"Sherly!" panggil James, tapi tidak dihiraukan oleh putri remajanya.
Sang nenek yang melihat itu, mau tidak mau turun tangan dengan kelakuan cucunya yang enggan berbaur dengan keluarga Rima. "Sherly, ayi sini!" Dengan suara bernada perintah tidak mau dibantah.
Remaja itu diam dan menunduk, lalu mendekat tanpa membantah, duduk berdampingan dengan memasang wajah cemberut. Berbeda dengan Dion, terlihat sangat bersemangat dan selalu menempel pada Rima, yang terlihat sangat cantik hari ini.
Sesi poto sudah berakhir dan semua acara sudah dijalani dengan lancar. Tiba-tiba beberapa tamu yang dikenal datang dan membuat James kaget. Pasalnya, James tidak pernah mengabarkan pada pegawainya, tentang pernikahannya dengan Rima. James berpikir jika saat ini hanya untuk acara keluarga dan tetangga saja.
Salah satu pegawai dan teman James yang datang adalah Grace, wanita yang sangat menyukai James. Bahkan, rasa yang tumbuh pada hatinya sudah ada sejak James masih dalam ikatan pernikahan dengan istrinya yang terdaulu. Tatapan Grace pada Rima sungguh membuat wanita yang dipandangnya merasa tidak nyaman.
Plak
Wajah Rima memerah, akibat tangan Grace yang begitu keras mengenai pipinya.
"Ini hadiahku untukmu! Karena kamu terlalu berani merebut James dariku," hardik Grace.
Mata Rima berkaca-kaca, dia hanya bisa memegangi pipinya yang terasa sangat panas, akibat perbuatan Grace.
James meradang melihat tingkah Grace, yang sangat keterlaluan dan berani menyakiti istrinya. Dengan kasar, James mendorong tubuh Grace dengan sangat kasar, sehingga wanita bertubuh tinggi semampai itu mengaduh kesakitan.
"Apa-apaan kamu!" pekik James sambil menunjuk ke arah Grace yang tersungkur ke lantai.
"Mas!" Rima menggaet tangan James, agar lelaki yang mencintainya itu, bisa tenang.
Grace berdiri dan menatap mata james dengan penuh luka, lalu mengibas gaunnya. Kemudian menatap ke arah Rima dan James secara bergantian.
"Aku, James! Aku yang selalu menemanimu, disaat istrimu selingkuh dulu! Aku yang menguatkanmu saat anak-anakmu mulai tidak terkendali. Dalam pekerjaanpun, aku yang ada untukmu! Lalu, kenapa dia yang kamu pilih?" Grace menunjuk Rima, tapi pandangannya tetap terarah pada James.
Suara Grace tentu menarik perhatian siapapun yang mendengarnya, kini semua mata kembali fokus pada kedua mempelai dan tamu istimewa mereka.
Teman dan pegawai James, hanya mematung melihat Grace mengoceh semaunya. Mereka tidak menyangka, akan terjadi hal yang di luar dugaan. Padahal, saat akan berangkat, Grace mengatakan sudah move on dari perasaannya pada James dan tidak akan terluka melihatnya ada dipelaminan bersama wanita lain dan para sahabat sudah beberapa kali meyakinkan Grace, apakah yakin akan menghadiri pernikahan James. Dengan tampang yang sangat meyakinkan, Grace meyakinkan para sahabatnya. Awalnya, mereka tidak yakin, tapi Grace selalu menunjukan sikap baik dan tidak terlihat di wajahnya rasa sakit hati. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk berankat bersama-sama.
"Hatiku yang memilihnya!" teriak James, mengejutkan Grace dan mereka yang terpaku. "Pergilah, kehadiranmu tidak diharapkan!" tambah James.
