mengejar Daniel dan kawan-kawannya.

Alfonso jadi sangat marah kepada Daniel. Dia ingin anak buahnya menangkap atau membunuh Daniel dan kawan-kawannya dan yang paling dia benci adalah Thomas yang telah mematahkan kakinya.

Tiba-tiba Alfonso mendapatkan telepon dari salah seorang anak buahnya anak buahnya itu terdengar kebingungan di ujung telepon.

"Kamu bicara yang jelas! Ada apa, hah!" tanya Alfonso.

"Ada pesawat militer negara kita yang terbang di atas konvoi brigade mobil yang baru saja aku keluarkan. Pesawat militer itu mengancam akan melakukan penembakan kalau konvoi brigade mobil kita meneruskan perjalanan. Bagaimana ini, jenderal?"

"Hah? Kenapa begitu? Apa kamu bisa pastikan kalau pesawat itu adalah pesawat militer kita ataukah itu pesawat militer negara musuh?"

"Itu pesawat militer kita, jenderal. Jadi, apa yang harus kita lakukan, jenderal?"

"Tetap teruskan perjalanan. Aku yang tanggungjawab. Kalau memang itu adalah pesawat militer kita, maka mereka tidak akan berani menembak." Alfonso sudah sangat murka kepada Thomas, karena itu dia ingin pasukannya lebih banyak mengejar Thomas dan kawan-kawannya.

"Baik, jenderal. Konvoi brigade mobil kita, akan terus berjalan untuk mengejar musuh."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Muh Asgham Asgham
seperti ini kan kalau di bilang ngak bijak Krn mau merahasiakan identitas terjadi kekacauan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status