"Ah! Sekarang aku tahu!" ujar Grace dengan memasang mimik wajah mengejek. "Pasti permainan ranjangnya sangat hebat! Membuatmu mabuk kepayang, hingga mau menikahinya!" sambung Grace dengan suara yang menghina."Aku ..." Rima ingin menjawab ejekan Grace, tapi dicegah oleh James."Kamu istirahat saja di kamar," pinta James lembut.Rima langsung menuruti apa yang diminta oleh sang suami, tanpa satu patah katapun keluar dari bibirnya yang dihias dengan lipstik berwarna nude. Sesekali Rima melihat ke arah suaminya, dia seperti mengkhawatirkan hal yang tidak mungkin dilakukan oleh James. Lelaki yang dia pilih diakhir sujudnya, tidak ada penyesalan atas apa yang dia pilih."Ikut!" James meanarik tangan Grace, keluar dari rumah milik orang ftua Rima.Teman-teman grace mengikuti mereka dari belakang, mengantisipasi, jika James melakukan sesuatu di luar batas karena marah."Berani-beraninya kamu menghina istriku!" James mendorong Grace agar menjauh darinya.Untung saja teman-temannya masih ada s
James ingin marah, tapi dia urungkan. Mengingat, karena dirinyalah Grace jadi seperti ini. James diam dan melipat kedua tangannya di depan dada."Kamu terlalu bodoh!" cibir Grace.Wanita itu, kemudian duduk di tepi trotoar taman. Matanya memandang tajam ke arah James, batinnya meruntuki diri sendiri yang begitu terpesona oleh tampannya wajah James dan juga lembutnya perlakuan laki-laki di hadapannya. Namun, seketika hatinya remuk tidak bersisa, ketika kabar pernikahan James datang padanya. Apalagi, saat Grace mengetahui siapa yang bisa menyaingi dirinya merebut hati James, yaitu wanita yang penampilannya berbanding terbalik darinya dan orang yang selalu dia remehkan saat berada di kantor. "Aku ... Aku yang lebih baik darinya, James! Bukan dia, tapi aku!" tangis Grace pecah seketika.James berdecak mendengar ocehan Grace yang mulai tidak masuk akal baginya. Bukan hanya penampilan yang dicari olehnya, tetapi wanita yang mampu meluluhkan hatinya dan juga anak-anaknya yang mulai beranjak
Grace berjalan mendekati wanita paruh baya yang ternyata ibunya dan juga sahabat dari Bu Rina, mertua Rima. Grace tidak tahu, jika ibunya mengetahui apa yang dia perbuat. Meskipun tidak secara langsung, karena ibunya sedang berada di toilet, saat kejadian tadi. Wanita-wanita paruh baya itu, ternyata telah berteman cukup lama. Mereka terpisah oleh kesibukan masing-masing, Sejak remaja, mereka selalu berbagi semua cerita. Termasuk setelah berkeluarga, walaupun hanya melalui panggilan telepon. Bu Rina sangat senang, ketika temannya mengatakan jika anaknya menyukai lelaki yang bekerja di perusahaan yang sama dengan James dan terkejut setelah mengetahui bahwa anaknyalah yang dimaksud. Namun, Bu Rina tidak ingin memberi harapan pada temannya dan juga sang putri, karena keputusan dia serahkan pada sang putra dan Bu Yuyun--ibu dari grace memaklumi hal itu. "Sudah berapa kali ibu katakan, jika dia jodohmu, maka kamu tidak perlu bersusah payah merayunya! Karena Tuhan yang akan mendekatkan kal
James berjalan tanpa menoleh ke belakang, langkahnya diiringi oleh tangis Grace yang terdengar sangat terluka. Hati Grace tergores cukup dalam, tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, jika James tidak mencintainya selama ini. Grace hanya bisa melihat punggung James menjauh, tidak bisa mendekatinya lagi. Jarak mereka sudah sangat jauh dan tidak mungkin kembali seperti dulu."Sudahlah! Kamu masih muda dan cantik. Mulailah perbaiki kebiasaan burukmu dan jangan pernah bilang aku tidak bisa!" ketus Bu Yuyun.Semua ucapan Bu Yuyun terkesan menyudutkan anaknya, tapi dia sangat mengetahui sikap dan sifat anak perempuannya yang keras kepala dan manja.Bu Rina yang sejak tadi hanya diam, kini mendekati Grace dan memeluknya dengan lembut. Menepuk pundak dan memberinya semangat,"Seperti kata James, kamu pasti akan mendapatkan yang terbaik dan kebahagiaan akan datang menjemputmu. Maafkan James, jika pernah memberikan harapan hampa untukmu!" bisik Bu Rina lembut.Grace merasakan ketulusan dari Bu R
Grace mendongak untuk memandang wajah remaja yang berdiri di depannya, wajah manisnya terlihat sangat serius. grace diam sejenak, mencerna apa yang baru saja didengarnya dari bibir mungil yang menggoda."Kamu Sherly, kan?" tanya Grace memastikan.Grace pangling dengan wajah ayu di depannya, sudah lama dia idak berjumpa dengan gadis kecil itu. Di depannya saat ini, gadis remaja yang memakai riasan tipis. Melontarkan kata yang tidak masuk akal.Sherly mengangguk, dan menyunggingkan senyuman sinis, tapi terlalu manis. Sehingga tetap saja terlihat cantik dan mempesona. Sherly mendekat dan duduk di samping Grace, membalas tatapan wanita yang lebi tua darinya."Tidak mungkin, Sherly. Papamu suda memilih wanita lain yang lebih baik dari tante menurutnya, padaal gadis itu sangat culun!" ujar Grace, tetap dengan rasa kesal yang masih tersisa."Itu hal yang sangat mudah, Tante! Kita buat mereka berpisah saja!" balas Sherly dengan penekanan disetiap kata-katanya,Mulut Grace menganga, dia tidak
Grace menghembuskan napas dengan gusar, meskipun tadi mengatakan tidak ingin memiliki James, tapi hatinya tidak bisa dia bohongi. Tawaran yang diberikan oleh Sherly sungguh sangat menggiurkan, bagi Grace yang masih menyimpan harapan untuk bersama James."Aaakh!" pekik Grace kesal, lalu dia berdiri dan berlari.Grace mendekati teman-temannya yang tadi menjauh saat ibunya datang memarahinya. Mereka memeluk Grace dan memberikan semangat untuknya.***Di tempat lain, James mengetuk pintu kamar istrinya dan mengucapkan salam. Setelah Rima menjawab salamnya, James masuk. lalu menutup lagi pintu kamarnya. James menghembuskan napas panjang dalam diam, ketika melihat istrinya duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Tatapan Rima fokus ke lemari buku yang ada di pojok kamarnya. James mendekat, duduk di samping Rima dan menggamit tangan istrinya. Akan tetapi, Rima tidak mengguris kehadiran lelaki yang sudah sah menjadi suaminya."Kamu marah?" tanya James."Tidak," jawab Rima ketus.James ter
James dan Rima duduk dan saling pandang, memendam hasrat yang hampir menggelora. Kemudiaan, James mengecup kening istrinya dan ijin untuk mencari anaknya. James ragu dengan apa yang tertangkap oleh telinganya, meskipun Rima sudah mengatakan sesuai apa yang didengarnya. "Mungkin kita salah dengar. karena terhalang oleh cintamu!" Sempat-sempatnya, James memberikan gombalan pada sang istri. "Sana," usir Rima, menyembunyikan rona yang makin merona di wajahnya. James mendekat ke pintu dan menyahuti teriakan dari luar, "ya, sebentar!" Seorang lelaki paruh baya, yang juga masih kerabatnya terlihat sangat panik. Lelaki yang biasa di panggil Om Hendra oleh James, menjelaskan perihal hilangnya Sherly, setelah James keluar. "Saat kami akan pulang, Sherly tidak ada di manapun. Semua sudah mencarinya, tapi tidak ada!" ujar Om Hendra. Wajah James terlihat pias, mengetahui anak sulungnya tidak ada di mana-mana. Dia langsung melangkahkan kakinya yang lebar ke beberapa tempat, untuk memastikan ke
Hanya hitungan menit, sambungan telepon telah terhubung dan Grace berbicara dengan James. Tanpa ada yang disembunyikan, Grace mengatakan semuanya apa yang dia dengar dari bibir mungil Sherly. James hanya bisa menghembuskan napas gusar, ketika mendengar penuturan Grace yang sama dengan apa yang dia dengar dari para pegawainya. Setelah mengakhiri panggilan, dan mengembalikan ponsel milik pegawainya, James berpamitan dan meminta mereka menikmati suasana pesta sederhananya. James fokus mencari Sherly yang membuat ulah, disaat yang tidak tepat. "Rima, Sherly pergi tanpa berpamitan!" ujar James lesu, ketika sampai dalam kamarnya untuk mengambil ponsel yang ketinggalan. Kini, wajah Rima yang terlihat pucat pasi mendengar penuturan suaminya. Dirinya merasa bersalah, karena tidak mengindahkan ancaman Sherly tempo hari, jika dia akan mengacaukan pernikahannya, jika dia berani duduk bersanding dengan papanya. "Mas, apakah penikahan ini salah?" tanya Rima, yang membuat james nampak sangat kesa